6. TEMAN BARU

15 2 0
                                    

Selesai mendaftar, mbak Vivi dan teman laki lakinya langsung mengantarkan kami ke agen travel langganannya mbak Vivi setiap kali pulang kampung dari Jogja.

Benar saja ternyata naik travel terasa jauh lebih nyaman dari pada musti naik turun gonta ganti bus. Mobil travel yg kami tumpangi ini merk Mitsubishi tipe L300. Aku dan Mesa memilih bangku paling belakang. Jarak antar baris kursi juga cukup  luas.

Disepanjang perjalanan pulang kami banyak diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Mesa membuka sedikit jendela mobil disamping kami. Kala itu belum banyak mobil niaga yang dilengkapi dengan AC. Sesekali memang kami ngobrol tapi lebih banyak diamnya.
Aku tidur bersandar di bahu Mesa, terlalu lelah karena semalam aku kurang tidur dan otakku entah kenapa tidak pernah berhenti berfikir. Memikirkan terlalu banyak hal yang seringkali terasa ruwet kusut berantakan di dalam kepalaku.

Kami turun di terminal kota Ponorogo untuk kembali melanjutkan perjalanan ke kotaku dengan menumpang bus. Kebetulan sekali bus yang kami tumpangi adalah bus terakhir menuju kotaku.

Sesampainya di kotaku, Mesa langsung mengantarku pulang ke rumah mama. Oiya rumah mamaku ini cukup dekat dengan kota kabupaten. Sementara rumah Bapak dan Ibuku masih sekitar 45menit perjalanan lagi. Padahal hari sudah malam sekitar pukul 9 kami sampai. Jadi tidak mungkin untukku melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Bapak Ibu, maka aku memutuskan untuk bermalam sementara di rumah mama.

Mamaku memang sedang berada di Papua menemani Papa dengan urusan kerjanya. Di rumah ini ada 2 orang adikku, lebih tepatnya sepupuku (anak anak dari mamaku), dan ada juga nenek serta Omku yang paling bungsu, yang pernah nyomblangin aku sama Fatir.

*****

Sekitar 2 hari di rumah aku mendapat telpon dari seseorang sekitar pukul 9 malam. Ibuku yang menerima telponnya.

"Saal... Ada telpon dari temanmu" ibu memanggilku sedikit berteriak. Saat itu aku sedang mencuci piring piring bekas makan malam tadi di dapur.

"Siapa?" tanyaku yang juga sedikit berteriak karena jarak antara dapur dan telpon rumah sedikit jauh.

"Bayu" jawab ibuku

Aku mencoba mengingat-ingat apakah aku punya teman atau kenalan bernama Bayu. Sejauh yang aku ingat sejak mulai teman TK sampai dengan teman SMA rasanya aku tidak pernah punya teman bernama Bayu. Eh ada ding! Teman SMA, perempuan namanya Bayu. Tapi kalaupun Bayu teman SMAku yang telpon rasanya sangat tidak mungkin karena selain kami beda kelas, sejak kelas 1 hingga akhirnya menjelang lulus aku belum pernah ngobrol sekalipun dengan dia.

"Saaal.." panggil ibuku sekali lagi

Aku segera menyudahi kegiatanku, mengeringkan tanganku dan bergegas menuju telpon rumah yang letaknya tepat di sebelah pintu kamarku. Telpon kutarik bawa masuk ke dalam kamar.

"Halo" sapaku

"Halo, kenalin aku Bayu. Orang yang menyambut dan menerima surat lamaran kamu untuk Rajawali Airlines. Masih ingat?" jawab orang disebrang sana dan

Tidak butuh waktu lama aku langsung mengingatnya. Aku hanya mengingat peristiwanya. Tapi aku sama sekali tidak ingat namanya, karena rasanya pada saat itu dia bahkan tidak menyebutkan namanya. Satu lagi, wajahnyapun aku lupa 😅

"Oo... Iya Mas. Aku ingat... Tapi ada apa ya kok tiba-tiba mas Bayu telpon ke rumah?" tanyaku padanya. Aku sempat berfikir kalau dia menelpon untuk mewakili perusahaannya melakukan panggilan kerja terkait surat lamaranku waktu itu.

"mmmm... Gak ada apa-apa. Cuma mau kenal aja boleh kan?" Jawabnya dengan karakter suara yang lembut, mungkin karena dia orang Jogja.

Aku agak bingung sebetulnya harus menjawab bagaimana. Kan gak mungkin juga aku tiba-tiba menjawab "Gak mau ah. Gak boleh!" 😂 kalau tiba-tiba dia ngambeg terus surat lamaranku disobek-sobek lalu dibakar sampai jadi abu trs dibuang dihanyutkan di pantai Parangtritis kan repot.

Miles AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang