🍃 Seventeenth Distances

1.8K 548 60
                                    

Ulin benar, Adam tidak seberani itu menemui Salwa lagi setelah apa yang terjadi pada mereka. Lelaki itu justru memilih menjauh. Seakan ia mencoba mengikis ingatan Salwa tentang hubungan spesial yang pernah terjalin sebelumnya.

Apa yang Salwa harapkan? Toh, mereka juga belum memulai apapun. Bahkan setiap kali keduanya tak sengaja berpapasan di kampus, tidak ada niat untuk saling menghampiri. Dan Adam selalu menjadi orang pertama yang mengalihkan pandangan lebih dulu. Menyisakan perasaan tak nyaman bagi Salwa.

Salwa pikir ia juga harus mulai melupakan Adam. Melupakan rasa yang sialnya kian membesar seiring berjalan waktu. Ini menyebalkan.

"Adam... Baik-baik aja, kan?"

Salwa bertanya lagi. Entah sudah yang keberapa kalinya dalam sebulan ini. Membuat Esa mendesah lelah.

"He's fine, Wa. Just forget him."

Dan Esa juga selalu menjawab hal yang sama. Sedang Ulin tak banyak berkomentar. Jujur, Ulin sedikit bersyukur Adam memang mengambil jarak dulu dari Salwa, Namun Ulin tak menyangka efeknya justru membuat Salwa betul-betul tak bersemangat belakangan ini.

Sampai finalnya Ulin memilih berbohong, "Gue denger Adam sekarang udah pacaran sama Aca."

Esa melirik spontan, sementara Salwa terdiam. Rasanya ini tak benar, jadi Esa mencoba menyela, tapi Ulin lebih dulu menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Salwa sudah akan patah arang, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi perkumpulan mereka.

"Siapa yang pacaran? Ngasal banget."

Membuat atensi ketiga manusia itu teralih. Pada dia, si gadis yang tengah melipat tangan di depan dada sembari berekspresi datar. Tak lama tatapannya berpindah ke Salwa.

"Ikut bentar. Ada yang mau gue omongin ke lo." katanya lalu berjalan lebih dulu keluar area kantin Fisip itu.

Ulin lantas menahan lengan Salwa, "Gue temenin gak?"

Tapi Salwa menggeleng dalam raut tenang sebelum ia lalu berderap meninggalkan Esa dan Ulin di posisi masing-masing.

Salwa tiba di hadapan Aca. Gadis itu masih tak banyak senyum padanya, seperti terakhir kali mereka berbicara. Meski kali ini auranya sama sekali tidak menyiratkan kebencian.

"Gue sama Adam gak pacaran. In case lo hampir percaya dengan omongan temen lo. Barusan dia bohong, yang gue gak tau tujuannya apa." awalan pembuka Aca.

Salwa tak memberi reaksi besar. Dia bisa berasumsi mungkin Ulin capek karena Salwa menerus menanyakan perihal Adam maka dari itu Ulin akhirnya berbohong. Yang mana Salwa langsung mendapat kebenarannya saat ini juga.

"Makasih buat klarifikasinya. Tapi, cuma ini yang mau lo bicarain?"

"Of course not," Aca menipiskan bibirnya sejenak, "Gue cuma mau bilang, gue harap lo mau menunggu Adam, sebentar lagi aja."

Kening Salwa berkedut bingung, "Maksudnya?"

"Adam's need some time to refrain himself. But trust me, he will back to you. That's why, please wait for him."

Salwa tidak menduga bahwa ia akan mendengar kalimat itu dari Aca. Seorang Aca?

"Kenapa lo ngomong gini ke gue?" tanya Salwa.

"Karena lo yang bikin gue sadar soal perasaan gue sendiri. Lo bener, gue suka sama Adam. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu gue beneran nembak dia, terus di tolak deh."

Salwa membulatkan netranya. Mencerna informasi baru dari Aca dengan raut terkejut. Herannya lagi, Aca baru saja menceritakan hal itu tanpa unsur sedih sama sekali. Seolah dia sudah berdamai dengan patah hatinya.

[✔️] Re-HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang