👉👈

3.3K 146 2
                                    

MENGHEMBUSKAN nafas sialnya seraya merutuki dalam hati, Irene tak suka dengan atasannya yang selalu berbuat seenaknya padanya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, seharusnya wanita itu sudah pulang pukul 5 sore tadi. Tetapi karena ada sedikit perasaan tak suka dari atasannya, Irene selalu dipersulit ketika jam pulang kerja.

Berharap laporan ini dapat benar di mata atasannya itu, Irene sudah mondar-mandir di ruangan ini ada sebanyak lebih dari lima kali. Pikiran dan fisiknya sudah lelah, dan matanya pun menyipit, tanda semakin mengantuk. Kini wanita itu berjalan masuk ke ruang atasannya untuk memberikan laporan ini.

Plakk..

"Ini laporannya, Bu. Ini sudah saya rangkum dengan benar, ejaan yang benar, urutan halaman yang benar, dan semuanya benar. Saya permisi dulu", acuh Irene sudah tak tahan lagi ingin segera bergegas pergi dari kantor ini dan merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk.

"Eitt tunggu, Rene..", sergah wanita itu lagi menghentikan langkah Irene. Sebelum berbalik, Irene memutar kedua bola matanya jengah.

"Apa lagi?".

"Kamu ini tidak ada sopan-sopannya ya sama atasan kamu? Kerjaan belum tentu bener keburu pulang aja!", ptotesnya.

"Bu Jisoo---jangan membuat saya marah. Anda pikir saya segan dengan anda, hah? Saya masih menghormati anda ya Bu, sebagai atasan saya. Harusnya anda juga mikir dulu sebelum memerintah saya. Ini sudah jam berapa? Pegawai admin yang lain juga tidak hanya saya, tapi kenapa selalu saya yang diperintah hingga diluar jam kerja seperti ini? Maaf ya Bu, untuk kali ini---saya menebalkan telinga dari ocehan anda. Permisi", final Irene langsung pergi saja dari ruangan sekertaris utama di perusahaan ini tanpa mendengarkan ocehan dari wanita itu yang kini sudah mulai melontarkan kata-katanya dari a-z. Irene sudah tidak mau tau soal urusan hari ini. Jika besok dirinya dimarahi habis-habisan oleh direktur, dia akan protes dan membuka semua kebusukan sekretaris itu.


🎇🎇🎇


Untuk melepaskan penatnya, Irene memilih untuk melepaskan beban pikiran dan kejengkelannya pada sekertaris menyebalkan itu dengan pergi ke diskotik. Sebelumnya Irene sudah pernah pergi kemari sekali. Saat merayakan ulang tahun temannya beberapa bulan yang lalu. Dan merasa ketagihan dengan rasa dan aroma red wine yang dapat merilekskan dirinya.

Irene membuka jasnya, melipatnya jadi beberapa lekukan dan memasukkannya ke dalam tas, menyisakan dress hitam polos yang membalut tubuh seksinya.

Tentu saja para pria hidung belang, pria pejabat tinggi, pria pengangguran, pria berprestasi, dan segala macam jenis pria yang ada di dalam diskotik itu menatap Irene kagum dan menggoda. Padahal Irene masih berjalan menuju meja bar dengan langkah acuh tidak memperdulikan sekitarnya. Karena tujuannya saat ini adalah mabuk, lalu pulang.

"Red wine", pintanya pada bartender tampan. Segera disiapkannya sesuai dengan pesanan Irene.

Sebotol red wine beserta slokinya sudah tersedia di depan mata. Tanpa pikir panjang Irene langsung meneguknya. Jika habis, dituangkannya kembali. Kemudian habis lagi, dan dituangkannya lagi. Terus seperti itu sambil memejamkan mata mencoba melepaskan penatnya satu persatu.

•••••

Pria itu tersenyum setelah membuka sebuah box merah yang telah diberikan kekasihnya itu padanya. Sebuah hadiah ulangtahun yang ke 27, kemarin. Dia amat menyukai segala pemberian yang diberikan kekasihnya padanya. Karena pria itu tak memandang harga dari hadiah itu sendiri, tetapi dari niat dan kegunaan untuk hidupnya.

Second Married | Bangtanvet (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang