08 : Apa yang Belum Kuketahui Tentangmu?

910 170 57
                                    

Hermione baru selesai mandi dan sarapan, kini ia berjalan menghampiri alat-alat lukis yang dibelikan Draco. Ia mulai meletakkan kanvasnya di atas easel, menyiapkan beberapa warna cat air yang akan ia gunakan, dan ia meletakkan kursinya menghadap jendela. Posisi yang sempurna untuk melukis.

Elisa masih setia menemani Hermione di kamar. Ia masih belum mengerti mengapa Nyonya Mudanya berbeda seratus delapan puluh derajat seperti. Apakah semalam Hermione baru saja mendapat mujizat dari Tuhan? Atau memang ini bawaan bayinya?

Elisa melihat Hermione mencelupkan kuasnya yang kecil pada cat warna kuning tetapi kuas itu menggantung di udara. Hermione mengernyit bingung lalu menoleh pada Elisa,

"Menurutmu apa yang harus aku lukis?"

"Bunga, mungkin? Terserah Anda."

Hermione seperti berpikir sejenak. Ia lalu meletakkan paletnya dilantai dan kembali bertanya. "Di mana ponselku?"

Elisa segera mengambil ponsel milik Hermione di atas nakas dan memberinya pada sang Nyonya Muda. "Berikan padaku nomor suamiku, aku ingat aku tidak pernah menyimpannya." kata Hermione saat ponsel itu telah berada di tangannya.

Elisa memang masih terkejut dengan segala tingkah Hermione hari ini tetapi jauh di dalam lubuk hatinya ia senang. Elisa senang karena sang Nyonya Muda telah membuka hatinya. Harapan indah di rumah ini mungkin akan jadi kenyataan sebentar lagi.

Elisa berharap sikap Hermione yang seperti ini berlangsung selamanya, bukan hanya hari ini.

"Ini, Nyonya Muda." ujar Elisa setelah memasukkan nomor sang Tuan Muda.

"Baik, aku akan meneleponnya,"

"Jangan!"

"Lho, kenapa?" tanya Hermione dengan keningnya yang berkerut dalam.

"Biasanya jam segini Tuan Muda ada acara penting, entah itu rapat, bertemu klien, atau sebagainya."

Air muka Hermione berubah cemberut. Ponselnya langsung ia lempar ke atas kasur. Ia memilih kembali mengambil paletnya. Namun baru satu gores warna kuning ia lukis di atas kanvas, Hermione kembali meletakkan paletnya secara kasar.

Ia kemudian berdiri menghampiri ponselnya di atas kasur dan berkata. "Masa bodoh!"





***





Draco mengatakan dengan mantap dan lancar semua rencananya untuk pengembangan perusahaan setahun ke depan di hadapan para investor. Proyek-proyek berbentuk tiga dimensi miliknya terpampang jelas di monitor. Presentasi miliknya mendapat tepuk tangan meriah dari para investor dan Draco bersyukur bahwa rencananya mendapat dukungan penuh seperti ini.

"Baiklah, mungkin ada yang ingin ditanyakan?" tanya Draco ramah.

Salah seorang investor mengangkat tangannya. Draco segera mengangguk dan orang itu bertanya. "Saya mendengar perusahaan Anda akan mengadakan merger dengan perusahaan Bio Health Company. Apa itu benar? Jika benar bukankah merger ini akan menguntungkan kedua belah pihak karena saham akan naik pesat?"

Para investor yang lain mengangguk-angguk seolah setuju dengan pendapat sang penanya.

Draco menghela nafasnya. Namun saat ia hendak menjawab tiba-tiba sekretarisnya yang berdiri di pojok ruangan menghampiri Draco. Ia berbisik dan menunjukkan layar ponsel Draco yang menunjukkan panggilan masuk dari,

Hermione ♡

"Tuan Muda, Nyonya Muda menelepon."

Kedua mata Draco membola. Belum pudar rasa terkejutnya pada Hermione karena kejadian tadi pagi, sekarang justru Hermione meneleponnya. Ini adalah tindakan yang tidak pernah dilakukan Hermione selama dua tahun mereka hidup bersama.

Can We Grieve no More? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang