🌧23🌧

79 34 51
                                    

Halo readers. Maaf, ya. Baru bisa up lagi. Siapin diri kalian buat baca chapter ini karena chapter ini cukup panjang, hampir 2000 kata.

Happy reading, ya. Jangan lupa tinggalin jejak berupa vote dan komen.

⛈️🌧🌦

- Flashback, lima tahun yang lalu -

"Kak, ayo ke sungai sekarang!" Seorang gadis kecil dengan penuh semangat melompat-lompat di halaman sebuah vila.

"Tapi kayaknya bentar lagi mau ujan, Ca. Jangan dulu, deh," kata Kakak gadis itu sambil melihat langit yang mendung.

"Kan tambah seru kalau ujan! Ayo dong, Kak!" rengek gadis kecil itu sambil menarik-narik lengan Kakaknya itu, Adrian Alfarizki.

"Tapi Mama bakal marah kalau tahu kita pergi ujan-ujanan!" kata Rian.

"Mama kan lagi tidur sekarang. Kalau kita pergi sekarang, kita bisa pulang sebelum Mama bangun. Ayo, Kak," rengek adik Rian lagi.

Melihat adiknya yang terus merengek ditambah dengan tatapan memelasnya yang menggemaskan, Rian pun menghela napas pasrah. "Iya, deh, iya. Kita pergi ke sungai kalau gitu."

"Yey!" sorak gadis itu sambil terdenyum lebar.

"Tapi tunggu bentar. Kakak masuk ambil payung dulu," kata Rian lalu beranjak dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam Vila. Setelah sebuah payung berukuran sedang diambilnya, ia segera keluar tapi sudah tidak mendapati adiknya. Segera saja, ia berlari keluar halaman dan melihat adiknya yang berlari-larian beberapa meter di depannya.

"Caca! Kan udah Kakak bilang, tunggu Kakak!" teriak Rian sambil berlari mengejar adiknya.

"Kakak lama banget, sih! Tangkep Caca kalau bisa! Haha!" seru adik Rian sambil tertawa bahagia.

"Ih, Kak Rian cepetan dong! Aku udah mau main air, nih!" seru gadis kecil itu lagi sambil menambah kecepatan larinya, membuat Rian juga ikut menambah kecepatan larinya.

Jarak Vila keluarga mereka yang dekat dengan sungai membuat keduanya bisa tiba di sana dengan cepat.

"Liat deh. kak. Airnya jernih banget. Agak dingin, tapi aku suka!" seru Caca ketika memasukkan kakinya ke dalam air sungai.

Tes

Tes

Tes

Rian mendongak ketika merasakan ada titik-titik basah yang menimpanya. Gerimis, pikirnya. Ia pun segera membuka payung yang ia bawa dan berdiri di dekat sang adik.

"Kakak gak usah mayungin aku," kata Caca ketika mendongak dan mendapati sang Kakak yang tengah memayunginya.

"Kakak gak mau kamu sakit karena kena ujan," timpal Rian.

Caca mencibir. "Aku gak gampang sakit, kok."

Mengabaikan protes sang adik, Rian tetap setia berdiri di dekat adiknya dengan payung yang terbuka.

Tiba-tiba, angin berhembus dengan cukup kencang, membuat payung yang ada di genggaman Rian terlepas dan terbang menjauh.

"Akh! Payungnya!" teriak Rian. Ia lalu berbalik menatap adiknya.

"Kamu tunggu di sini, ya. Kakak kejar payungnya dulu," kata Rian lalu segera berlari mengejar payung itu.

Dras

Hujan yang tadinya hanya gerimis berubah menjadi lebih deras, tapi Rian tetap berusaha mengejar payung itu. Angin yang berhembus kencang benar-benar membawa payung itu terbang sangat jauh.

Haters and Lovers of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang