Begitu masuk kamar aku langsung merebahkan tubuhku di kasur. Kuletakkan koper terbangku begitu saja di balik pintu. Aku terlalu lelah untuk bangun dan membersihkan diri. Hingga tanpa aku sadari ternyata aku langsung tidak sadarkan diri, tertidur begitu saja bahkan aku belum melepas dan mengganti baju seragamku.
23.07 WIB, aku membuka mataku karena perutku terasa lapar dan badanku terasa lengket semua. bisa-bisanya aku tertidur dalam kondisi seperti ini. Beranjak dari tempat tidur kuambil koperku yang sudah berpindah tempat secara rapi di sebelah meja TV, aku yakin pasti Kang Kholis yang memindahkannya. Kubuka koper dan mengambil baju-baju kotor untuk kucuci sekalian mandi seperti kebiasaanku selama ini. Ketika akan keluar kamar aku pasti akan selalu melewati area tempat tidur Kang Kholis. Kulihat kang Kholis sudah tertidur. perlahan dan sedikit berjingkat aku menuju keluar, kubuka perlahan pintu kamar supaya semaksimal mungkin tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu tidurnya Kang Kholis.
Diluar kamar, yaitu aula ruang makan kantin suasana sudah gelap dan sepi, aku masih harus keluar mess untuk menuju kamar mandi yang memang letaknya ada di bagian luar mess. Bayangkan lebih dari jam sebelas malam aku akan pergi mandi dan mencuci baju dimana lokasi kamar mandi berada di luar mess, sepi, gelap dan sendirian. Takut? ummm... rasanya isi otakku sudah terlalu penuh sehingga sudah tidak ada tempat lagi untuk merasa takut. Apalagi sejak menjadi pramugari, aku menjadi semakin tidak peduli tentang jam mandi, jam makan, jam tidur dan aktifitas lainnya. Karena bisa kubilang semua jadwal rutinitas harian menjadi berantakan sekarang. Semua aku lakukan sesempatnya.
Selesai mandi dan mencuci serta menggantung baju-bajuku di halaman depan mess aku segera kembali ke dalam kamar, mengambil roti yang tadi sempat aku beli di Bandara sebelum aku pulang untuk menenangkan lambungku yang terus menerus bersuara minta diberi asupan makanan. Kemudian aku mengambil ponselku dari dalam tas yang sejak mendarat tadi belum aku aktifkan. Begitu ponsel aktif, langsung saja ada notifikasi SMS. aku sudah bisa menduganya jika itu pasti SMS jadwal terbangku besok. Untungnya besok aku mendapat jadwal terbang jam 13.45 WIB, artinya aku akan dijemput sekitar pukul 10.45 WIB. Aku bersyukur karena bukan jadwal pagi buta seperti kemarin-kemarin. Sayangnya sekarang aku kesulitan untuk tidur kembali. Akhirnya yang terjadi kemudian adalah... Aku mengingat Mesa lagi... Menangis lagi... Terluka lagi...
Tidak ingin mengganggu tidurnya kang Kholis, kututup wajahku dengan bantal, menangis sepuasnya hingga aku tertidur.
********
Adzan subuh berkumandang. Kang Kholis memanggil-manggil namaku sambil mencubit jempol kakiku. "Salma! Bangun nduk... subuhan dulu". Begitulah Kang Kholis, tidak pernah bosan mengingatkanku untuk sholat saat aku ada di mess. Dan begitulah aku, yang hitungan sholatku bisa kuhitung dengan jari. Sungguh aku menyesalinya, jauh dari Tuhan membuatku semakin hilang arah ketika masalah menghantamku sedemikian hebatnya mengguncang mentalku.
Dengan malas aku bangun dan beranjak mengambil air wudhu untuk sholat subuh. Tubuhku sedikit terhuyung karena masih mengantuk dan sedikit pusing akibat menangis. selalu begitu... entah kenapa kepalaku selalu terasa pusing setiap kali banyak menangis.
"Sal... yakin gak mau cerita kamu punya masalah apa? aku khawatir karena setiap kali di rumah, kamu banyak menghabiskan waktu hanya di kamar dan menangis. sudah berbulan-bulan. bahkan beberapa hari ini semakin parah kebiasaanmu melamun, mengurung diri dan menangis" kang Kholis menghampiriku saat aku melipat mukena.
"Gapapa Kang. BAntu aku dengan doa aja. Doakan aku kuat, sehat baik fisik maupun mentalku. Biar aku bisa bertahan" Jawabku
"Oh iya kang, aku ada rencana mau pindah cari kosan. Selain lokasi mess ini terlalu jauh dari Bandara Soekarno - Hatta, para driver juga banyak yang mengeluh ketika menjemput. kata mereka sering ribet di pos pemeriksaan, bahkan beberapa ada yang pernah dikerjain dulu sama provost" kusampaikan niatku untuk pindah sekaligus alasannya.
"Ya sebetulnya itu hakmu nduk. aku sih gak keberatan kalaupun kamu mau disini terus. tapi apa kamu yakin mau pindah dengan kondisimu yang seperti ini? Rencana mau kos dimana?" tampak jelas kang Kholis mengkhawatirkan aku dari nada bicaranya.
"Belum tahu kang. mungkin balik lagi ke kosan yang lama. atau ngekos bareng sama Sukma" Jawabku kemudian.
Tidak ada respon dari kang Kholis. "Yawes kang, aku tidur lagi ya, nanti aku terbang jemputan jam 10.45. kepalaku pusing banget, aku agak kurang tidur"
Kang Kholis hanya mengangguk lalu beranjak menuju sisi lain dari kamar ini yang menjadi area tempat tidurnya.
Aku kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. cukup lama aku tidak bisa langsung memejamkan mata. kualihkan perhatian dan pikiranku dari Mesa dengan membaca sebuah buku berjudul IT'S ALWAYS POSSIBLE Karya Kiran Bedi hingga akhirnya kembali terlelap yang mungkin kuperkirakan sekitar puluk 06.30 pagi.
Pukul 09.00 aku terbangun karena ada bunyi panggilan di ponselku. Sedikit terkejut karena ternyata itu adalah nomor kantor bagian transport. segera kuangkat.
"Halo" sapaku
"Halo mbak Salma, driver-nya sudah di depan mess tuh. ditunggu" kata suara diseberang.
"HA? Lha kan saya harusnya jemputan jam 10.45 Pak? schedule ke Pangkal Pinang" Jawabku terkejut karena sekarang masih jam 9.
"Iya mbak, kayaknya mbak Salma kena Revise deh, ini di kami datanya mbak Salma terbang ke Medan jadinya, 2 landing doang" suara di seberang menjelaskan.
"Waduh. saya gak dapat revise-nya baik melalui SMS maupun telepon tuh" jawabku lagi
"Yaudah gapapa mbak, siap-siap aja dulu. cuma sendirian kok jemputannya gak ada barengan. Bilang aja sama driverr-nya suruh nunggu bentar" ucapnya lagi.
"OK deh. Makasih pak" akhirnya mau tidak mau aku segera bersiap. Mengambil baju tidur bersih dan baju casual dari lemari langsung kumasukkan ke dalam koper. Untuk Baju baju yang lain seperti Baju office dan seragam cadangan masih dalam kondisi bersih dan selalu ada di dalam koper, tidak pernah kukeluarkan kecuali memang perlu. setelah itu aku langsung menghampiri mobil jemputan yang memang sudah parkir di halaman mess.
"Pak, maaf saya tidak tahu kalau ada revise dadakan. Saya siap-siap sebentar ya" ucapku pada driver yang menungguku.
"Siap mbak, aman" jawab beliau sambil tersenyum.
Aku segera bergegas mandi, pakai baju seragam, menata rambut dan memakai bedak secukupnya, namun belum menggunakan make up. Lalu bergegas naik mobil jemputan. Aku tidak mau sampai terlambat tiba di bandara. Jadi kuputuskan untuk menyelesaikan make up ku di dalam mobil saja selama perjalanan.
Selesai berdandan, kuambil ponselku dan kukirim SMS ke Kang Kholis berpamitan. Kemungkinan nanti aku akan mendarat kembali di Jakarta sekitar pukul 5 sore, dan kalau lancar proses pengantaran, kemungkinan jam 7 atau 8 malam sudah ada di mess. Tergantung kondisi jalan dan apakah nanti ada barengannya atau tidak saat pengantaran. Itu sebabnya aku mau sekalian minta tolong dibelikan makan malam.
Berkali-kali aku menatap wajahku di cermin. Meskipun sudah berdandan, tapi tetap saya tidak mampu menutupi bengkak sekitar mataku akibat kualitas tidur yang tidak bagus ditambah menangis semalam. Aku menghela nafas panjang, berharap sesak berat di dadaku sedikit lebih lega. Kadang-kadang aku berfikir pesawatku jatuh saat aku bertugas dan biar aku saja yang tidak selamat lalu hilang begitu saja. Tapi aku tidak boleh naif dan egois karena ada banyak nyawa di dalam pesawat itu, bukan hanya aku. Na'udzubillahi Mindzaliik... Ampun Yaa Allah... maafkan ucapanku.. kutarik kembali pikiran buruk itu... Lagi-lagi air mataku meluncur begitu saja.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miles Away
RomanceKisah hidup Salma yang seperti sinetron berseri tak berujung, keras kepala, seringkali nekat mengambil tindakan yang berresiko tak kenal rasa takut, kecuali satu hal (takut kehilangan kekasihnya, Mesa) jatuh berkali2, tapi selalu siap bangkit lagi d...