🌧31🌧

42 7 4
                                    

Happy reading (♡˙︶˙♡)

Jangan lupa tinggalin jejak berupa vote dan komen (づ ̄ ³ ̄)づ

⛈️🌧🌦

Dua pasang kaki berjalan beriringan menapaki rumput hijau yang basah akibat embun pagi dan sisa hujan. Langkah dua orang pemilik kaki itu kemudian terhenti tepat di depan dua buah makam yang berdampingan.

"Maaf ... Rian baru datang, Papa ... Caca," ujar Rian pelan.

Untuk pertama kalinya setelah lima tahun kematian Papa dan adiknya, ia mendatangi makam mereka. Selama lima tahun terakhir Rian tak pernah punya keberanian untuk datang karena rasa bersalah yang terus menghantuinya.

Kali ini, ia akhirnya datang menyapa Papa dan adiknya. Ia datang bersama dengan sang Mama.

Rian mendudukkan dirinya di antara makam Papa dan adiknya. Ia menatap makam sang adik.

"Maaf, ya. Kakak gak bisa nyelamatin kamu dulu. Waktu itu, Kakak terlalu lemah. Kamu gak benci sama Kakak, 'kan?"

Angin tiba-tiba bertiup dengan lembut, membuat sehelai daun terjatuh tepat di atas rambut Rian.

Rian mengambil daun yang ada di rambutnya itu. Ia menatap daun itu dan tersenyum kecil. "Kakak anggap ini sebagai jawaban kamu, bahwa kamu enggak benci Kakak."

Rian lalu mengalihkan tatapannya pada makam sang Papa. "Maaf banget ya, Pa. Anak Papa ini baru dateng ngunjungin Papa. Tapi itu bukan karena aku mau jadi anak durhaka. Itu karena selama ini hidup aku rasanya berat banget. Setiap denger Tante Ira mau dateng ke sini, dada aku langsung jadi sesak. Takutnya, kalau aku maksain diri buat dateng ke sini aku malah pingsan dan ngebuat Tante Ira dan Om Ridwan repot. Hari ini aku bisa dateng ke sini karena ada Mama yang nemenin aku."

Mama Rian yang tadinya berdiri di belakang Rian ikut duduk di sampingnya.

"Maaf, Mas. Ini semua salah aku. Aku yang ngebuat Rian menderita selama ini. Kamu pasti marah banget sama aku karena udah ninggalin putra kita. Tapi aku janji, aku akan nebus semua kesalahan aku. Aku akan membayar semua waktu yang dilewati sendirian oleh Rian. Aku akan berusaha sekuat tenaga menggantikan semua penderitaanya dengan kebahagiaan."

Rian menggenggam tangan Mamanya. Sang Mama menoleh dan tersenyum lembut menatap Rian.

"Papa dan Caca istirahat yang tenang ya di sana. Aku sama Mama akan hidup dengan baik di sini."

⛈️🌧🌦


Rian berlari-lari sambil sesekali melihat jam tangannya. Sepulangnya dari makam sang Papa dan adik, Rian segera berpisah dengan Mamanya karena ia harus pergi ke tempat lain.

Rian tersenyum ketika melihat seorang gadis cantik yang melambai kepadanya. Segera saja, ia mempercepat larinya dan menghampiri gadis itu.

"Maaf. Kamu udah nunggu lama?" tanya Rian dengan cepat.

Raina tersenyum dan menggeleng. "Enggak, kok. Yuk, kita pergi sekarang."

Rian mengangguk. "Yuk."

Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju suatu tempat. Beberapa belas menit kemudian, Rian dan Raina pun tiba di tempat tujuan mereka.

Rian menunduk menatap sebuah nisan yang bertuliskan sebuah nama, Arga Kiano Garendra.

Haters and Lovers of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang