Vote
Malam gelap tanpa bintang, hanya bulan purnama yang bersinar terang. Angin dingin berhembus menerbangkan tirai jendela sebuah kamar yang gelap gulita.
Seseorang memasuki kamar itu dengan berpakaian serba hitam. Dengan menyelinap seperti seorang ninja.
Sang pemilik kamar tidak terusik sama sekali akan kedatangan orang itu.
"Kau sudah menemukan mereka" ucap sebuah suara didalam gelap hanya seulet bentuk tubuh yang tinggi dan tegap.
Seseorang yang baru saja masuk itu mengangguk. "Sudah Tuan, Darius terluka cukup parah dia masih menjalankan beberapa perawatan. Sedangkan tunangannya sedang berada dirumahnya setelah menjenguk Darius" jelas orang itu.
"Bagus" decak sosok dalam gelap puas.
"Bawa mereka dalam keadaan hidup kehadapanku bagaimanapun caranya. Jangan meninggalkan jejak!" Titah sosok itu.
"Baik".
Ruangan itu terasa semakin mengerikan ketika tawa yang tersirat kesedihan menguar diudara.
"Mereka pantas mati".
____________________________
"Kau belum makan?"
"Kau ingin kemana?".
"Jawab pertanyaanku".
"Aku bisa mengatarmu".
"Zinse".
"DIAM".
Shura terdiam mendengar bentakan Zinse.
"Bisakah kau pergi, aku bosan melihat wajahmu".
"Lagi pula kenapa kau berada disini? Kau memiliki Istanamu sendiri".
"Berhenti menggangguku dan mengurusiku. Urus saja urusanmu sendiri".
Setelah mengucapkan itu Zinse pergi tanpa melihat lagi kebelakang. Masa bodo dengan rasa terimakasih.
Dirinya sudah muak dengan orang orang yang bertingkah seakan semuanya baik baik saja.
Mareka seakan tuli mendengar setiap pertanyaan Zinse. Baik, jika mareka tidak bisa menjawab maka Zinse akan mencari jawabannya sendiri.
Zinse kembali kekamarnya, tadinya Ia ingin mecari udara segar dengan berjalan keluar kamar.
Tapi sialnya, Shura langsung mengikutinya melihat dirinya keluar dari kamar.
Zinse memakai jubahnya yang memiliki tudung besar seperti yang sering digunakannya.
Dirinya baru ingat jika jubah kesayangannya terakhir kali dipakai oleh Zyan.
Apa Zyan membawanya? Atau hilang?
Srek
Zinse tersenyum sinis, ternyata ada yang mengikutinya. Sepertinya mereka begitu penasaran sekali ingin mengtahui kemana dirinya akan pergi.
"Sepo".
Dalam sekejap hewan mitos lucu menggemaskan itu ada dihadapan Zinse.
Dengan mata sedikit merah dan wajah mengantuk. Tukang tidur.
"Mengapa kau memanggilku pagi pagi begini" tanya Sepo kesal karena tidurnya diganggu.
Zinse mengendus malas. "Dasar pemalas, ini sudah hampir siang dan kau masih tidur".
"Tentu saja, anugrah hidup itu harus dinikmati. Jadi aku tidurlah sepuasku" balas Sepo asal.
Zinse mengendus malas, alasan yang tidak logis.
"Lakukan sesuatu agar mereka teralihkan. Jangan sampai mereka mengikutiku" bisik Zinse pada Sepo dan menunjukan sesuatu melalui ekor matanya.
Sepo menyipitkan matanya, kemudian menggangguk. "Itu mudah, apa imbalannya".
"Aduh".
Zinse baru saja menarik telinga Sepo gemas.
"Kau ini kenapa suka sekali meminta bayaran" kesal Zinse gemas.
Sepo menatap Zinse kesal, "Aku hanya ingin hasil dari pekerjaanku apa salahnya".
"Baiklah, datang kekamarku dan ambil salah satu permata disana" pasrah Zinse malas berdebat.
Sepo berbinar, permata. Oh tentu saja itu adalah hal yang sangat paling disukainya selain makan.
Dasar, buyut grifin
"Ah, kau memang yang terbaik. Aku senang kau jadi Tuanku" antusias Sepo berlagak memeluk Zinse dangan sayapnya.
_______________________
"Hati hati dengan pria yang selalu mendekatimu sekarang. Aku tidak suka degang wajahnya".
Zinse mengrutkan keningnya bingung meningat ucapan terakhir Sepo sebelum pergi.
Apa maksudnya? Zinse malas berpikir. Fokusnya sekarang adalah mencari jawaban dari pertanyaan yang menunmpuk dikepalanya.
Sampai.
Disinilah Zinse sakarang, didepan gerbang istana milik keluarga Zyan. Beberapa prajurit yang sedang berjaga sedikit membungkuk padanya.
"Bisakah aku bertemu dengan Zyan?" Tanya Zinse sedikit berharap.
Kedua prajurit yang berjaga paling dekat dengan Zinse saling menukar pandangan.
"Maaf Tuan Putri, Pangeran sedang tidak berada diistana" jawab salah satu dari mereka sopan.
"Benarkah?" Zinse memasang wajah tidak yakinnya.
"Be..nar Tuan Putri, jika tidak percaya coba saja bertanya pada Ratu Heana. Beliau sedang berada ditaman".
Zinse berpikir sebentar kemudian mengangguk dan memasuki halaman luas didalam gerbang.
St
Zinse memablikan badannya dan melihat penjaja itu tinggal satu. "Mana temanmu yang barusan?".
"Di.. dia sedang mengambil sesuatu Putri" ucap Penjaga itu sedikit gugup.
Mata Zinse memicing membuat penjaga itu menelan salivanya. Mencoba tersenyum tenang.
"Baiklah. Aku akan masuk".
Penjaga itu menghela nafas lega melihat Zinse yang mulai menjauh.
"Untung saja".
Zinse yang masih bisa mendengar itu menyerit bingung. Kenapa mereka aneh sekali pikirnya.
____________________
Tbc
Tingalkan jejak...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dragon Princess ✓
FantasíaKisah putri Raja naga... Bangsa naga yang dikenal punah. Perjalanan hidup sang putri naga yang berwarna warni. Memiliki paras yang cantik tak membuat hidupnya tenang. Dari kisahnya dengan beberapa pangeran penting bahkan raja, sampai siapa yang akan...