20

2.5K 130 11
                                    

"Ibun, si adek berulah lagi nih. Tolongin Jendra!"

Citra yang sibuk memasak itu langsung lari terburu-buru mendengar suara anak sulung nya berteriak cukup kencang.

"Kenapa kak? Axel kenapa lagi?" Ucap Citra yang baru saja sampai di taman belakang.

Jendra menunjuk ke arah Axel, gadis cilik yang baru saja berulang tahun yang keempat tahun kemarin.

Kedua bola mata Citra melebar setelah melihat anak perempuan nya yang penuh dengan bercak cat air milik Jendra, sembari memeluk kelinci yang malang itu.

Citra mengelus dada nya pelan menatap Axellia Aurel Winata, anak perempuan yang menjadi kesayangan Bryan. Tingkah laku yang setiap hari nya membuat Citra ingin berteriak kencang tetapi selalu Citra tahan agar tidak berteriak.

"Adek, itu hewan nak. Bukan boneka!" Kata Citra dengan nada tinggi. Citra pun langsung bergegas mendekat ke arah Axel yang mendekat erat anak kucing milik Jendra.

Citra benar-benar hanya bisa menghela nafas melihat anak kucing yang malang itu. Pasal nya, kucing tersebut lemas dan bulu nya sudah berwarna abstrak akibat ulah Axel.

Citra dengan paksa mengambil anak kucing itu dari Axel dan langsung di berikan nya pada Jendra.
Dan tak lama kemudian, suara teriakan dan tangisan dari Axel terdengar.

"HUAAAA, IBUN JAHAT!! ADEK KAN LAGI MEWALNAI BULU KUCING NYA. KENAPA KUCING NYA DI AMBIL?!"

Citra menghela nafas pelan. Tanpa menjawab ucapan Axel, Citra langsung menggendong Axel yang masih menangis.
Karena tidak lama lagi, Bryan serta kedua mertua nya akan datang.

"Jangan nangis ya cantik nya Ibun. Nenek sama kakek mau datang loh, kita mandi dulu sekarang." ujar Citra sembari mengelus-elus punggung Axel agar Axel berhenti menangis dan merasa lebih tenang.

        Usai memandikan Axel, Citra kembali menuju dapur dan hendak melanjutkan memasak yang sempat tertunda. Tetapi, sesampai nya Citra di dapur. Dapur sudah tampak bersih, padahal saat Citra tinggal tadi. Dapur ini sudah menyerupai kapal pecah.

"Masakan nya udah mateng neng Citra."

Citra terperenjat kaget, tubuh nya memutar ke belakang sembari mengelus dada nya yang berdetak kencang akibat terkejut.

"Haduh, kaget Citra mbak. Tapi makasih ya, udah di lanjutin masakan Citra."

"Sama-sama neng Citra. Oiya neng, saya mau bicara empat mata sama neng bisa?"

"Bisa mbak Niken. Ini sekarang kita udah bicara empat mata. Emang mau ngomong apa?" Jawab Citra di selingi kekehan kecil.

Mbak Niken menepuk dahinya pelan. Ia lupa, di dapur hanya ada Citra dan juga mbak Niken.

"Astagfirullah, lupa saya kalau di dapur cuma ada saya sama neng Citra."

Citra kembali terkekeh. "Faktor usia tuh mbak. Udah mulai pikun,"

"Ye, malah ngeledek si neng Citra."

"Back to topic neng. Jadi begini, di kampung kan saya punya anak kembar kan baru aja lulus SMA mereka. Saya minta izin, minta pekerjaan buat mereka. Terserah neng Citra mau kasih kerjaan apa buat anak-anak saya. Tapi, saya berharap kalau mereka di pekerjakan di rumah pak Bryan dan neng Citra. Biar saya dan pak suami tercinta ada yang bantu-bantu di sini." Lanjut mbak Niken.

Citra pun tampak berpikir. Boleh juga usulan dari mbak Niken, rumah sebesar ini mbak Niken mana mampu membersihkan sendiri, butuh dua atau tiga orang agar rumah ini bersih. Kadang juga Citra kasihan melihat mbak Niken yang membersihkan rumah besar ini.

Crazy Couple [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang