16. Long Distance Relationshit (Part2)

9 0 0
                                    

2 Minggu sudah kulalui pelatihan di maskapai Rajawali Air ini. Alhamdulillah semua berjalan sangat lancar. Aku sangat fokus pada proses pelatihanku. Beberapa kali Mesa menelepon menghubungiku melalui telepon rumah kosku. (dia masih belum pegang HP, sesekali sms dengan pinjam HP temannya). Meskipun kami semakin jarang berkomunikasi, rasanya aku sudah mulai terbiasa dengan jarak yang semakin jauh. Ditambah kegiatan pelatihanku yang luar biasa menyita waktu dan menguras energiku. Sejak hari kedua pelatihan sampai sekarang rasanya tiada hari tanpa ujian. Hari ini belajar tentang A, besok pagi pagi sekali ujian tentang A. Begitu setiap hari. Tak jarang kami harus belajar sampai jam 2 dini hari karena ada begitu banyak yang harus kami hapalkan setiap hari. Sebetulnya aku cukup beruntung dengan back ground pelatihan sekolah pramugari, harusnya aku bisa tidur lebih awal. Mungkin jam 9 atau 10 malam. Tapi teman teman satu batch (angkatan). Sering meminta bantuanku untuk menjelaskan ulang materi. mengajari mereka tentang materi materi yang mereka belum paham. Alhasil ya akhirnya akupun jadi ikut-ikutan belajar hingga dini hari. Sementara besok paginya jam 8 masih lanjut pelatihan lengkap dengan ujiannya. Luar Biasa!
Menjadi Pramugari = Belajar tanpa henti! FAKTA!

******

"Salma! Ada paket!" teriak ibu kosku dari lantai bawah. Oiya, kamar kosku terletak di lantai 2 rumah ini. Aku segera turun untuk mengambil paketku.

Sebetulnya aku tidak tahu siapa yang mengirim paket. Karena sejauh yang kuingat aku tidak meminta ibu mengirimiku paket apapun, mama juga tidak. Apa mungkin Mesa?

Setelah kuambil paket tersebut aku cukup terkejut dengan nama pengirim yang tertera di kotak paket. Disana tertulis nama Vanno. Salah satu staff bagian Advertising sekolah pramugariku. Penasaran segera kubuka paket tersebut yang ternyata berisi 1 buah baju batik atasan lengan panjang, sebuah pashmina warna senada, sebuah tasbih kayu dan sepucuk surat.

Aku tidak tahu kenapa jantungku berdetak cukup cepat. Setelah melihat isi paketnya aku merasa kemungkinan besar isi suratnya tentang isi hati mas Vanno kepadaku. Saat aku masih sekolah disana, mas Vanno adalah orang yang bisa dibilang nyaris tidak pernah terlihat, orang yang selalu duduk di area meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan, hampir tidak pernah bicara, selalu menutupi separuh bagian wajahnya dengan menggunakan topi warna hitamnya yang dipakai dengan posisi cenderung ke bawah. Dan sekarang tiba-tiba dia mengirimiku sebuah paket yang isinya betul betul di luar perkiraan. Jangankan isinya, kenyataan bahwa dia mengirimiku sebuah paket saja sudah membuatku terkejut.

Cukup lama aku melihat isi paket itu. Terutama amplop suratnya. Antara penasaran dan takut. Aku takut jika ternyata perasaanku benar tentang isi suratnya. Penasaran karena Mas Vanno adalah orang yang selalu tampak misterius di lingkungan sekolah pramugariku.

"Sal! Ngelamun aja. Dari siapa sih paketnya?" teguran Sukma mengagetkan dan membuyarkan lamunanku.

"Mmmm... Dari salah satu staff sekolahku Neng, aneh. Aku sangat jarang bicara sama dia. Ya pernah sih beberapa kali komunikasi, itupun tentang pembuatan video testimoni sekolah & promosi daerah Jawa Timur. Udah itu doang. Kalaupun sms yang kami obrolin ya cuma perihal teknis. Orangnya sangat pendiam tau Neng. Kaget aja tiba-tiba ngirim paket isinya beginian" jawabku panjang

"Coba dibaca dulu aja suratnya" usul Sukma

"Tapi Neng... Kok aku takut ya? Kalau sampai dia nembak aku gimana? Dia orang baik. Tapi aku tidak akan mungkin bisa menerima dia. Kamu tahukan alasanku kenapa?" aku memang sudah menceritakan hampir semua kisahku dengan Mesa ke Sukma.

"Jangan GR dulu Sal. Udah sini aku aja yang baca suratnya kalau kamu takut" sembari menyabet surat yg masih dalam amplop warna coklat cream senada dengan warna baju, pashmina dan tasbihnya.

Miles AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang