Sejak pagi tadi, Arga terus menghela napas. Alasannya? Karena hari ini, Rian kembali tidak datang ke sekolah. Dan Arga sebenarnya sudah menduga hal itu.
"Hah. Apa gue bilang. Lo itu seharusnya nerima aja waktu gue nyuruh buat dianterin sama sopir gue kemarin," ucap Arga pagi tadi saat ia mendapat telepon dari Rian, sekedar memberitahu Arga bahwa ia tak bisa datang ke sekolah.
Saat itu, Rian hanya diam tak menjawab. Yang dapat didengar Arga hanyalah desahan napasnya yang sangat berat.
"Pulang sekolah nanti gue bakal dateng ke rumah lo," putus Arga.
Kembali ke saat sekarang. Arga yang telah berdiri dan melangkah keluar kelas menghentikan langlahnya ketika seseorang memanggil namanya.
"Arga! Lo mau pergi jenguk Rian?"
"Hm. Kenapa? Lo mau ikut juga, Rel?" tanya balik Arga pada Aurel, si Ketua Kelas.
Aurel mengangguk. "Iya, gue mau ikut. Boleh, 'kan?"
"Ya boleh, lah! Ayo kita pergi sekarang!"
🌦🌧⛈️
Rian melangkah gontai menuju pintu rumahnya ketika mendengar gedoran pintu yang heboh dan tak sabaran. Ia sudah tahu, siapa yang melakukan hal itu. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Arga Kiano Garendra, sahabatnya.
"Akhirnya, lo buka pintu juga," ucap Arga lalu segera menyelonong masuk ke dalam rumah Rian, sebelum si empunya rumah memberi izin.
"Lo dateng juga?" heran Rian ketika mendapati Aurel.
Aurel tersenyum. "Iya, gue juga dateng. Kenapa? Gak boleh?"
"Ya boleh-boleh aja, sih. Ayo masuk," ajak Rian.
Arga yang telah masuk terlebih dulu tadi tengah sibuk mondar-mandir di dalam.rumah Rian.
"Lo itu bukan vampire. Kenapa lo gak ngebiarin sedikit pun sinar matahari masuk ke rumah lo? Pengap banget rasanya," gerutu Arga sambil menyibak gorden dan membuka jendela-jendela yang ada di ruang tamu.
Rian memang menutup semua jendela rumahnya rapat-rapat sejak kemarin. Membuat suasana rumahnya cukup gelap.
Aurel ikut membantu Arga membuka jendela. Sementara Rian hanya berdiam diri sambil mengamati pergerakan Arga dan Aurel itu.
"Lo udah makan, belum?" tanya Arga pada Rian setelah selesai dengan urusan jendelanya.
Rian hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Arga itu. Arga lalu melangkah menuju ruang makan yang ada di rumah Rian.
"Pas banget kalau gitu. Gue tadi mampir beli sate, nih," ucap Arga sambil mengeluarkan bungkusan sate yang ia beli dari dalam kantung plastik. Aurel dengan sigap mengambil piring untuk mereka.
"Lo punya nasi?" tanya Arga, yang lagi-lagi dibalas gelengan oleh Rian.
"Untung deh, gue juga beli sama nasinya tadi."
Arga dan Aurel sibuk menata sate dan nasi di atas meja, sementara Rian lagi-lagi hanya berdiam diri sebagai penonton mereka.
"Omong-omong, kapan terakhir kali lo makan?" tanya Arga kemudian, ketika menyadari semua peralatan makan yang ada di situ benar-benar kering.
Rian berpikir sejenak. "Hm... Kemarin siang, kayaknya," jawab Rian, membuat Arga dan Aurel membelalak.
"Kemarin siang?! Artinya terakhir yang lo makan itu bakso yang di sekolah kemarin?! Dan setelah itu, sampai saat ini, lo belum makan lagi?!" heboh Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haters and Lovers of Rain [END]
Fiksi Remaja"Hujan itu cuma membawa petaka, bencana, dan kesialan!" "Hujan itu membawa ketenangan dan kebahagiaan. Kau hanya perlu menikmatinya." - - - Rintik hujan yang turun membasahi bumi membawa begitu banyak cerita dengan penuh kenangan. Kenangan itu ada...