4

1.5K 145 21
                                    

"MAS, AYO INI BAJU NYA DI JEMUR KAMPRET! DARI TADI DI SURUH JUGA!!"

Bryan berlari terbirit-birit menuju belakang. Dan sesampainya di belakang, ia melihat sang istri yang berdiri dengan kedua tangan yang menyentuh pinggang nya.

"Bagus ya, di panggil dari tadi muncul nya baru sekarang! Buruan di jemur sana."

"Hehehe, maaf yang nerusin nonton Naruto tadi. Iya, ini aku langsung jemur." Jawab Bryan sembari mengangkat timba yang berisikan baju yang baru selesai di cuci. Citra mendengus kesal mendengar jawaban dari Bryan, lalu kembali menghadap mesin cuci.

Beginilah keseharian Citra dan Bryan jika sedang berada dirumah. Saling membantu satu sama lain. Jika Citra yang memasak Bryan yang makan, jika Citra yang mencuci baju Bryan akan menonton kartun atau anime favoritnya terlebih dahulu lalu, baru menjemur baju. Sampai-sampai Citra ingin melempar kepala Bryan menggunakan galon air saking kesalnya terhadap suami ganteng nya.

"Yang, cariin tukang pijit dong. Badan aku pegel-pegel semua ini."

Citra kembali menoleh pada Bryan dan mengambi timba dari tangan Bryan. "Ngapain cari tukang pijit? Aku kan bisa mas, malah lebih enakan juga aku kalau mijit."

"Nggak mau. Aku mau nya bapak-bapak aja yang mijit. Kalau kamu yang mijit aku, bisa-bisa akunya minta lebih."

Citra terkekeh, lalu mengeluarkan baju dari pengering mesin cuci. "Ya gapapa sih mas. Kan minta yang lebih cuma ke aku, bukan ke cewek lain."

"Emang boleh minta ke cewek lain?"

Kedua mata Citra melotot. "Enak aja! Kalau sampai kamu beneran minta ke cewek lain, aku potong beneran itu pisang kamu!"

Bryang menggeleng-gelengkan kepalanya cepat dengan wajah ketakutan nya dan langsung menutupi aset berharga satu-satunya.

"A-aku mana berani main sama orang lain kecuali kamu yang. Aku kan setia dan cinta banget sama kamu. N-nggak mungkin aku ngelakuin hal begituan sama cewek lain." Jawab Bryan terbata-bata.

"Bagus. Awas aja kalau sampai ingkar janji! Jangan bilang aku kalau aset berharga punya kamu satu-satunya itu hilang."

Bryan menganggukkan kepalanya patuh. Istrinya sekalinya mengancam langsung membuat Bryan bergidik ngeri dan ketakutan sekaligus. Ia tidak bisa membayangkan jika aset yang menemaninya sejak ia masih berada di dalam perut sang mama akan hilang begitu saja di tangan sang istri.

Bryan menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Ia membuang bayangan-bayangan yang mengerikan itu. Ia pun langsung mengangkat timba kembali, dan langsung menjemur pakaian untuk yang kedua kalinya.


        Sore harinya, Bryan mengunjungi caffe milik Evan bersama dengan Citra. Mereka berdua pun masuk ke dalam caffe dengan tangan yang menggandeng satu sama lain.

"Mas Bryan, sudah ditunggu mas Evan diruangan atas." Ucap Arya meberitahu pada Bryan bahwa Evan sudah menunggunya.

Bryan menganggukkan kepalanya lalu menatap pada Citra. "Mau ikut keatas atau tunggu disini?"

"Aku tunggu disini aja mas." Balas Citra. Bryan kembali menganggukkan kepala lalu mengacak-acak poni Citra.

"Yaudah, aku keatas dulu." Ujar Bryan dan meninggalkan Citra yang masih berada di depan kasir. Setelah kepergian Bryan, Citra mengambil buku menu dan melihatnya.

"Arya, aku mau ice cream vanila, kentang goreng, roti bakar nutela, sama mojito yang blue ocean ya." Ucap Citra dan mengembalikan kembali buku menu ke tempat asalnya.

"Siap mbak." Jawab Arya dan berbalik badan kearah dapur untuk memberikan secarik kertas yang berisikan pesanan Citra.

Citra berjalan menjauh dari kasir dan mencari-cari tempat duduk yang bersebelahan dengan dinding kaca. Setelah tiga puluh detik mencari-cari tempat duduk yang bersebelahan dengan dinding kaca, akhirnya Citra menemukan nya. Lumayan cukup jauh dari tempat ia berdiri tadi.

Citra pun langsung mendaratkan pantat nya di kursi, lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia mengaktifkan ponselnya dan mencari-cari nomor Amanda. Setelah di dapat, Citra langsung menelfon nya.

"Halo, Manda dimana?"

"Lagi dirumah, Citra. Kenapa?"

"Sini dong ke caffe nya Evan. Aku lagi ada disini,"

"Oke deh. Tunggu bentar ya, aku siap-siap dulu."

"Wokey! Hati-hati di jalan ya Manda." Balas Citra dan langsung mematikan hubungan telefon nya dengan sahabat tercintanya. Jarak rumah Amanda dengan caffe milik Evan ini tidak lah terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit jika naik motor.

Citra menatap sekitarnya. Sore ini caffe cukup ramai. Padahal bukan malam minggu. Biasanya, caffe akan sangat ramai tepat di malam minggu.

"Mbak Citra, ini pesanan nya."

Citra mendongakkan kepalanya lalu tersenyum. "Makasih ya Nanis. Semangat kerjanya!"

Nanis, salah satu pegawai yang bertugas dibagian dapur ini menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman Citra.

"Sama-sama. Dan terimakasih kembali untuk semangat nya mbak Citra." Balas Nanis. Citra menganggukkan kepalanya dan masih tersenyum sampai Nanis pergi meninggalkan dirinya.

Citra memang dikenal baik dan periang oleh pegawai yang bekerja di caffe milik Evan ini. Siapapu, akan merasakan atmosfer ceria dan semangat yang terpancar dari dalam diri Citra.

Citra pun menatap makanan yang berada dihadapam nya dengan kedua mata yang berbinar-binar. Seketika perut Citra terasa sangat lapar, dan ia pun mengambil semangkuk ice cream vanilla terlebih dahulu. Citra mulai menyendokkan ice cream dan langsung dimasukkan nya ke dalam mulut.

Kedua mata Citra terpejam, menikmati rasa manis pada ice cream itu. Ia pun membuka kedua matanya kembali. Dan menyuapkan sesendok ice cream ke dalam mulutnya.

"Enak banget kayak nya itu ice cream. Bagi dong yang!"

Citra urung menyuapkan sendok ketiga ice cream ke dalam mulutnya. Ia langsung membalikka arah sendok yang sudah terisi ice cream dan mendekatkan sendok itu ke mulut Bryan. Dan Bryan pun menerima suapan ice cream dari Citra.

"Ini siapa aja yang mau makan? Kok bangak banget?" Tanya Bryan. Citra meletakkan mangkuk ice cream yang telah kosong di atas meja lalu menatap Bryan.

"Aku lah. Siapa lagi terus yang mau habisin kalau bukan aku?" Balas Citra dan mengambil piring yang berisikan roti bakar dengan selai rasa coklat dan kacang.

Bryan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Istrinys ini memang hobi makan. Tapi, dirinya heran kenapa tubuh istrinya masih tetap kurus dan terjaga. Padahal, diluaran sana banyak sekali wanita yang rela mati-matian menahan rasa lapar agar tubuhnya tetap ideal.

"Kamu nggak takut gendut?"

Citra menggeleng sembari melahap roti bakarnya. "Enggak. Ngapain juga takut,"

Bryan tidak menanggapi Citra lagi dan memilih menatap Citra yang sedang menikmati makanan nya. Kedua tangan Bryan menempel pada dagunya dengan kedua mata yang memperhatikan Citra.

Betapa bersyukurnya ia bisa mendapatkan seorang istri seperti Citra. Cantik iya, pintar dalam pelajaran iya, pintar memasak iya, pintar di dalam kamar pun juga iya. Pokoknya istrinya ini paket komplit lah. Ia jadi makin sayang pada Citra.

 Ia jadi makin sayang pada Citra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























Maaf up nya terlalu kemalaman😁

Vote dan komen nya ditunggu💕

Crazy Couple [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang