Tujuh bulan berlalu.
Selama tujuh bulan itu Hermione sama sekali tidak keluar kamar. Ia tidak mau ditemui siapapun, kecuali Elisa. Richard dan Helena pun tak mampu membujuk putri mereka, pintu kamar Hermione tetap tertutup sekalipun yang datang adalah kedua orang tuanya. Lucius dan Narcissa yang ikut khawatir pun juga andil dalam membujuk Hermione tapi wanita itu tetap bergeming di kamarnya.
Draco telah mengatakan yang sejujurnya pada kedua orang tua dan mertuanya. Ia menceritakan semuanya tanpa mengurangi atau melebihkan detail-detail penting. Kedua keluarga itu sepakat dan menyetujui bahwa keputusan Draco adalah yang terbaik. Hanya saja sikap Hermione-lah yang membuat mereka khawatir. Mereka takut Hermione akan berbuat hal yang tak semestinya tetapi Elisa telah menyakinkan dua keluarga itu bahwa Nyonya Muda mereka akan selalu baik-baik saja.
Pagi ini seperti biasa, sebelum berangkat kerja Draco akan mampir sejenak di depan pintu kamar Hermione. Ia memiringkan kepalanya dan menguping. Tidak ada suara. Mungkin dia masih tidur.
Saat Draco berbalik, Elisa datang dengan senampan sarapan dan satu botol obat berisi vitamin. Ya, sejak hamil, Harry menyarankan Draco untuk membelikan Hermione vitamin untuk menunjang kesehatannya dan bayinya. Vitamin diperlukan agar Hermione tidak gampang tumbang, apalagi di dalam kamar itu selama tujuh bulan ini setiap malam ia selalu mendengar Hermione menangis.
Seperti tidak ada hal yang bisa wanita itu lakukan selain menangis.
Draco sempat berkonsultasi dengan dokter kandungan karena ia khawatir pada Hermione yang selalu menangis itu. Draco takut kondisi psikologis Hermione semakin lama semakin tidak baik. Lalu dokter itu menyarankan untuk membelikan Hermione seperangkat alat bercocok tanam, alat melukis, alat merajut, buku yang banyak, atau apapun yang bisa menjadi hobi baru Hermione yang dapat mengalihkan kesedihannya.
Draco membeli semua itu. Ia memberinya pada Elisa dan Elisa justru datang dengan laporan bahwa Hermione sama sekali tidak mau menyentuh barang-barang pemberian Draco.
Apa sebenci itu Hermione padanya?
Draco telah berusaha sebaik mungkin tetapi memang hati yang telah membeku itu sulit sekali mencair.
Bagian paling mirisnya adalah selama tujuh bulan ini Draco sama sekali belum melihat Hermione. Wanita itu mengurung dirinya di kamar sehingga Draco bahkan tak bisa melihat bagaimana perkembangan bayinya. Tak bisa mengusap perut Hermione dan tak bisa merasakan tendangan-tendangan dari bayinya. Jujur saja ia iri pada calon ayah diluaran sana.
Saat dokter datang memeriksa pun, Hermione berkata pada Elisa bahwa ia hanya ingin diperiksa di siang hari. Draco tahu keinginan Hermione itu agar Draco tidak memiliki celah untuk melihatnya barang sekejap. Hermione benar-benar menghindarinya sebisa mungkin.
"Ada yang ingin Anda sampaikan, Tuan Muda?" tanya Elisa dengan sorot matanya yang menunjukkan kekhawatiran dan kesedihan yang mendalam setiap kali ia menatap sang Tuan Muda.
"Tidak ada."
Sebelum Elisa membuka pintu kamar Hermione, Draco kembali bertanya. "Apa dia makan dengan baik?"
"Ya, Tuan Muda."
"Apa barang-barang pembelianku sudah ia sentuh?"
"Belum, Tuan Muda. Saya akan berusaha membujuk Nyonya Muda lagi."
"Tidak, jangan. Biarkan saja, semakin kau membujuknya, ia akan semakin membenciku."
Elisa menunduk, ia tidak tega melihat ekspresi sang Tuan Muda yang bermuram durja.
***
Malamnya Draco pulang larut.
Ia mampir lagi di depan pintu kamar Hermione, seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Grieve no More?
Fanfiction[COMPLETED] Matahari tak lagi menunjukkan sinarnya sejak bahan bakarnya menghilang dan bulan yang sejak dahulu hidup dalam kegelapan tidak tahu bahwa keputusannya untuk membawa matahari merupakan kesalahan besar. "Orang tua kita sudah tahu tentang...