Part 28

964 145 0
                                    

Vote🌟

Disinilah Zinse sekarang dikamar yang ditempati Zyan. Kaylon sudah menghilang dari kamar kakaknya itu.

"Ada apa?" Tanya Zinse melihat Zyan yang terlihat seperti menahan sakit.

Zinse duduk disamping temapt tidur Zyan. Tangannya memeriksa suhu badan Zyan dan alangkah terkejutnya Ia ketika tangannya merasakan suhu tubuh Zyan yang malah terasa lebih dingin dari kemarin.

Zyan menarik tangan Zinse dan meletakannya dipipinya. "Tanganmu hangat" ucapnya sedikit berbisik.

Rasa khawatir membuat Zinse menarik tangannya. Namun Zyan menggenggamnya terlalu erat. "Zyan lepaskan! Aku harus memanggil tabib".

"Kaylon sudah pergi untuk memanggil tabib. Jadi kau tak boleh pergi" ucap Zyan yang malah tidur dipaha Zinse.

Mata Zyan tidak terbuka sedikitpun. Nafasnya sedikit memburu dan wajahnya juga sedikit pucat.

"PENJAGA!" Panggil Zinse.

"Mana tabib nya?" Tanya Zinse ketika dua orang prajurit masuk kadalam kamar.

"Dalam perjalan kemari tuan putri" lapor salah seorang dari mereka.

"Keluarlah".

"Baik, tuan putri".

Zinse menghela nafas berat. Padangannya kembali beralih pada Zyan yang terlihat sedikit gelisah. Tangan mengusap lembut rambut Zyan mencoba menyalurkan rasa tenang. Zyan yang merasakan kelembutan tangan Zyan tersenyum dengan mata terpejam.

"Tuan putri".

Zinse mengalihkan pandangannya dan tersenyum lega melihat kedatangan Kaylon beserta seorang tabib laki laki paruh baya.

"Saya akan memerikasa keadaan pangeran" izin sang tabib.

Zinse menggangguk namun saat akan beranjak, Zyan tidak melepaskan tangan Zinse dikitpun. "Jangan pergi".

"Aku tidak akan pergi, sekarang kau harus diperiksa dulu" ucap Zinse lembut mencoba melepaskan tangannya dari Zyan.

Zyan membuka matanya dan menggeleng. "Aku tidak akan mau diperiksa jika kau bernjak satu inci saja dari sini".

Zine menghela nafas kemudian berucap "Baikalah aku akan tetap disini" dengan kepala Zyan masih dipaha Zinse.

"Bagaimana keadaanya tabib?" Tanya Zinse melihat tabib mulai membereskan barang bawaanya.

Tabib itu tersenyum tipis. "Pangeran tidak apa apa tuan putri. Keadaan pangeran yang seperti ini adalah rekasi jika ramun itu telah benar benar menghilang dalam tubuh pangeran" jelasnya membuat Zinse dan Kaylon yang sejak tadi menahan nafas menjadi lega mendengan penjelasan tabib.

"Lalu apa yang harus kami lakukan untuk membuatnya cepat pulih" tanya Kaylon penasaran.

"Hanya perlu istirahat total dan jangan ada yang berisik".

Kaylon mengangguk begitu juga dengan Zinse yang sudah bernafas lega. Mata Zinse beralih pada Zyan yang masih belum melepaskan tangannya. Pria itu menutup matanya dengan tenang tapi Zinse yakin Zyan mendengar apa yang dibicarakan mereka.

"Kaylon kau antar tabib keluar, lalu setelahnya pergilah kekamarmu untuk beriatirahat" titah Zinse yang dibalas anggukan oleh Kaylon.


"Bawakan aku buku!".

"Bawakan aku makanan untuk pangeran Zyan!".

"Bagaimana keadaan Ibuku?".

"Hmm aku bosan".

"Bawakan aku buah buahan!".

Suara dengan nada perintah itu tidak mengganggu Zyan sama sekali karena Zinse mengucapkannya dengan sedikit kecil. Prajurit dan pelayan yang diperintahkan Zinse hanya menggeleng kepala heran sekaligus merasa lucu dengan Zinse yang tidak meninggalkan kamar Zyan seincipun. Setelah sekian lama mereka bisa melihat kembali raut wajah khawatir dan rasa perhatian Zinse secara terbuka.

Karena  biasanya Zinse hanya memasang wajah datar tanpa senyum miliknya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu" kesal Zinse melihat Zyan yang tidak mengalihkan pandangannya darinya.

Pria itu duduk menyandar pada kepala tempat tidur. Awalnya Zyan tertidur nyaman disamping Zinse dan menuruhnya membacakan buku untuknya. Tapi, karena kasihan Zyan menyuruh melakukan apa saja yang Zinse mau asal bukan meninggalkannya.

Dan sekarang Zyan sedang memperhatikan ekspresi lucu Zinse yang sedang mengupas kulit mangga. Zyan tidak bisa mengalihkan perhatiannya terlalu menggemaskan.

"Jangan terlalu serius kau akan cepat tua" Tegur Zyan lucu.

Zinse tetap fokus pada apa yang dikerjakannya. Tangan lentiknya tampak lihai menguliti buah mangga ditangannya.

"Buka mulutmu!" Titah Zinse menyuapi Zyan dengan potongan daging buah mangga.

Zyan membuka mulutnya dan menerima setiap suapan dari Zinse. Kapan lagi dirinya bisa dimanja Zinse jika bukan sekarang.

Zyan mengerutkan keningnya tidak suka melihat Zinse yang terus menyuapinya tapi tidak dengan dirinya sendiri. "Kenapa kau tidak ikut memakannya?".

"Aku masih kenyang" ucap Zinse beralasan.

"Aku tidak melihatmu makan apapun selain angin" ucap Zyan.

"Fokuslah dengan makananmu jangan banyak bicara kau bisa tersedak. Aku bisa makan nanti" ketus Zinse.

Sebuah potongan daging buah mangga yang cukup besar membuat Zyan terpaksa menelan protesnya. Zinse dengan sengaja memasuka potongan daging buah mangga yang cukup besar untuk membuat Zyan diam.

"Zinse!"

_________________________

The Dragon Princess ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang