🌧15🌧

73 35 6
                                    

Rian duduk di bus dengan posisi berdekatan dengan jendela bus sambil memandang vila keluarganya yang terlihat semakin menjauh. Ia kini bisa bernapas lega karena akhirnya bisa meninggalkan desa itu.

"Bro, lo mau gue bantuin gak?"

Rian menoleh menatap Arga dengan bingung. "Bantu apaan?"

Arga tersenyum. "Bantuin lo buat PDKT sama Raina," katanya.

Rian mengernyit. "PDKT?"

"Iya," kata Arga sambil mengangguk semangat.

"Hah. Maksud lo apa, sih?"

"Bukannya lo suka sama Raina, ya? Gue liat kalau lo bareng Raina, lo keliatan nyaman gitu," ujar Arga.

"Suka apanya. Gue ngerasa nyaman karena tiap liat dia, gue keinget adek gue. Gue ngerasa mereka cukup mirip. Sama-sama pecinta hujan."

Arga mendesah kecewa. "Yaaah. Jadi lo cuma nganggep Raina adek doang? Padahal gue udah seneng dan berharap banget, loh. Gue pasti bakal dukung lo dan Raina sepenuh hati kalau kalian jadian."

"Udah, udah. Simpen aja halu lo itu," kata Rian, lalu sedetik kemudian terkekeh pelan melihat wajah manyun Arga. Sangat jelek!

"Oh iya, Yan. Lo mau gue nginep di rumah lo nanti, gak?" tanya Arga beberapa saat kemudian.

"Gak usah."

"Serius, nih? Takutnya lo kenapa-napa lagi," khawatir Arga.

"Iya. Gue udah baik-baik aja, kok. Lagipula, kayaknya gak bakal hujan," kata Rian sambil menatap langit yang terlihat cukup cerah.

Arga menghela napas. "Hm ... Oke, deh. Kalau ada apa-apa, langsung telepon gue, ya."

"Siap!"

⛈️🌧🌦

"Morning, bro!" sapa Arga ceria sambil merangkul Rian.

Rian hanya tersenyum dan melangkah santai menuju kelasnya bersama sahabatnya itu.

"Kemarin lo beneran baik-baik aja? Gak ada sesuatu yang buruk terjadi?" tanya Arga.

Rian menghentikan langkahnya dan menatap Arga. "Gue udah bilang berapa kali, sih. Gue baik-baik aja. Ah, serius deh. Lo gak usah sekhawatir itu. Lo tau gak, sih? Lo itu bahkan lebih bawel dan khawatiran daripada Tante gue," ujar Rian panjang lebar.

Arga menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Yah ... mau gimana lagi? Lo itu emang suka ngebuat orang khawatir, sih."

"Sorry deh kalau gitu. Gue yang salah," timpal Rian lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan Arga.

"Hey! Tungguin gue, Yan! Akh!"

Rian segera berbalik ketika mendengar ringisan kesakitan dari Arga. Dengan cepat, ia menghampiri Arga yang tengah mengernyit dan memegang kepalanya.

"Lo kenapa, Ga?" tanya Rian panik.

Arga tak merespon, ia masih memegang kepalanya dengan wajah kesakitan.

"Arga! Lo kenapa?! Ayo ke UKS dulu!" Rian menarik tangan Arga, tapi Arga segera menahan tangan sahabatnya itu.

"Enggak ... gak usah," Kata Arga susah payah.

"Tapi lo—"

"Gue gak papa, Yan. Cuma pusing dikit," potong Arga cepat.

Rain menatap Arga tak percaya. "Tapi—"

Arga menepuk bahu Rian sambil berusaha tersenyum. "Lo tadi ngomel karena gue terlalu khawatir sama lo. Tapi liat siapa yang khawatir sekarang."

"Lo masih bisa becanda sekarang?" kesal Rian.

Haters and Lovers of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang