🌧2🌧

199 62 27
                                    

Kring ... Kring ... Kring ...

Suara alarm yang nyaring membangunkan pemuda itu. Dengan malas, ia membuka matanya dan mendudukkan dirinya. Menguap sebentar, lalu melangkah pelan menuju jendelanya.

Gorden ia sibak, sehingga pemandangan dari luar dapat terlihat dari kaca jendela yang bening itu. Suasana pagi ini ternyata cukup cerah. Membuat Rian memutuskan untuk membuka lebar jendelanya dan menghirup udara pagi yang segar.

Ia kemudian berjalan keluar dari kamarnya, menuju ruang makan. Membuka kulkas, lalu mengambil dua butir telur ayam. Kompor gas ia nyalakan dengan sebuah wajan berisi minyak goreng berada di atasnya.

Menunggu sejenak hingga minyak panas, ia lalu memecahkan kedua telur yang ia ambil tadi dan memasukkannya ke minyak yang sudah mengepul itu.

Rian lalu menuju rice cooker, membukanya dan mendapati nasi dingin di dalamnya.

Hujan kemarin membuatnya malas untuk melakukan aktivitas apapun termasuk makan. Membuat perut Rian pagi ini terasa melilit.

Rian mengambil seluruh nasi yang ada di dalam rice cooker dan menaruhnya di piring kosong. Tidak ada waktu untuk memanaskannya, dan ia sudah benar-benar kelaparan.

Dengan cekatan, Rian memindahkan dua telur yang telah ia goreng itu ke atas piring kecil.

Ia pun duduk dan menyantap sarapan sederhananya itu seperti hari-hari biasa. Dalam keheningan dan kesendirian. Tanpa ada seorang pun yang menemaninya.

Selesai dengan sarapannya, Rian segera membersihkan semua peralatan makannya kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, Rian telah siap dengan seragam rapi lengkap dengan tas di punggungnya. Ia melangkah keluar. Tapi sebelum benar-benar keluar, ia menghentikan langkahnya di ruang tamu dan menatap sebuah foto.

"Rian berangkat dulu, ya."

🌦 🌧 ⛈️

Suasana kelas yang berisik menyambut kedatangan Rian pagi ini.

Arga yang melihat Rian datang segera menghampiri dan merangkulnya. "Yo, bro! Kirain lo gak bakal dateng hari ini."

"Pagi ini gak ujan, sih. Jadi gak ada alasan buat gue enggak dateng ke sekolah," jawab Rian santai sambil duduk dan meletakkan tasnya di atas meja.

Arga mengangguk-angguk. "Bener juga. Pagi ini cerah banget." Arga duduk di bangkunya yang berada di samping kiri Rian. "Btw, si singa sialan itu ngaduin lo lagi, kemarin," bisik Arga sambil melirik Leo yang baru saja datang.

Rian tersenyum miring. "Biarin aja lah. Gak usah ditanggepin," ujar Rian santai. Toh, ia yakin para guru tidak akan terlalu mempermasalahkan keabsenan dirinya selama ia terus mengukir prestasi untuk sekolah ini.

Rian sudah maklum dengan teman sekelasnya itu. Leo Alvarendra. Si peringkat dua yang selalu mencari-cari kesalahan dirinya. Si peringkat dua yang selalu berusaha menantang dirinya, walau bagaimanapun juga, pada akhirnya Rian tetap tak akan pernah terkalahkan.

"Oh, iya. Hari ini ada tugas Fisika!" teriak Arga heboh saat melihat beberapa teman sekelasnya sibuk mencatat. "Bro, pinjemin gue buku tugas lo, dong," pinta Arga sambil menepuk-nepuk bahu Rian tak sabaran.

Haters and Lovers of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang