Jadilah pembaca yang bijak. Jangan lupa tinggalkan jejak, vote, komen and follow.
Happy Reading All ...
"Aku tidak tahu kalau direktur juga harus lembur di rumah."
Mendengar suara yang dikenalnya, kepala El terangkat dari laptop. Menengadah hingga akhirnya bersitatap dengan Noe yang sedang berdiri dengan laptop di tangannya. El tersenyum kecil sebelum membalas ucapan Noe. "Anggap aja gue Direktur yang rajin."
Noe balas tersenyum dan mengambil tempat duduk di depan kamarnya. Kontrakan yang tidak bersekat di bagian depannya itu, membuat keduanya bisa leluasa untuk mengobrol. Jadi begitu file naskah yang sedang ditanganinya terbuka di Microsoft word, Noe mulai membuka obrolan.
"Kalau boleh tahu, kau direktur apa?"
"Apa kita mau bahas gosip soal gue lagi?"
Mendapat pertanyaan balik, Noe tergagap sendiri. "Bu-bukan. Sebenarnya aku tidak peduli dengan gosip tentang kau. Aku bertanya karena penasaran saja."
El tertawa kecil karena reaksi Noe yang berlebihan. "Jadi lo enggak peduli nih sama gosip tentang gue. Terus kalau guenya, lo peduli enggak?" tanyanya dengan maksud menggoda.
"Iya, aku peduli."
Senyum El hilang dalam waktu sekejap. Wajahnya memanas tanpa bisa dicegah. Meski tahu jika Noe itu suka berterus terang dalam berucap, El tidak tahu jika Noe akan sejelas itu menjawab pertanyaan main-mainnya. Bicara jujur dan apa adanya memang bagus, tetapi jika membuat hati tidak karuan seperti ini beda cerita.
"Gue direktur operasional," ucap El setelah berdehem, memilih menjawab pertanyaan Noe sebelum balik bertanya. "Lo sendiri sering lembur?"
"Kadang-kadang, tergantung deadline sih. Tapi aku usahakan selesai sebelum batas waktunya."
El mengangguk paham sebelum kembali bertanya. "Lo engggak pusing kalau ngedit buku? Gue aja yang sering liat laporan bawaannya emosi kalau liat typo."
Mendengar itu Noe tertawa sebelum menanggapi. "Aku yakin pekerjaanku tidak akan seberat pekerjaan seorang direktur."
"Berat enggaknya kerjaan enggak bergantung sama pangkat, Noe," komentar El. "Yang kerjanya gampang aja bisa jadi ngerasa berat, kan?"
"Iya juga sih. Tapi kau hebat, El. Masih muda sudah menjabat sebagai direktur," pujinya kemudian.
Dan wajah El tidak bisa untuk tidak kembali memanas. Ia lebih menunduk ke arah laptop demi menyembunyikan wajahnya yang merona. Dalam hati perempuan itu gemas sendiri. Demi Tuhan! El bahkan sudah sering mendengar pujian yang lebih daripada yang Noe lontarkan. Terlampau banyak orang yang mengagumi kehebatan dan kecerdasannya hingga bisa sampai diposisi sekarang.
"Sekarang kau berubah ya, El."
Mata El melirik Noe sekilas, tampak was-was. "Berubah apanya? Tolong jangan bilang kalau gue makin kurus. Tante Fani bisa ngomel lagi nanti."
Noe tertawa saat teringat dengan tante pemilik butik. "Bukan itu," sanggahnya. "Sekarang kau jadi banyak bicara, tersenyum dan tertawa."
Kepala El menoleh, menatap Noe yang kebetulan juga sedang menolah ke arahnya. "Aneh ya?"
"Tidak kok. Aku suka melihatnya."
El tidak bisa bereaksi banyak saat mendengar Noe yang tampak tenang ketika berucap. Akhirnya ia hanya tersenyum canggung sebelum kembali fokus pada laptop. Mau tidak mau ia harus mengakui jika ucapan, lebih lagi dari laki-laki itu berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elistasi
Romance#ProjectAretha 90-H Noe sangat paham, usaha jelas dibutuhkan untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Maka dia terus melakukan segala usaha terbaik, agar mencapai hasil terbaik pula. Usaha yang kini mengantarkan dirinya bisa seperti sekarang, mapan dan h...