Adam tengah menggosok rambutnya dengan handuk sehabis mandi, sembari membiarkan dering panggilan video dari ponselnya terdengar memenuhi kamar berukuran sedang itu. Di dering ketiga, akhirnya seseorang di ujung sana menjawab.
"Baru bangun lo?" sapa Adam, melirik sekilas pada sang ponsel sebelum beralih mengambil satu outer dari lemari pakaiannya.
Si gadis di dalam layar mengerang pelan. Sebagian wajahnya tertutup dengan selimut. Lalu tak lama ia menyahut dalam cengiran kecil, "Good morning~"
"Makan dulu sana, ntar maag lo kambuh lagi kalo telat makan."
"Iya iyaa. Btw lo mau kemana? Rapi banget pagi pagi?"
"Udah jam sepuluh loh ini, Aca. Pagi apanya."
Baru sadar, si gadis hanya terkekeh, "Ya udah pagi menjelang siang deh kalo gitu. Mau kemana ih, beb? Gue inget banget lo gak punya jadwal hari minggu ini, ya kan?"
"Tebak."
"Hm, ngedate ya?"
Adam terlihat sedikit kaget tapi dia tetap tertawa, "Cenayang lo emang."
"Beneran?" gantian Aca yang terlihat terkejut, "Sama siapa? Nabila lagi?"
Mendengar Aca menyebutkan nama gadis itu, Adam jadi merengut kecil. Meski sudah satu semester berlalu, luka perihal kegagalannya menjalin hubungan dengan Nabila, masih terasa jelas di memori Adam.
Mungkin Aca sadar, sehingga ia buru-buru meralat, "Sorry, Dam. Gue nggak maksud..."
Hening. Sejujurnya Adam paling tidak ingin melihat Aca menyalahkan dirinya sendiri, namun Adam pun sulit bersikap baik-baik saja tentang itu. Ya, katakan saja Adam adalah bagian dari golongan orang-orang yang gagal move on. Lucunya, ia bahkan gamon dengan gadis yang hanya berstatus gebetan, belum menjadi pacar.
"Eh, kemarin Bunda ngirimin rendang. Jadi ntar malem lo ke rumah ya."
Entah bagaimana Aca berujung mengganti topik pembicaraan dengan cepat. Membuat Adam tersenyum tipis di tempatnya. Sekedar informasi, Bunda yang dimaksud Aca itu aslinya adalah orang tua Adam.
"Yang sebenernya anaknya Bunda itu gue apa lo sih. Heran."
Aca ikut tergelak, "Ya gimana dong, lo kan belum ngasih tau alamat kosan lo yang baru ke Bunda."
"Oh iya. Lupa."
"Huh dasar!"
Selagi berbincang dengan Aca, Adam kini telah usai berpakaian. Lelaki itu bersiap hendak pergi menjemput Salwa ketika kebetulan sebuah pesan dari Salwa muncul di toolbar ponselnya.
"Eh, Ca. Udahan dulu ya. Gue mau pergi."
"Ih lo perginya sama siapa sih? Nggak mau dikasih tau masa??"
"Ntar aja. Pankapan gue kenalin langsung ke lo."
Aca mencebik, "Cewek?"
"Iya."
"Cantikan mana sama gue?"
Adam mengusap dagunya, seolah berpikir. Tapi sedetik kemudian ia sudah menjawab mantap, "Cantikan dia."
"Wuih beneran jadi kepo deh gueee," rusuh Aca. Wajar, lantaran ini pertama kalinya Adam menjawab secara spontan pertanyaan Aca itu, "Anak kampus kita bukan?"
"He'em! Temennya Esa. Udah kan. Bye, beb!" tutup Adam sebelum menekan tombol merah di panggilannya.
Adam sempat melihat wajah Aca yang tampak ingin protes. Menyisakan kekehan ringan di ingatan Adam setelahnya. Tak lama ia menggulir layar ponsel untuk membuka pesan dari si calon gebetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Re-Hello
FanfictionKarena sejatinya, baik Adam maupun Salwa tidak sempat menduga jika pertemuan mereka akan berlanjut lebih dari sekali. written on: Feb 14, 2021 - June 24, 2021. ©RoxyRough