Salwa menarik napas pelan. Mencoba menahan air matanya yang mulai menggenang di sudut pelupuk agar tak jatuh.
"K-kamu serius...? Kita udah sejauh ini loh..."
Rendi—si pacar atau mungkin sekarang menjadi mantan pacar—itu bergeming. Lalu mengangguk tanpa ragu, "Iya. Gue ketemu orang lain. Maaf."
Padahal Salwa sudah menduga ini akan terjadi. Terlebih Ulin juga pernah memergoki Rendi kerap keluar masuk club dengan gadis lain.
Saat itu Ulin sampai memberi ultimatum kepada Salwa untuk segera mengakhiri hubungannya. Tapi Salwa masih berpikir kalau Ulin mungkin saja hanya salah lihat.
"Aku bakal kasih kamu kesempatan lagi. Kita bisa sama-sama memperbaiki ini kan? Gak harus putus?"
"Wa," suara Rendi terdengar lelah, "gue selingkuh dari lo bukannya gak sengaja. Tapi emang karna gue udah capek. Gue capek mengimbangi lo."
Alis Salwa bertaut. Belum sempat ia bertanya apa maksud dari ucapan Rendi, lelaki itu kembali menyela,
"Lo tuh terlalu berhati-hati. Yakali kita pacaran hampir satu tahun cuma pegangan tangan doang? Belum lagi lo selalu jaga jarak kalau jalan bareng gue. Emangnya gue najis?"
"Y-ya bukan gitu. Kan takut aja khilaf... Tapi masa cuma karna itu kamu mau kita udahan? Emangnya kita pacaran biar kamu bisa bebas skinship aku?"
"Iyalah." Rendi membalas dalam hitungan sekon, "nih ya gue bilangin, kalau lo emang gak mau disentuh sih mending gausah pacaran. Mana ada cowok yang tahan digituin."
Salwa mengepalkan tangannya. Tidak ada lagi rasa sedih yang tersisa, berganti dengan amarah. Mengetahui selama ini Rendi hanya mengincar skinship dengannya bukan murni perasaan sayang.
Rendi memutar badannya. Bersiap untuk pergi. Namun ia masih menoleh pada Salwa. Memberi ucapan terakhir yang cukup membuat Salwa terhenyak di tempat.
"Nggak usah sok jual mahal banget jadi cewek. Wajah lo juga gak cantik-cantik amat."
Terlalu kecewa karena tidak menduga kalimat itu akan meluncur dari orang yang pernah ia sayangi, segera saja melemahkan lutut Salwa. Tangannya bergerak naik, menyisir rambut ke belakang dengan gemetaran. Salwa tidak pernah merasa sehina ini sebelumnya.
Tepat saat air matanya menetes satu per satu, pandangan Salwa tak sengaja bertemu dengan seseorang. Yang ternyata juga kebetulan sedang menatapnya.
Salwa buru-buru mengusap air matanya. Lalu bertanya, "Kamu ngeliat yang barusan ya?"
"Hm, iya, gak sengaja. Sorry. Bakal gue lupain kok, Kak. Anggep aja gue gak liat."
Salwa mengalihkan pandangannya, "Kenapa sih kamu selalu muncul saat saya sedang sial? Nyebelin."
"Ehm, gue juga gak tau sih..." Adam menggaruk pelipisnya bingung, "tapi ini kakak gak bakal nganggep kalau gue pembawa sial kan ya?"
"Enggak! Maksud saya gak gitu kok. Ya ampun, maaf."
Melihat Salwa panik, Adam jadi terkekeh kecil. Sebenarnya pertemuan mereka kali ini memang murni kebetulan. Kebetulan Adam si anak Fisip, baru selesai kelas tadi dan iseng mencari jalan memutar melewati gedung Fekon.
Dan saat itulah ia melihat dua orang sedang berbicara serius di jalan belakang gedung yang sepi. Kepo, Adam berakhir menyimak semua obrolan mereka kala itu.
"Kakak tenang aja. Gue juga bakal ngerahasiain ini dari Bang Yusuf kok." lanjut Adam.
Meski Salwa tidak mengerti mengapa Adam tiba-tiba membawa nama mas crush milik kakaknya, Salwa tetap menanggapi dengan anggukan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Re-Hello
FanficKarena sejatinya, baik Adam maupun Salwa tidak sempat menduga jika pertemuan mereka akan berlanjut lebih dari sekali. written on: Feb 14, 2021 - June 24, 2021. ©RoxyRough