File 4

231 41 55
                                    

Gue menatap rumah Eric lama. Mengatur napas sebelum neken bel rumahnya. Hari ini hari minggu, pukul sembilan pagi. Kalau kalian nanya kenapa gue ke sini jawabannya adalah gue mau tau kehidupan Eric di rumahnya.

"Eh, Nak Vano. Kenapa pagi-pagi ke sini?" Mamanya Eric tersenyum cerah menyambut gue.

"Ini, saya bawa kue buat tante. Sekalian mau ketemu Eric." Gue ngasih sekotak kue ke mamanya Eric. Sebelum ke sini gue nyempetin berhenti di toko kue, gak enak soalnya kalau gak bawa apa-apa pas bertamu.

"Yaampun gak usah repot-repot loh. Yuk masuk." Walaupun bilang begitu mamanya Eric tetep nerima kuenya dan berjalan memasuki rumah diikuti oleh gue dari belakang. "Eric ada di kamarnya. Perlu tante anter ke atas?"

Gue tersenyum. "Saya bisa sendiri ke atas, tante."

"Oke deh, tante mau lanjut ngerajut dulu. Kalau mau minum ambil aja di dapur."

Mamanya Eric berlari-lari kecil ke sebuah ruangan. Cara larinya lucu banget persis kayak Eric kalau lagi salting. Eh, kenapa jadi mikirin dia...

Tanpa basa-basi lagi gue langsung melangkahkan kaki menaiki tangga rumah Eric. Kepala gue menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan seseorang.

Cewek yang pake piama itu kemana ya?

Kaki gue berhenti melangkah tepat di depan pintu kamar Eric, begitu gue buka terlihat seorang cewek berpakaian piama tengah duduk di samping Eric. Dia nyisirin rambutnya Eric pake jari dia yang lentik. Hampir aja jantung gue copot. Baru gue omongin di dalem hati orangnya langsung muncul.

"Anak itu nyari sebuah buku di sini."

"Hah?" Gue natap dia heran. Bayangin aja dateng-dateng cewek itu langsung bilang kayak gitu.

"Setelah itu dia balik lagi ke sekolah."

Oh, Kepala gue mengangguk paham setelah mencerna dengan baik kalimat dari cewek itu.

"Itu yang Eric lakuin sebelum dia menghilang." Kepalanya menoleh ke arah gue, menampakkan wajahnya secara utuh. "Ada lagi yang mau ditanyain?"

"Maksudnya buku ini," tanya gue sambil nunjukin buku paket kimia Eric.

"Oh, dapet darimana?" Mata cewek itu membulat melihat buku paket kimia milik Eric yang ada di tangan gue.

"Ada di lemari sekolah." Gue naruh buku itu di meja belajar Eric. "Eng, tante udah lama tinggal di sini?"

"Enak aja lo panggil gue tante!"

Nah loh kok ngamuk.

"Bun..da?"

"Emangnya gue emak lo."

Serba salah. Beginikah rasanya berhadapan sama cewek?

"Ya terus apa dong?"

"Panggil aja pake nama. Nama gue Cempaka." Dia menyunggingkan senyumnya.

Agak enggan manggil nama, gue menggelengkan kepala cepat. Gimana ya bilangnya...dari sekali liat aja gue udah tau kalau dia itu pernah menjadi ibu, walaupun takdir mungkin berkata lain. Darah yang mengalir di sekitar kakinya membuat gue menahan napas.

"Oh ini?" Cempaka mengerti. "Gak papa. Waktu gue ngandung anak, gue seumuran sama lo."

"Sori," ucap gue pelan.

"Jadi, lo ke sini ada tujuan kan? lo mau tau tentang anak ini." Cempaka menyenderkan kepalanya di bahu Eric.

Gue menganggukan kepala. "Gue mau tau kesehariannya di rumah dan apa yang dia lakuin beberapa jam sebelum dia meninggal."

Try to Feel U [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang