04 : Bulan yang Tak Lagi Egois

893 151 23
                                    

Draco segera memasuki Manor dengan tergesa. Hampir saja ia tersandung tetapi dengan sigap pengawalnya segera meraih lengannya. Tanpa menunggu kakinya yang agak sakit karena terkilir, Tuan Muda itu tetap berjalan dan menaiki tangga dengan cepat. Setiap langkah kakinya yang cepat beriringan dengan detak jantungnya yang tidak bisa kembali normal sejak berita dari sekretarisnya datang.

Hermione bunuh diri.

Air mata Draco menetes melalui ujung matanya namun buru-buru ia hapus ketika memasuki kamar Hermione. Ini pertama kalinya ia memasuki kamar Hermione setelah dua tahun tinggal bersama. Draco hanya memberi uang dan memanggil beberapa arsitek serta orang yang dipilih Hermione untuk membuat dan mendesain kamarnya. Ya, kamar ini baru di buat di Manor dua tahun lalu sesuai permintaan Hermione. Draco tidak tahu pasti apa alasan Hermione menginginkan kamar baru ketika di Manor masih terdapat banyak kamar kosong.

Di sana ada Elisa, dua pelayan rumah yang lain, dan Harry Potter sahabat Hermione sejak kecil yang saat ini berprofesi sebagai dokter. Melihat kedatangan Draco membuat Harry tak bisa membendung kekesalannya. Ia segera menerjang Draco dan menghadiahinya dengan pukulan telak di pipinya.

"Sudah berapa kali kuingatkan padamu untuk menjaga Hermione?!"

"Maaf," tunduk Draco berusaha menyembunyikan air matanya. Sungguh, ini terlalu mendadak dan Draco tak mampu menahan hatinya yang sakit saat ini.

Melihat Draco yang seperti itu membuat Harry iba. Ia menepuk-nepuk punggung Draco bersahabat. "Dia tidak mati."

"Benarkah?" lirik Draco tak percaya.

"Kau mau dia mati?"

"Tidak! Tentu saja tidak!"

Draco segera menghampiri ranjang Hermione. Wajah gadis itu nampak pucat, bibirnya bersemu biru, hidungnya di pasang oksigen, infus terpasang di tangan kirinya, dan nafasnya pelan sekali. Pada akhirnya tangis Draco pecah, ia terisak di samping ranjang Hermione dengan menggenggam telapak tangannya erat.

Draco merasa bersalah. Ini salahnya! Seharusnya ia tidak memaksakan diri untuk mendekap matahari. Seharusnya ia tidak egois dengan mengurung Hermione. Kalau saja ia menuruti ucapan Hermione tentang perpisahan itu, mungkin saja tangan gadis yang ia genggam sekarang tidak akan sedingin ini.

Mungkin jika perpisahan itu Draco setujui, saat ini Hermione pasti sedang tertawa bahagia di luar sana.

"Berterimakasihlah padaku, Malfoy." ujar Harry sembari mengusap pelan bahu Draco yang masih bergetar.

"Bagaimana kau menyelamatkannya?"

"Sudah lama aku tidak mengunjungi Hermione jadi aku inisiatif memberinya kejutan tanpa memberitahunya. Saat aku datang, Elisa segera mengetuk kamar Hermione. Tidak ada sahutan dari Hermione dan pintunya terkunci padahal Elisa bilang Hermione jarang mengunci pintu karena toh, kau tidak akan memasuki kamarnya. Aku merasa janggal lalu aku mendobrak pintunya. Suara gemericik air dari kamar mandi segera menuntunku ke sana dan yah, dia menenggelamkan dirinya." jelas Harry.

"Tapi dia baik-baik saja kan?"

"Sejauh ini baik, mungkin Hermione akan koma selama dua sampai tiga hari."

"Setelah itu ia akan sadar kan?"

"Tergantung,"

Draco menoleh terkejut dengan wajah sembab. "Apa maksudmu?!"

"Tergantung Hermione memilih kehidupan atau kematian."

Draco menggeleng. Ia bangkit lalu menatap Harry tajam. "Obati dia sampai sembuh! Berapa pun yang kau minta akan aku berikan!"

Can We Grieve no More? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang