Part 17

1.1K 163 0
                                    

"Jangan mengikutiku!".

"Aku tak suka melihat wajahmu".

"Zinse, jangan seperti ini. Aku minta maaf karena tak mempercayaimu. Aku pikir kau benar melakukannya karena kau hanya diam".

Zinse mengendus kesal. Melanjutkan langkahnya keluar gerbang istana. Melihat itu Zyan langsung menghalangi langkah Zinse. Belum apa apa Zinse sudah meletakan telunjuknya dibibir Zyan. Membuat pria itu mengerjapkan matanya kaget. "Jangan berbicara aku malas mendengar suaramu".

Zyan memasang wajah menyesalnya. "Maafkan aku, ta..".

"Diam. Sebaiknya kau kembali pada calon istrimu saja. Sama sama membuatku muak. Cocok sekali," sakras Zinse tajam.

Jujur Zyan sedikit terluka akibat ucapan Zinse. Tapi Ia sadar itu karena ulahnya sendiri yang tak percaya pada Zinse. Zyan hanya tak suka dengan keterdiaman Zinse tanpa membela diri sendiri. Melihat Zinse berbalik menjauh Zyan langsung memeluknya dari belakang.

"Calon istriku hanya satu dan itu kau seorang tak ada yang lain," Zyan mengabaikan Zinse yang berontak. Pria itu memeluk Zinse erat menghiraukan gerutuan Zinse.

"Akh".

Zyan mengusap pinggangnya korban kekerasan Zinse. Ia menatap gadis itu kesal, hobi putri yang satu ini patut dihilangkan.

"Urus urusanmu sendiri. Jangan ikuti aku, aku ingin mencari calo suami baru," ucap Zinse ketus, kemudian berlari cepat menjauhi Zyan.

Apa?

Wajah Zyan mengeras tangannya ikut mengepal. Sampai mati pun Zinse hanya akan menjadi miliknya. Zyan mengejar Zinse yang berlari, kecil mungil lari Zinse cepat juga.

Saat melihat Zinse benar benar akan keluar dari gerbang. Zyan mempercepat larinya dan mengangkat tubuh mungil Zinse yang tersentak kaget akibat ulah Zyan.

Zyan meraup bibir mungil Zinse gamas sekaligus kesal karena ucapan gadis itu. Karena posisi sangat erat, Zinse hanya bisa memukul mukul dada Zyan. Ia menggelengkan kepalanya betulang kali supaya terhindar dari ciuman ganas Zyan.

"Lep... emm.. pas".

Zyan melepaskan ciuman sepihaknya karena Zinse tak membalasnya. Gadis itu menghirup oksigen rakus, bibirnya juga sedikit membengkak. Zyan mengelus bibir mungil Zinse lembut.

"Jika aku mendengar ucapan seperti barusan keluar dari mulutmu. Jangan salahkan aku jika hukumanmu akan lebih dari ini," nada tegas dan tajam Zyan membuat Zinse meneguk ludahnya.

Zinse terpaksa mengangguk, Zyan menurunkannya berubah menjadi memeluk Zinse. Tak peduli jika mereka berdua menjadi tontonan prajurit. Wajah Zinse bersemu merah antara malu dan marah.

"Kau membuatku malu," kesal Zinse. Namun dihiraukan oleh Zyan, yang memandangnya tak lepas.

"Apa yang terjadi sampai membuatmu menemuiku?" Terlihat wajah tak suka menggemasakan milik Zinse membuat Zyan gemas. Perubahan yang cepat sekali, gadis unik. Merindukan gadis dipelukannya ini sangat menyiksanya. Padahal mereka tak bertemu hanya beberapa hari.

Cup

plak

"Mengapa kau balik menamparku?" Ringis Zyan kesal. Tamparan Zinse tidak keras namun cukup membuat pipi Zyan sedikit berdenyut. Baru saja gadis itu menurut sudah berulah lagi. "Seharusnya kau membalasnya dengan ciuman".

"Dalam mimpimu".

Zyan menahan tangan Zinse yang mencoba kabur darinya. "Kau belum menjawab pertanyaanku".

The Dragon Princess ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang