5. Salah

24 0 0
                                    

Akhirnya kami memutuskan untuk segera beristirahat. Meskipun aku sendiri tidak benar-benar bisa tidur lelap.

Sekitar pukul 3 dini hari aku memutuskan untuk duduk di kursi yang menghadap ke arah ranjang. Aku hanya duduk diam memperhatikan Mesa. Kusapu tubuhnya dengan pandanganku mulai dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Aku banyak bertanya pada diriku sendiri. Sebenarnya apa yang membuat aku jatuh cinta sesakit ini kepada pria yang sekarang ada di hadapanku.

Mesa. Pria berusia 24 tahun saat pertama kali aku mengenalnya dan aku masih 16 tahun saat itu. Aku mengulum senyum sebentar. Aku ingat saat mengenalnya sebetulnya aku sudah punya pacar yg usianya terpaut 4 tahun denganku, namanya Fatir. Wajahnya kebule-bulean, kulitnya putih bersih, tubuhnya tinggi dan ideal, rambut ikal coklat kemerahan dan dibiarkan panjang sebahu. Pokoknya Fatir ini adalah sosok idaman banyak gadis. Standard ganteng kebanyakan orang. Bahkan seandainya Fatir ini seorang perempuan. Wajahnya mungkin lebih cantik daripada wajahku.

Tapi saat aku memutuskan menerima Fatir sebagai pacarku sebetulnya aku tidak benar-benar mencintai Fatir. Aku hanya merasa sungkan karena awal pertemuanku dengan Fatir adalah hasil dari dicomblangin Omku (adik bungsu Bapakku yg usianya hanya terpaut 9 tahun denganku).

Ketika aku mengenal Mesa, entah kenapa aku sangat yakin bahwa Mesa adalah sosok yang aku inginkan.

Akupun mengakhiri hubunganku dengan Fatir tanpa alasan sebetulnya, alasan yg kuberikan pada Fatir hanyalah alasan klise

"aku hanya merasa kita tidak cocok" ucapku waktu itu.

"Salahku dimana dek? Aku minta maaf kalau aku punya salah. Kasih aku kesempatan. Jangan tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan kamu minta putus" ujar Fatir waktu itu

"Kamu gak salah Mas... Aku yg salah harusnya aku bilang sejak awal kalau aku merasa tidak cocok sama kamu" kusampaikan dengan jelas tanpa basa basi berharap Fatir mengerti

Tapi Fatir tidak putus asa dia masih terus berusaha memperbaiki hubungan kami, beberapa kali dia mengirimi aku hadiah mulai dari bunga, coklat hingga kaset tape album Sesuatu yang Indah dari group band Padi yang saat itu baru saja diluncurkan. Kalau kata anak sekarang, Fatir ini bucin tingkat kronis.

Sia - sia. Karena aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Bukan salah Fatir. Salahku.

Hingga suatu hari saking putus asa dan frustasi dengan sikapku yang masih saja keukeuh ingin berpisah, Fatir mengeluarkan kata - kata yang menuduh "Jangan - jangan kamu sudah ada yang lain dek?" tanyanya waktu itu.

Dengan tegas kujawab "Gak Ada mas" karena saat itu aku hanya mengenal Mesa. Emmm... sebetulnya tidak bisa dibilang mengenal dalam arti yg sebenarnya karena aku hanya tahu bahwa di dunia ini ada seseorang yang bernama Mesa yang ternyata adalah kakak pertama sahabatku Rosa, dan sudah begitu menarik perhatianku meskipun kami belum pernah benar - benar berkenalan.

Aku bahkah tidak punya cukup keberanian untuk bertanya pada Rosa soal kakaknya itu. Hingga suatu hari ada kesempatan latihan theater di rumah Rosa, waktu itu hari Jum'at, pada saat teman-teman Theater yang cowok pergi melaksanakan sholat Jum'at, kami cewek cewek istirahat, menyanyi dan bermain gitar di dalam ruang tamu menyanyikan lagu - lagu hits kala itu. Kebetulan akulah satu - satunya di dalam anggota Theater saat itu yg bisa bermain gitar.
Tak lama kulihat ada sosok Mesa keluar dari pintu garasi rumah Rosa sepertinya akan berangkat ke Masjid juga. Dan ternyata di momen itulah Mesa rupanya juga mulai tertarik kepadaku (katanya).

*****
Aku masih menatap Mesa yang sedang terlelap.

Dibandingkan dengan Fatir, Mesa sangat jauh berbeda. Mesa memiliki kulit cenderung lebih gelap, Tinggi badan yang bahkan aku saja lebih tinggi beberapa centi darinya. Aku kembali mengulum senyum, bertanya - tanya kembali sebetulnya aku ini kenapa?

Miles AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang