Salwa menggeliat pelan. Sinar dari jendela kamar itu seakan memaksanya untuk membuka mata. Begitu terbangun, pasang netra Salwa berpendar lalu menemukan sosok Adam di kursi depan meja belajarnya. Lelaki itu sedang menulis sesuatu, mungkin tugasnya, Salwa juga tidak tahu.
Namun, melihat presensi Adam, Salwa jadi tersadar. Dia benar-benar menginap di kos Adam malam tadi. Pandangan Salwa turun ke bawah. Menatap selimut yang menutupi badannya. Kemudian perlahan menyibak kain itu. Syukurlah, dia masih berpakaian lengkap.
"Udah bangun?"
Salwa terperangah karena sapaan Adam. Sontak ia mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas kasur itu. Lalu tersenyum sekilas pada Adam.
"Pagi."
Adam balas tersenyum juga, "Gue belum sempet beli sarapan sih. Mau barengan aja nggak? Sekalian gue anter lo pulang."
"Beneran nganter pulang, kan?"
Pertanyaan Salwa seolah menohok Adam. Membuat lelaki itu tertegun. Sekon berikut dia sudah berpindah duduk ke tepi kasur. Adam menundukkan kepalanya dengan ekspresi bersalah.
"Maaf," sesal Adam, "Gue harusnya gak nahan lo malam tadi. I'm really sorry, that's out of my control."
Salwa terdiam. Monolog Adam pada malam itu mendadak terputar diingatan Salwa. Sejujurnya Salwa belum tidur kala itu, jadi dia mendengar semuanya.
"Lo boleh nampar gue sekarang, Wa. Maaf gue sempet mikir mau macem-macemin lo. It's my sin, please slap me."
Adam masih menunduk saat mengatakannya, maka Salwa betulan mengangkat tangan dan mengarahkan telapaknya pada wajah Adam. Detik selanjutnya ia menepuk pelan kening lelaki itu.
Membuat Adam mempertemukan manik mereka dengan tampang bingung.
"Tuh, udah aku tampar di jidat." sahut Salwa datar. Adam masih memasang ekspresi tak mengerti, jadi Salwa melanjutkan, "Aku tau kamu emang brengsek sempet mikir kaya gitu tapi pada akhirnya kamu nggak ngelakuin apapun, kan? Makasih udah nahan diri buat aku."
Adam langsung mencelos di tempatnya. Bahkan di saat seperti ini yang ia pikir Salwa akan memaki atau justru menamparnya ketika Adam jujur, malah tidak ia dapatkan. Alih-alih gadis itu mengatakan hal demikian. Adam benar-benar menyesal sudah berniat mencelakakan sang puan.
"Tapi mulai sekarang mungkin aku harus lebih hati-hati deh sama kamu." lanjut Salwa.
Adam membenarkan, "Tolong jangan terlalu nurutin permintaan gue ya setelah ini."
"Tolong juga jangan terlalu jago ngebujuknya! Belajar dari mana sih kamu bisa bikin orang gak mampu nolak permintaan kamu gitu?" decak Salwa, "Pasti kalau kamu join MLM bakal laku keras."
"Mungkin sih. Gue gak pernah mikir kesitu tapi boleh juga."
Salwa hanya tertawa pelan, pun disusul Adam berikutnya.
"Sekali lagi, maaf ya, Wa. Gue janji ini terakhir kalinya. Bantu gue juga buat ngendaliin diri kalau udah mulai gak bener ngajak lo-nya, dong."
Salwa mengangguk, "Iya. Jangan ulangi lagi ya, Nak."
Adam tergelak lalu mengacak pelan surai Salwa di puncak kepalanya. Sebelum kemudian dia berdiri dan mengambil satu outer sembari mengenakannya.
"Yuk," ajak Adam.
Salwa mengikuti. Ia beralih beranjak dari tempat itu sembari mengambil sling bag di lantai, lalu menyandangnya.
Salwa membuka pintu kamar kos Adam. Sialnya, di detik yang sama, ekor mata Salwa menangkap dua orang pemuda yang berjalan dari seberang depan. Tampaknya akan melewati kamar Adam. Dan Salwa mengenal dua pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Re-Hello
FanfictionKarena sejatinya, baik Adam maupun Salwa tidak sempat menduga jika pertemuan mereka akan berlanjut lebih dari sekali. written on: Feb 14, 2021 - June 24, 2021. ©RoxyRough