Chap ini mungkin bakal bikin ngantuk, karena yang ngetik juga hampir molor.
==========================
"Maaf, tapi...siapa ya?"
"Gue? gue Putra."
Putra?
"Oh! Mas Putra ternyata. Duduk aja." Gue langsung nyuruh cowok itu duduk begitu tahu kalau dia itu Mas Putra, temen sekelasnya Eric. Berlawanan sama gue yang nyambut Mas Putra dengan baik, Rama cuma memperhatikan Mas Putra duduk di hadapannya, terdiam kaku.
"Kenapa sih, Ram?" Mas Putra nanya sambil ngeliat-liat menu makanan. "Kok kaku banget sama gue."
"Jadi, Putra yang dimaksud itu lo." Akhirnya Rama buka suara juga.
"Emang siapa lagi kalau bukan gue?"
Rama membuang napas kasar. "Kenapa tiba-tiba?"
"Apanya?"
"Enggak. Lupain aja."
Mampus, mampus, mampus ini Jeremi ama Dehan kemana sih...
Gue panik sama suasana yang udah kayak pengen perang dunia. Dan yang gue kaget, mereka berdua saling kenal. Karena penasaran gue berbisik pelan ke Rama,"Ram, lo kenal darimana?"
"Kakaknya Daniel." Rama ngejawab gue, tapi sorot matanya masih menatap Mas Putra. Tatapannya sengit banget udah kayak mau siap baku hantam.
Tunggu, tadi katanya kakaknya Daniel? Jangan bilang, Daniel yang nyebat di rumah Rama waktu itu?
"Kok gak mirip." Pas gue bilang gitu, Mas Putra ngalihin pandangannya dari menu. Ngasih gue senyum. Gue lupa volume suara gue kekencengan.
"Adek kakak gak harus mirip kok."
Gue ketawa canggung. "Hehe..iya juga ya.."
"Berarti lo udah pernah ketemu sama Daniel ya?" Nah, tiba-tiba gue keseret ke arus pembicaraan.
"Ya...gitu deh."
Beruntung, keadaan canggung gak berlangsung lama apalagi sejam. Sumpah badan gue aja udah pegel ngeliatin Rama yang mode senggol bacok.
"Hello ma pren." Jeremi dateng-dateng nabok kepala gue, tanpa permisi. Naboknya gak nanggung-nanggung, hampir aja kepala gue nyungsep ke meja.
"Rusuh ya, anda," kata gue bersungut-sungut.
"Mana orang yang mesen tapi kagak bawa duit? mau gue samperin." Dehan jalan cepet dari arah pintu masuk kafe, nenteng tas yang isinya..kalau gue duga majalah atau buku khusus catetan misteri.
"Et, et." Jeremi nahan badan Dehan. Terus ngarahin tangannya ke Mas Putra yang duduk santai. "Tamu kita sudah datang bos."
"Oh, hai kak." Dualitynya asoy. Tadi pasang aura galak level seribu, sekarang masang muka ala iklan pepsoden. Dehan emang jago kalau masalah muka dua.
"Duduk yuk." Mas Putra nyapa mereka sekaligus nyuruh mereka berdua buat duduk. Jeremi duduk di sebelah Mas Putra bareng juga sama Dehan.
"Enak ya, Ram. Udah pesen makanan ama minuman," sindir Dehan agak serem.
"Lama sih datengnya."
"Jangan salahin gue, salahin Jeremi tuh sempet-sempetnya dia maenan kucing di depan komplek."
"Aku tak tahan ama makhluk seimut itu~"
Gemes banget pengen nonjok. Kalau aja bukan di kafe, gue yakin Jeremi udah bonyok sama kita bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Try to Feel U [END]√
FanfictionKetemu hantu di siang bolong. ⚠️ ini lapak BxB ⚠️ di cerita ini suatu hal yg gamungkin bisa jadi mungkin ⚠️tokoh utamanya buaya, tukang php, tp ganteng sih sekian, s'lamat reading