Entah berapa lama Noe menyaksikan El menangis. Tetapi Noe yakin itu cukup lama sampai Radhi mulai pegal berdiri dan menuntun El ke sofa. Disana El kembali menangis sampai Ervan datang dengan membawa beberapa dokumen. Mendapati El yang menangis, Ervan segera meletakkan dokumennya dan menghampiri El. Bergabung bersama Radhi untuk memeluk dan menenangkan El.
Lagi-lagi kehadiran Noe tidak kasat mata. Padahal dirinya dilanda kebingungan sedari tadi. Dan otaknya tidak bisa berhenti bekerja barang satu detik saja. Memikirkan berbagai kemungkinan yang berseliweran tanpa diminta hingga membuat kepalanya pusing. Mulai dari kedatangan El dengan ekspresi berbeda, ciumannya yang tiba-tiba, lalu kemunculan seorang laki-laki bernama Arka dan ditutup dengan tangisan El.
Noe jelas bisa menyimpulkan dengan mudah karena situasinya terlalu terbaca. Arka merupakan orang yang membuat El patah hati. Dan El memanfaatkan dirinya untuk memanasi Arka. Noe tidak tahu apa yang terjadi di antara keduanya, tetapi yang bisa ia lihat, baik El maupun Arka masih saling mencintai.
"Noe."
Panggilan Radhi mengejutkan Noe. Matanya mengerjap sebentar sebelum menatap ke arah sofa. Di sana ada El yang berbaring dengan mata terpejam. Perempuan itu tidur dan menjadikan paha Ervan sebagai bantalnya. Sementara Radhi, entah sejak kapan sudah berada di dekatnya.
"Kenapa?" tanya Noe setelah beberapa saat.
"Lo tertarik sama El?"
Sontak mata Noe membulat saat mendengar pertanyaan langsung tanpa basa-basi itu. "Eh-a-aku."
Noe tidak tahu harus menjawab apa dan dia bingung karena ketidaktahuannya itu. Pertanyaan Radhi sebenarnya bisa dijawab dengan mudah. Tetapi ketika matanya kembali melirik El yang kini terlelap, jawabannya ternyata tidak semudah itu. Tertarik ya. Mungkin, hanya saja pertemuan dan perkenalan mereka yang masih terbilang singkat ini belum sampai ke tahap itu bagi Noe. Sepertinya ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan perasaannya terhadap El saat ini ketimbang tertarik.
"Penasaran. Perasaanku masih ada dibatas itu sepertinya," ujar Noe saat menemukan padanan kata yang tepat. Mengingat bagaimana sedari awal dirinya dibuat penasaran dengan kehadiran El yang tidak terdeteksi. Lalu setelah mengenal beberapa waktu, El selalu bisa memberikan kejutan untuknya.
Mendengar ucapan Noe, kepala Radhi mengangguk, tampak mengerti. "Kalau gitu, tolong tetap ada dibatas itu," pintanya sungguh-sungguh.
"Kenapa?" Penasaran Noe memutuskan untuk langsung bertanya. Dugaannya jika Radhi menyukai El pun semakin kuat.
Di depan Noe, Radhi yang masih memakai setelan kerja itu tampak maklum dengan pertanyaan Noe. Sangat wajar jika lelaki itu penasaran. Tetapi memang sudah seharusnya jika Noe hanya merasa penasaran terhadap El, tidak lebih dari itu.
"Lo terlalu baik buat El. Jadi saran gue, jaga jarak sama El kalau lo enggak mau menyesal."
Alis Noe terangkat. Ekspresi bingung tergambar jelas di wajahnya. Tampak tidak puas dengan jawaban yang Radhi berikan. Jika memang dirinya terlalu baik, sebagai teman, bukankah seharusnya Radhi mendukung El berhubungan dengan lelaki yang baik? Bukan malah menyuruhnya menjauh dari El seperti ini. Kecuali jika dugaannya memang benar adanya.
"Kau menyukainya, Dhi?"
"Lebih dari itu," ungkap Ervan yang langsung menarik atensi Noe. Tangannya fokus bergerak mengusap rambut El sambil melanjutkan. "Gue, Radhi ... kita sayang sama El. Jadi demi kebaikan kalian, menjauh itu solusi terbaik untuk saat ini."
"Tapi bagaimana jika El sendiri yang mendekat?" tanya Noe dengan nada rendah. Karena sejauh ini, masalah ciuman yang mungkin terlalu ia lebihkan, selalu dimulai oleh El meski dirinya membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elistasi
Romance#ProjectAretha 90-H Noe sangat paham, usaha jelas dibutuhkan untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Maka dia terus melakukan segala usaha terbaik, agar mencapai hasil terbaik pula. Usaha yang kini mengantarkan dirinya bisa seperti sekarang, mapan dan h...