Hermione sudah boleh pulang beberapa hari yang lalu.
Tidak ada yang berbeda dari kepulangannya. Semuanya sama. Ia tetap dikamarnya dan melakukan semua kegiatannya di sana.
Akan tetapi ia sudah mau ditemui oleh orang lain, termasuk Draco. Saat dua insan itu bertemu mereka lebih banyak diam, menikmati hening yang tercipta di antara mereka. Daripada berbicara, keduanya memang sengaja memilih hal tersebut seraya duduk di bangku balkon kamar Hermione. Dari balkon itu mereka menatap bunga matahari yang kelopaknya layu ketika malam hari.
Tentang maksud ucapan Hermione tempo hari tentang sunyi, Draco sudah memahaminya. Jadi sekarang dia sedang memberi waktu Hermione untuk menenangkan dirinya sampai Hermione siap membaginya pada Draco. Mungkin akan lama tetapi Draco yakin ia dan Hermione pasti bisa melalui ini.
Lalu sekarang tiba-tiba Draco mendapat pesan dari Hermione yang membuat dahinya terlipat. Ia mendongak pada sekretarisnya yang menyampaikan pesan itu dan sekretarisnya hanya menggeleng tak paham.
Hermione mengajaknya makan malam di sebuah restoran terkenal bintang lima di pusat kota.
Apa mungkin hari ini Hermione akan membagi semua kisahnya?
***
Siang hari itu terik tetapi angin musim gugur menyamarkan hawa panasnya. Dari balkon kamarnya yang terletak di lantai dua, fokusnya dapat melihat dengan jelas seisi kebun di bawah sana.
Setiap menatap kebun yang penuh dengan bunga matahari, pohon-pohon hias, dan beberapa jenis tanaman sayuran dan buah, membuat Hermione memikirkan masa lalunya. Sialnya kebun yang asri itu selain membuatnya mengingat masa lalu juga membuatnya memikirkan perihal masa depannya.
Kebun itu asri, indah, hijau, dan tentu saja nampak damai.
Kedamaian.
Itu yang ingin Hermione capai dalam jiwanya yang mulai gersang.
Di tengah lamunannya, tiba-tiba sosok penghuni di dalam perutnya menendang menciptakan sensasi yang tak biasa bagi Hermione meski telah berkali-kali merasakannya. Janin dalam perutnya itu sejak sebulan terakhir lebih aktif menendang perut Hermione.
Tangan Hermione mengusap kaku perutnya yang semakin membesar itu. Itu perutnya sendiri dan di dalam sana ada janinya, bayinya, tetapi entah mengapa mengelusnya seperti ini tetap terasa canggung.
Janin itu kurang perhatian karena Ibunya terlalu sibuk melamun sepanjang hari.
Kata Draco, ia mengalami preeklamsia. Hal itu mengharuskan Hermione untuk rutin seminggu sekali memeriksakan diri ke dokter atau jika ia lemas, Draco akan memanggil dokter ke Manor. Sejujurnya hal itu membosankan terlebih dokter akan terus menanyainya hal yang sama.
Hermione ingin menolak tetapi ia sadar bahwa sosok yang sedang dikandungnya tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tuanya. Janin itu tidak salah. Hermione berusaha keras menanamkan hal itu dalam alam bawah sadarnya agar ia tak lagi melakukan tindakan nekat.
Mungkin ia bisa menyerah jika janin itu sudah dilahirkan.
Preeklamsia ini membuat Hermione tidak bisa melakukan banyak hal karena ia seringkali mengalami pusing, pandangan mengabur, lemas, dan tidak enak badan. Hal itu benar-benar mengganggunya hingga ia tak bisa melakukan kegiatan apapun selain melamun.
Sebenarnya sebelum di diagnosis mengalami preeklamsia kegiatannya memang lebih banyak tidur dan melamun. Akan tetapi, setidaknya ia masih bisa membaca buku-buku kimia dikamarnya dan terkadang melalukan beberapa riset yang memaksa otaknya berpikir. Lalu sejak ia mengalami preeklamsia, baru memikirkan tentang risetnya sebentar saja kepalanya sudah pusing dan pandangannya mengabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Grieve no More?
Fanfiction[COMPLETED] Matahari tak lagi menunjukkan sinarnya sejak bahan bakarnya menghilang dan bulan yang sejak dahulu hidup dalam kegelapan tidak tahu bahwa keputusannya untuk membawa matahari merupakan kesalahan besar. "Orang tua kita sudah tahu tentang...