🌧1🌧

295 69 32
                                    

Tubuhnya terombang-ambing di dalam air yang dingin itu. Berusaha untuk tetap bertahan, demi nyawa lain yang begitu berharga baginya.

Derasnya hujan membuat penglihatannya tak jelas. Berkali-kali ia mengusap wajahnya dari derai air hujan yang membasahi. Sementara sebelah tangannya terus mendayung ke arah depan.

Susah payah ia berusaha maju di dalam air yang dalam itu. Kaki lemahnya terus ia ayunkan. Berusaha untuk mencapai gadis kecil yang sudah begitu pucat dan tak berdaya.

Nahas. Ketika ia hampir menggapai tangan kecil itu, hujan yang bertambah deras menghantarkan luapan arus sungai yang semakin besar dan kencang. Menerjang tubuhnya dan juga gadis kecil itu, membuat tubuh kecil tak berdaya itu semakin terseret jauh darinya.

"Tidak! Caca!"

Rian terbangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi sekujur tubuhnya. Napasnya memburu kencang.

"Hah, mimpi itu lagi," gumamnya sambil mengusap wajahnya kasar.

Rian meraih segelas air yang ada di nakas dekat tempat tidurnya dan meneguknya hingga habis. Ia lalu menolehkan kepalanya ke arah jendela. Rintik hujan terlihat jelas dari arah luar. Terlihat begitu deras, dengan sesekali suara gemuruh dari langit.

Rian berjalan gontai menuju jendelanya. Menutup jendelanya rapat-rapat, lalu menarik gorden. Membuat suasana kamarnya gelap gulita.

Ia lalu kembali menuju tempat tidurnya dan berbaring sambil menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

"Hujan sialan."

🌦 🌧 ⛈️

"Adrian Alfarizki."

"Adrian?"

"..."

Seorang guru muda mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang kelas.

"Rian tidak datang?" tanyanya ke murid-murid.

"Dia sakit, Bu!"

"Rian sakit, Bu!"

Guru muda itu memandang dua orang muridnya yang menjawab bersamaan itu. Seorang murid laki-laki, dan satu orang lagi murid perempuan.

"Rian sakit apa?" tanya guru muda itu lagi.

"Dia demam tinggi, Bu!" Kali ini, murid laki-laki itu menjawab dengan lantang.

Guru muda itu mengangguk-angguk pelan. "Ah, begitu."

"Arga bohong, Bu! Rian gak sakit!"

Seruan itu membuat Arga, murid yang menjawab pertanyaan guru tadi, menoleh dan menatap tajam ke sumber suara.

"Maksud kamu apa, Leo?" tanya guru muda itu.

"Rian gak dateng ke sekolah bukan karena sakit, tapi karena pagi ini hujan deras. Sejak kelas sepuluh pun, dia emang jarang ke sekolah kalau udah masuk musim penghujan," jelas Leo.

"Dasar, singa sialan," desis Arga kesal sambil melirik Leo yang tengah tersenyum miring.

Guru muda itu berpikir sejenak lalu menghela napas singkat. "Buka buku kalian halaman 20 dan kerjakan tugas yang ada di sana. Ibu harus mengurus sesuatu dulu di ruang guru."

Haters and Lovers of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang