Epilogue

301 43 94
                                    

"Vano."

Di tengah kegelapan ada seseorang yang manggil nama gue.

"Vano."

Jangan-jangan...ini suara yang mahakuasa...

"Vanooo! bangun, dasar kebo!!"

Gue sontak kebangun dari tidur nyenyak gue, ngedenger cemprengnya suara Eric yang ngalahin emak-emak arisan. Wajah Eric nongol tepat di depan wajah gue, menutupi sinar lampu yang menyorot dari atas. Bibirnya dia tekuk ke bawah, kesel karena gue masih tiduran di kasur. Tunggu, sejak kapan dia ada di kamar gue?

"Dari jam delapan, sekarang udah jam delapan lewat tiga puluh." Bak cenayang Eric ngejawab pertanyaan gue yang gak terucap. "Ayo cepet mandi!"

"Hah? emang mau ke mana?"

"Ke rumah gue, ketemu sama mama. Jangan-jangan lo lupa?"

Oiya...

"Gue masih ngantuk."

Baru aja mau mejamin mata, Eric yang semula berpenampilan rapih berubah. Badannya basah kuyup, bajunya bersimbah darah, tapi yang paling menonjol dari itu semua...lehernya patah. Serem. "Bangun, gak?"

"Pemaksaaan! ini namanya pemaksaan!" Gue langsung loncat dari atas kasur. Telunjuk gue menunjuk-nunjuk dia. Gue paling lemah kalau ada hantu yang nunjukin kondisi aslinya.

Eric balik lagi ke wujud normalnya, "Lagian ini itu udah siang tau, Van."

"Untuk ukuran hari libur, ini masih pagi, Eric. Ah udahlah...gue udah gak bisa tidur." Gue ngeberesin kasur gue terus melepas kaos, memperlihatkan tubuh aduhai hasil senam tiga kali pertemuan plus kegiatan gabut gue naik-turun tangga rumah.

Eric tiba-tiba teriak, "Ngapain lepas baju!?"

"Ya, gue mau mandi," kata gue santai, natap Eric yang mukanya memerah. "Oh iya, setan kayak lo pasti jarang mandi, ya?"

"Kenapa tiba-tiba ngomongin gue jarang mandi atau enggak?!" Nadanya gak nyantai banget. Kuping gue pengang dengernya. "Lagian gak usah mandi gue juga udah wangi..."

"Wangi kemenyan maksud lo?"

"Kayaknya enak untuk digebuk." Gue buru-buru kabur ke dalam kamar mandi. Soalnya, Eric udah ngegulung lengan bajunya.

Sambil ngambil air pake gayung, gue bisa denger Eric ngomel-ngomel di luar sana. Gue cekikikan, ngerasa seneng karena suasana kembali seperti semula. Untunglah ritual pembersihan sukses besar.

Empat hari berlalu sejak ritual itu, udara di SMA Kreker jadi lebih segar dari biasanya. Roh-roh pesugihan yang selalu mengganggu aktivitas para siswa kini lenyap seutuhnya.

Ngomong-ngomong soal Bu Ratri, dia akhirnya mendekam di balik jeruji besi begitu juga dengan Julian dan kepsek. Semua ini berkat Mas Putra yang mampu ngebuat Julian bersaksi juga kerja samanya dengan alumni-alumni Kreker lainnya dalam membongkar kebusukan Bu Ratri. Mayoritas anak gedung belakang angkatan lama memposting thread dan keluh kesah mereka terkait kejanggalan di SMA Kreker, alhasil wanita itu menjadi bahan perbincangan di medsos.

Lalu soal Julian, Sebenarnya dia cuma bidak yang digerakkan oleh Bu Ratri, bahkan cowok itu sempat beberapa kali ingin menyerahkan diri ke pihak kepolisian, namun wanita dukun itu memaksanya untuk tutup mulut.

Selain itu, kepsek ikut dijatuhi hukuman, walaupun kepsek gak terlalu mendominasi dalam praktik pesugihan ini, beliau membiarkan Bu Ratri memegang kendali dan menjadi tangan kanan dalam menutupi kejahatannya.

Rupanya kekayaan benar-benar memutup mulut dan hati nuraninya.

"Van, lo mandi atau tidur?"

"Udah selesei kok." Gue membuka pintu kamar mandi, berjalan ke arah lemari baju."Jadi, lo udah tau mau ngomong apa nanti?"

Try to Feel U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang