Part 40

900 132 0
                                    

Tap vote🌟

Zinse termenung menatap secangkir teh dihadapannya. Tidak ada seorangpun disana selain dirinya.

Tempat tertinggi yang ada diistana milik keluarganya, loteng.

Gaun putih bersih berbahan sutra miliknya tersapu angin hingga tampak seperti sedang menari.

Begitu juga rambutnya yang melambai lambai tersapu angin nakal.

"Aku sering cemburu tapi kali ini aku benar benar cemburu".

"Aku merindukanmu".

"Andai kau tahu, aku tidak ingin jauh darimu".

"Jaga dirimu, aku berjanji semuanya akan segera usai".

Semalam Zinse mendengar suara suara itu didalam tidurnya.

Itu bukan mimpi, Zinse ingat persis ketika sedang tidur Ia merasakan ada orang lain disampingnya.

Tapi Zinse tidak sanggup bangun karena rasa kantuk yang malah semakin menyerangnya.

Pertanyaannya? Apa semalam ada seseorang yang menyelinap kekamarnya.

Siapa? Apakah mungkin itu Zyan. Sayang Zinse tidak terlalu ingat jelas suaranya hingga tidak hapal suara itu milik siapa.

"Ahhk, aku benar benar penasaran" pekik Zinse gemas sembari mengacak ngacak rambutnya.

"Tapi kenapa aku harus pusing pusing memikirkan kejadian semalam?" Ucap Zinse bertanya sendiri.

"Sepertinya aku harus berendam".

"Terlalu banyak berfikir bisa membuatku gila".

Suuut

Cleb

Zinse mengerjap kaget melihat anak panah yang melesat tepat beberapa senti dari wajahnya.

Anak panah itu menancap disalah satu pilar loteng. Terdapat sebuah kertas putih yang diikatkan dianak panah itu.

Zinse mengusap dadanya kaget, hampir saja anak panah itu menembus kepalanya.

Zinse mengambil kertas putih itu dan melihat keseliling loteng, tidak ada siapapun.

Penasaran Zinse membuka gulungan kecil kertas putih yang diikat benang merah itu.

Jangan terlalu banyak berpikir. Jangan merindukaku.

Aku merindukanmu💕😘

Bibir Zinse berkedut menahan tawa geli yang keluar dari bibirnya.

ASTAGA, DEMI APAPUN KENAPA HARUS LOVE BERWARNA PING?

MENGELIKAN.

Siapa yang mengambar sealay ini?

Benar benar menggelikan, antara geli dan ingin tertawa keras.

Dan apa katanya, jangan merindu sedangkan dia merindukan dirinya.

Yang benar saja.

Zyan apa yang melakukan ini dirimu? Batin Zinse geli.

Zinse tidak dapat menahan senyuman yang terbit dibibirnya ketika mengingatnya.

Sebuah keyakinan begitu kuat dihati Zinse jika yang melakukan ini adalah Zyan.

Meski hubungan mereka kini tidak jelas dan tidak tahu arah. Entah mengapa Zinse memikili sebuah keyakinan bahwa Zyan masih mencintainya.

Namun, ada sesuatu yang menghalangi kisah mereka berdua dan Zinse tidak tahu itu apa.

Kadang Zinse merasa seperti orang bodoh karena tidak tahu apapu. Tapi pada siapa dirinya bertanya jika orang disekitarnya memilih bungkam.

Aku percaya itu kau dan aku percaya kau tidak akan meninggalkanku, meski sulit bagiku bertahan. Batin Zinse sendu.

Setidaknya aku bisa mengibati lukamu meski sedikit. Batin seseorang dari kejauhan.

*

Herclus melihat pemandangan didepanya mengerutkan kening bingung.

Sedikit tidak suka melingkupi hatinya melihat keakraban Zinse dan Shura.

Bukan berarti dia jatuh cinta pada kakak sepupunya sendiri ya, dimatanya Zinse kakaknya sekaligus wanita berharga selain Ibu dan Bibinya.

Dari awal kedatangan pangeran kerajaan selatan itu Herclus memang tidak terlalu menyukainya.

Entah kenapa, tapi Herclus merasa kehadiran Shura membuat orang tuannya dan orang tua Zinse menyembunyikan sesuatu dari mereka berdua.

Yang Herclus tahu adalah tidak boleh melepaskan pengawasannya dari Zinse dan alasan mengapa Zyan tidak berada disekeliling Zinse lagi.

"HEI! KAU CURANG".

Shura malah menjulurkan lidahnya melihat wajah merah padam milik Zinse.

Mereka sedang berlatih panah. Dengan taruhan siapa saja yang kalah akan mengabulkan permintaan yang menang.

Satu permintaan.

Sekarang Zinse sungguh kesal karena anak panahnya melesat dari jauh tengah. Sekitar 10 senti dari tengah yang merupakan titik sasaran.

Ini karena ulah Shura yang meniup daun telinganya tepat saat Zinse melepaskan anak panahnya.

Melihat Shura yang akan melesatkan anak panahnya Zinse tersenyum miring dengan ide cerdik diotaknya.

Wush

Drrrd

Anak panah Shura melesat jauh entah kemana. Shura cengo melihat papan bundar sasarannya sedikir bergeser karena sebuah bongkahan es yang mendorongnya.

Shura mendengar cekikikan dibelakannya dan melihat Zinse yang tertawa namun sedikit ditahan.

"KAU CURANG!".

Shura mengejar Zinse yang berlari jauh. Mereka berteriak sambil berlari.

"KITA IMPAS wlee" balas Zinse menjulukan lidahnya.

"KAU LEBIH CURANG DARIKU ZINSE".

"SIAPA PEDULI YANG PENTING AKU MENANG".

Zinse berteriak sambil bersorak disela sela larinya.

Nafas Zinse tidak beraturan dengan air keringat yang mengucur dari kepala kelehernya. Para penjaga yang melihat itu menelan saliva mereka dan mencoba mengalihkan pandangan mereka dengan wajah bersemu.

Sungguh pemandangan yang indah. Batin mereka.

Zinse berhenti berlari dan segera berbalik menghadap Shura yang masih berlalri mengejarnya.

Shura menyeringai melihat kesempatan untuk meraih Zinse.

Bruk

Sayang seribu sayang, niat hati memeluk Zinse malah mendapatkan sebongkah es dihapannya yang menjadikan tubuhnya menabrak bongkahan itu dengan tidak elit.

Zinse tertawa lepas, Ia sampai memegang perutnya kram karena melihat sebelah wajah Shuran yang menempel di es miliknya.

Para dayang dan penjaga yang melihat itu menahan tawa mereka melihat keadaan Shura yang mengenaskan.

Pangeran yang malang.

Herclus yang melihat kejadian itu sedikit menahan tawa.

Hatinya menghangat setidaknya kehadiran Shura bisa mengisi kesedihan Zinse tentang Zyan.

Tapi satu hal yang ada dipikirannya.

Kenapa Zinse begitu cepat memeprlihatkan kekuatannya pada Shura.

Padahal saat bersama Zyan, Zinse tidak pernah berniat memperlihatkan kekuatannya.

Tbc....

Follow @anaadeeva01

Gimana cara Shura menghibur Zinse bisa bikin kalian terhibur juga kah?

Vomen guys💕💕

The Dragon Princess ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang