Jadilah pembaca yang bijak, jangan lupa tinggalkan jejak. Komen, vote dan follow.
Happy Reading All
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Gerakan tangan El yang sedang membuka kancing bajunya terhenti begitu saja. Kehadiran Noe yang menerobos masuk ke dalam ruangan Fani membuat perempuan itu memekik tertahan. Segera saja El berbalik, sadar jika dibalik kemeja yang kancingnya sudah terbuka empat itu, memampangkan dengan jelas sesuatu yang tidak seharusnya dilihat Noe."Maaf El," ucap Noe penuh sesal. Jika saja El tidak berbalik, perempuan itu pasti bisa melihat bagaimana wajah merahnya saat ini. Baru saja matanya ini melihat sesuatu yang berharga bagi perempuan. Meski masih terbungkus rapi dengan bra berwarna hitam, tetap saja wujudnya terlalu jelas.
"Lo ngapain kesini?" tanya El dengan tangan yang bergerak memasangkan kembali kancing kemeja kerjanya. Mengabaikan ucapan Noe karena tahu lelaki itu tidak akan berniat untuk mengintip atau sejenisnya.
Tidak ada jawaban dari balik tubuh El sampai semua kancing kembali terpasang. Berbalik, El manatap Noe yang kini menunduk memandangi lantai. "Lo ngapain kesini?" ulang El karena Noe hanya bergeming.
Bisa El lihat jika Noe tampak bingung, meski begitu, pada akhirnya lelaki itu menjawab juga. "Aku mau tunggu disini. So-soalnya aku tidak kenal dengan orang-orang di depan."
El tergelak tidak percaya. Memang Noe tidak mengenal pegawai Fani, tetapi duduk menunggu di depan tidak harus berkenalan dengan setiap manusia yang ada disana, kan? "Barusan lo kenalan sama Tante Fani."
"Ya beda El," sela Noe cepat. Kepalanya yang menunduk terangkat memandang El. Berusaha meyakinkan El jika dirinya tidak nyaman berada di depan, tanpa harus menjelaskan alasan sebenarnya. Dia benar-benar berharap wajahnya sudah kembali normal seperti sedia kala.
"Pokoknya aku mau tunggu disini.
Kegigihan Noe yang memaksa untuk tetap berada disana tentu saja menimbulkan kecurigaan El. Tetapi El tidak mau mempermasalahkan lebih jauh lagi. Ini sudah malam dan El jelas ingin urusannya disini cepat selesai agar bisa istirahat. Maka ia meminta Noe untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Balik badan!" titah El kala Noe sudah duduk.
"Untuk apa?" tanya Noe dengan alis bertaut, merasa heran.
Jari telunjuk El menunjuk deretan baju yang diantarkan pegawai Fani sebelum Noe menerobos. "Gue mau coba ini. Ya kalau lo mau liat gu-"
"Tidak!" seru Noe memotong ucapan El. Tanpa sebab, wajahnya memanas saat membayangkan haru melihat El mencoba pakaian-pakaian itu. Agar El tidak melihat wajahnya yang tidak karuan, buru-buru ia membalikan badan menghadap dinding.
Tanpa Noe tahu, El tersenyum di balik punggungnya. Kembali El membuka kancing pakaiannya, melepasnya lalu mencoba baju pertama yang diambilnya secara acak. Tidak ada perasaan was-was jika lelaki yang kini menghadapkan tubuhnya ke dinding itu akan berbalik tiba-tiba. El cukup yakin jika Noe tidak akan melakukan hal seperti itu.
"Sudah?" Noe bersuara setelah beberapa saat berlalu. Dalam hati membatin jika tidak mungkin Elecoba semua baju itu kan?
"Belum," sahut El yang kini mencoba baju ketiganya.
"Memangnya kau mau coba semua baju itu?" tanya Noe lagi.
"Ya enggaklah," jawab El. "Capek kali kalau gue coba semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elistasi
Romance#ProjectAretha 90-H Noe sangat paham, usaha jelas dibutuhkan untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Maka dia terus melakukan segala usaha terbaik, agar mencapai hasil terbaik pula. Usaha yang kini mengantarkan dirinya bisa seperti sekarang, mapan dan h...