Adam menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk daun pintu kamar itu. Tadi dia sempat bertanya dengan orang lewat yang mana kamar kosnya Salsa dan Salwa jadi disinilah ia sekarang. Jujur Adam gugup.
Tak lama menunggu, pintu itu pun terbuka. Menampilkan sosok Salsa yang berdiri di ambang pintu. Salsa tampak sedikit terkejut walau sekon kemudian dia lebih dulu bersuara.
"Salwa lagi nggak ada. Dan gue kayanya belum ngijinin lo ketemu sama Salwa, jadi ngapain disini?"
Adam menipiskan bibirnya sejenak, "Saya gak nyari Salwa kok, tapi emang mau ketemu sama Kak Salsa."
"Sama gue?"
"Iya. Ada yang harus saya sampaikan ke Kakak."
Karena rasanya tak etis untuk berbicara di depan pintu, maka Salsa ujungnya membiarkan Adam masuk. Mereka duduk berhadapan di sofa ruang tamu itu.
"Saya mau minta maaf buat semua yang terjadi." awalan Adam.
"Setelah sebulan?"
"Maaf, Kak. Saya perlu waktu untuk intropeksi diri. Dan saya juga nggak menduga ternyata waktunya bisa sampai selama ini." balas Adam, "Tapi saya berusaha kok buat ngejahuin Salwa, seperti yang Kak Salsa mau."
Salsa menarik napas dalam, "Tau kok. Kalau lo masih ngedeketin dia pasti Salwa nggak akan segalau itu belakangan ini."
Adam hanya bisa membasahi bibirnya. Ada keinginan untuk meminta ijin pada Salsa agar ia diperbolehkan menemui Salwa lagi, tapi Adam cepat-cepat menghalau pemikiran itu.
Seperti kata Ayahnya, Adam harus berniat meminta maaf secara tulus bukan demi maksud yang lain.
"Sekali lagi saya minta maaf ya, Kak. Saya cuma gak mau meninggalkan kesan buruk disini. Jadi, saya harap Kak Salsa mau memaafkan saya."
Jeda mengisi. Adam masih setia menunggu jawaban dari Salsa. Sampai kemudian helaan napas gadis itu menguar.
"Ya udah gue maafin."
Pada dasarnya Salsa memang tipikal pemaaf. Toh melihat Adam yang datang kembali dan meminta maaf secara tulus setelah intropeksi diri, membuat Salsa bisa merasakan kalau lelaki itu amat menyesali perbuatannya.
"Lo juga udah boleh interaksi sama Salwa lagi." lanjut Salsa.
Refleks bikin Adam menaikkan pandangannya setengah kaget, "S-serius, Kak?"
"Iyaa. Lo cukup gentle sih nemuin gue gini," Salsa memberi senyum simpul, "dan lagian gue ga pengen ngeliat Salwa hidup kaya jombi gara-gara lo jauhin. Bucin banget deh tuh anak, heran. Adek gue emang."
Adam ikut tersenyum tipis, "Makasih banyak, Kak Salsa, udah mau maafin saya—"
"Trus ya," sela Salsa, "Bisa ngomong biasa aja nggak? Formal banget pake saya kaya lagi interview kerja aja."
Lagi, kali ini suasana mendadak lebih terasa mencair berkat itu. Adam betulan bersyukur Salsa masih memperlakukannnya sebaik dulu. Dalam hati Adam berjanji dia tidak akan mengulang kesalahan yang sama pada kedua saudara ini.
"Btw, ini sogokan ya?" tunjuk Salsa ke sebuah bingkisan diatas meja itu. Bingkisan yang di bawa Adam tadi.
"Hm, bukan kok, Kak. Ini buat permintaan maaf aja dan juga ucapan makasih karena Kak Salsa udah mau memberi maaf hehe."
Salsa menggelengkan kepalanya absurd, "Kalau kaya gini aura good boy lo tuh beneran kepancar banget deh."
Adam hanya balas tersenyum saja. Sementara itu di waktu yang sama, Salwa baru saja turun dari motor Ulin di depan pagar kosnya. Pulang UKM kampus. Begitu Salwa hendak menuju kamar kosnya, gadis itu sontak menghentikan langkah.
![](https://img.wattpad.com/cover/257986753-288-k748084.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Re-Hello
FanfictionKarena sejatinya, baik Adam maupun Salwa tidak sempat menduga jika pertemuan mereka akan berlanjut lebih dari sekali. written on: Feb 14, 2021 - June 24, 2021. ©RoxyRough