13. Almost

16 0 0
                                    

"Halo Salma! Masih di Jakarta?" Rani menelpon tiba-tiba. Biasanya sahabatku yang satu ini lebih sering sms. Kalaupun dia menelpon berarti ada sesuatu yang penting (versi Rani tentunya)

"Iya Ran... Gimana?" aku menjawab telpon sembari menikmati nasi pecel yang tadi pagi dibelikan kang Kholis sebelum dia berangkat kerja.

"masih di Halim?" tanya dia lagi

"Masih" jawabku

"BTW mau gak tidur di rumahku? Aku lagi di rumah bekasi ini. Ada Lani juga"

"Ha? Kok bisa? Libur po?" seketika aku menghentikan aktifitas makanku karena terkejut kok tiba-tiba mereka ada di Bekasi di rumah Rani.

"haloooo Salma!!! Yuk ngumpul yuk kitaaa gak kangen po sama aku n Rani, bentar lagi kamu kan mau jadi Pramugari duluan. Sedih lho kita" terdengar suara Lani yang seperinya main serobot HP rani.

"Mmmm... Nanti ya agak siangan or sore aku kabarin lagi. Aku kan gak ngerti gimana caranya bisa sampai rumahmu Ran... Aku juga perlu nanya or minta ijin dulu sama Omku. Siapa tahu juga beliau mau nganterin. BTW berapa lama rencananya kalian disini? Kapan balik Jogja?" jawabku menjelaskan situasiku sekaligus bertanya berapa lama mereka akan ada disini.

"kami udah sejak dua hari yang lalu Sal. Rencana sih cuma 5 harian. Tapi kayaknya lusa udah mau balik aja ke Jogja, soalnya kita mau jalan-jalan juga di jogja. Tau kan selama kita pelatihan padet banget jadwalnya. Nyaris gak ada waktu main" Jawab Rani panjang lebar.

"OK deh. In Sya Allah nanti aku usahain banget bisa main ke rumahmu ya. Syukur-syukur bisa diijinin nginep" jawabku sembari kembali melirik ke bungkusan nasi pecel yang belum kuhabiskan.

"ya sudah ngabarin yakk Sal..." kemudian diputusnya sambungan telepon.

*******

Malam harinya aku sudah berada di rumah Rani. Kang Kholis mengijinkan menginap dan beliau juga yang mengantarku sampai rumah Rani. Belum ada seminggu kami bertiga berpisah, rasanya sudah sangat lama tidak bertemu. Jadilah malam itu kami begadang di kamar Rani. Ngobrolin hal remeh temeh penting gak penting dan menertawakan banyak hal kisah persahabatan kami. Meskipun aku sangat dekat dengan dua sahabatku ini, aku tetap merahasiakan tentang Mesa dari mereka. Entah kenapa mengingat Mesa selalu terasa menyakitkan. Selalu. Tidak pernah tidak. Anehnya lagi aku justru menikmati setiap rasa sakitnya. Mesa...

Pagi hari selesai sarapan pagi di rumah Rani, aku dikejutkan suara Nugie yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang makan. "Eh loh ada Salma?" Sapanya dengan nada terkejut. Entah beneran terkejut atau sekedar pura-pura terkejut. Yang pasti aku langsung melirik Rani yang langsung sadar dengan maksud tatapanku dan dia hanya merespon dengan cengiran.

"Eh iya Om..." jawabku sekenanya.

Rupanya Nugie memang ikut ke Bekasi dalam rangka liburan juga. Siangnya kami bertiga plus Nugie yang juga ikut ngintilin kami bertiga ummmm atau lebih tepatnya ngintilin aku. Kami jalan ke mall untuk sekedar jalan-jalan cuci mata dan jajan. Lalu tiba-tiba muncul ide dari Nugie yang mau mengajak kami pergi ke Puncak dengan mengajak Marshal, teman kuliahnya di Jogja yang orang Bogor. Rani dengan polosnya langsung mengiyakan ide tersebut. Sementara Lani menolak karena dia sore itu harus ke tempat kakaknya yang kebetulan bekerja di Jakarta. Aku? Mau tidak mau aku ikut. Karena kang Kholis tidak mungkin menjemputku. Kebetulan beliau sedang mendapat tugas luar. Itulah sebabnya kenapa kemarin beliau mengijinkanku menginap di Rumah Rani.

Jadilah sore itu dengan menggunakan mobil Marshal kami berempat berangkat ke puncak. Hujan. Aku banyak diam di sepanjang perjalanan. Melihat hujan membuat otakku mau tidak mau melayang ke Mesa. Pengen nangis tapi malu sekaligus takut dicurigai 3 orang lainnya yg ada di dalam mobil ini. Aku tidak mau orang lain tahu kisahku dengan Mesa. Apalagi Nugie. Bisa bisa dia akan memanfaatkan situasiku terkait rapuhnya hubunganku dengan Mesa.

Miles AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang