24.

17 1 0
                                    

.
.
.
-FLOPS Rajawali Air, 10.50 WIB+

"Selamat Pagi mas!" sapaku pada salah satu crew tracking di FLOPS.
tumben banget situasi FLOPS lumayan sepi. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan sebelum menandatangani absensi di crew list yg bertugas untuk reserve2.

Hanya ada 2 orang senior sedang duduk santai di sofa yang memang disediakan untuk kami yang menjalankan tugas reserve. 

Ketika aku sedang membubuhkan tanda tangan, muncul salah satu FOO kemudian menyapaku tapi tanpa melihatku "Mbak Salma Safira dapat salam noh!" ucapnya cukup lantang untuk didengar semua orang.

"Salam? Dari siapa mas?" tanyaku yang juga tidak menatap siapa yg sedang berbicara denganku.

"Mas Nanda. FO" jawabnya singkat

Aku mencoba mengingat-ingat nama itu. Seperti tidak asing tapi Nanda FO yang mana aku saat itu benar benar lupa.

"Mas Nanda FO yang mana ya mas?" tanyaku penasaran.

"lah kata mas Nanda pernah terbang bareng tuh" ujarnya lagi

"ya udah deh wa'alaikumsalaam. Eh iya mas nanti kalau ada schedule available aku mau ya di revise naik duluan" aku langsung menyambung percakapanku kepada crew tracking yang juga ada disitu.

Selanjutnya aku segera menghampiri 2 Seniorku yang lain, memperkenalkan diri lalu duduk tidak jauh dari mereka berdua. Waktu menunggu tanpa kepastian alias nyerep-pun dimulai. Sembari duduk aku mencoba mengingat nama mas Nanda yg tak kunjung aku ingat. Akhirnya kuambil buku catatan terbangku. Lembar demi lembar halaman kubuka hingga akhirnya aku menemukan nama Ananda Terri disana. Tapi aku benar benar lupa wajahnya. Sudahlah.

Dan sejak hari itu sesudahnya untuk beberapa bulan ke depan aku sangat sering mendapat titipan salam darinya tanpa pernah sekalipun terbang bareng atau bahkan bertemu kembali di FLOPS.

Suatu hari pernah ketika aku reporting time untuk melaksanakan tugas terbang, aku kembali mendapat salam dan secarik kertas pesan darinya yang lagi lagi dititipkan pada petugas crew tracking maupun FOO. Disaat yang lain disertai dengan hadiah - hadiah kecil, mulai dari gantungan kunci bertuliskan Remove Me Before Flight, aneka macam coklat, kue - kue jajanan khas kota tertentu dan sebuah pin logo pesawat Boeing 737 berwarna emas.

Tapi sungguh percayalah, kalau boleh aku jujur. Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan memiliki pasangan yang berprofesi sebagai pilot. Entahlah... Aku hanya merasa sepertinya tidak enak punya pasangan seorang penerbang. Yang kubayangkan adalah kemungkinan bahwa kami nantinya pasti akan sangat sulit memiliki waktu bersama dan satu lagi... Dunia penerbangan ini ada banyak sekali makhluk - makhluk yang jauh lebih rupawan daripada aku. Persaingan berat! Daripada gak kuat mending gak usah aja. Setidaknya itu pemikiranku.

Hingga tibalah hari dimana akhirnya aku benar benar kembali terbang bersamanya schedule 3 hari RON di Manado. Aku benar benar salah tingkah begitu membaca ada namanya tercantum dalam crew list.  Tapi anehnya, ketika dia datang dan aku mau tidak mau tetap harus melaksanakan prosedur memperkenalkan diri, mas Nanda ini bersikap seolah olah dia tidak pernah titip salam atau sikap "umum" lainnya yang menunjukkan bahwa dia "tertarik" sama aku. Kan bingung jadinya. Maksudku... jangan jangan selama ini bukan mas Nanda yg ini yang selalu titip salam dan kasih hadiah? Tapi cuma ada dia yang ada nama Nanda-nya FO yang pernah terbang bareng denganku. Atau jangan jangan ada nama Nanda lainnya? Entahlah.
.
Selesai melakukan pre-flight briefing kami segera menuju ke pesawat. Perasaanku yang tadinya lumayan kikuk, canggung, bingung karena akhirnya terbang lagi dengan mas Nanda-pun perlahan mulai hilang karena sepertinya bukan mas Nanda yang ini yang selama ini sering menitip salam dan hadiah-hadiah kecil. Oh iya, gantungan kunci pemberian mas Nanda kugantungkan di handbag, begitupun juga dengan pin-nya juga kuletakkan di handbag sebagai penanda supaya tidak tertukar dengan handbag pramugari yang lainnya.

Kebetulan hari ini akupun bertugas di kabin bagian depan bersama dengan FA1. artinya, selain melayani penumpang kelas bisnis, akupun secara bergantian perlu melakukan pengecekan cockpit setiap maksimal 30 menit sekali. Tentu saja kami harus melayani kebutuhan makan dan minum mereka juga. Semuanya berjalan lancar, tidak ada kendala apapun.

Setelah mendarat di Manado sekitar pukul 21.00 WITA, kami langsung menuju hotel dengan menggunakan  shuttle (mobil jemputan dari hotel tempat kami menginap).

Di dalam mobil, Mbak Isye, FA1 dan Mbak Melisa, FA3 yang memang orang asli Manado, meminta ijin kepada Captain untuk pulang ke rumah keluarganya. Kebetulan memang jadwal kami besok STAY di Manado, besok lusa kami baru akan kembali menjalankan tugas terbang kembali ke Jakarta.

Tentu saja captain memberikan ijinnya setelah mbak Isye & Mbak Melisa memberikan nomor HPnya, Nomor telepon keluarganya yang bisa dihubungi serta alamat rumah mereka masing-masing sebagai bentuk antisipasi jika sewaktu-waktu ada perubahan jadwal terbang. Maklum, di dunia penerbangan ini sesungguhnya tidak pernah ada istilah JADWAL FIX. Segala sesuatu bisa berubah kapanpun.

Dengan kepulangan mbak Isye & Mbak Melisa jadilah akhirnya aku mendapat kamar sendirian. Karena aku yang paling junior sementara 2FA yg lainnya tidak berani tidur sendirian.

Setibanya di hotel, Mbak Melisa & mbak Isye yang sudah dijemput keluarganya langsung berpamitan kepada kami. Begitu mendapatkan kunci kamar, kami langsung masuk ke kamar masing-masing.

Sesampainya di kamar, kusempatkan melihat jam tanganku yang rupanya sudah menunjukkan pukul 21.15 WIB atau 22.15 WITA. Bergegas aku melepaskan seluruh seragamku, menggantinya dengan pakaian tidur. Lalu memasukkan seragamku ke dalam kantong laundry, mencatat, menandatangani form laundry kemudian meletakkannya di depan pintu kamar. Selanjutnya aku langsung membersihkan diri, mandi dan bersiap tidur.

Sesaat setelah aku merebahkan tubuhku di atas kasur, telepon kamarku berbunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WITA. rasanya tidak mungkin pegawai hotel atau laundry menelepon tengah malam begini. Mungkin dari sesama Crew, bisa saja captain atau Crew yg lain yang biasanya memberikan informasi perubahan jadwal atau hanya sekedar menawarkan sesuatu seperti misalnya besok mau ikut jalan kemana, mau makan siang dan makan malem dimana dsb. Jadi segera kuangkat telepon tersebut.

"Halo... dengan Salma" Sapaku setelah kuletakkan gagang telepon di telingaku.

"Halo. Salma belum tidur kan? Sorry kalau ganggu"

Terdengar suara laki-laki di seberang sana. Aku yakin bukan suara Captain. Pasti suara mas Nanda.

"Belum, baru mau tidur. Maaf dengan siapa? Captain atau Mas Nanda?" Tanyaku memastikan.

"Ini Nanda" jawabnya singkat

"Oh, gimana mas? Ada info apakah?" Tanyaku formal seperti biasa jika ada telepon dari sesama Crew.

"Mmm... Nggak ada. Cuma mau bilang terima kasih" ucapan mas Nanda membuat aku mengernyitkan dahi, bingung.

"Terima kasih? Untuk apa?" Tanyaku lagi

"Terima kasih gantungan kunci dan pin-nya ternyata Salma pakai. Gak dibuang"

Deg!

Sesaat berasa konslet jantungku. Gemeteran, dan aku langsung panik kehilangan kata. Bingung antara malu, takut, pengen nangis, pengen ngilang aja gitu atau minimal pingsan apa gimana gitu. Nggak ngerti harus ber-reaksi seperti apa.

"Sal...Salma...Halo.." terdengar suara mas Nanda yang memanggil-manggil namaku.

Aku betul-betul seperti membeku. Ternyata beneran mas Nanda yang ini Tuhaaannn... Kok bisa-bisanya sepanjang penerbangan hari ini dia bersikap biasa aja seolah-olah tidak pernah menitip salam atau memberikan hadiah-hadiah. Kok bisa-bisanyaaaa.... Haaaahhhh... Bahkan sikapnya itu NORMAL! haduh apa ya istilah yg pas buat jelasinnya... Pokoknya gitulah...

"Salma udah ngantuk ya? Ya udah... Selamat istirahat ya Sal... Sampai ketemu besok pagi" Dan mas Nanda-pun menutup telponnya tanpa menungguku meresponnya.

Aku masih mematung tidak percaya. Perlahan-lahan aku meletakkan gagang telpon kembali ketempatnya. Fix kayaknya besok aku gak bakal keluar dari kamar sama sekali. Pengen nangiiisssss...

**********
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Miles AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang