Jadilah pembaca yang bijak, jangan lupa tinggalkan jejak. Komen, vote dan follow.
Happy Reading All
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Sebagaimana pergi yang dijemput, saat pulang dari kantor El juga diantarkan meski kali ini bukan Radhi yang mengantar. Karena walaupun punya mobil sendiri, El sedang dalam mode malas menyetir. Tambahan aktivitas seperti mencari tempat parkir terlalu merepotkan. Area parkir yang disediakan pemilik kontrakan memang cukup luas, tetapi hanya diperuntukkan untuk kendaraan roda dua. Jadi daripada repot mencari tempat parkir kosong, lebih baik menumpang dan memanfaatkan salah satu dari ketiga pandawanya menjadi supir.
"Lo engggak mau mampir?" tanya El begitu mobil berhenti, seingatnya Ben belum pernah mengunjunginya. Ia lantas membuka sabuk pengaman dan bersiap untuk turun.
"Enggak deh, gue mau keliling disekitar sini."
"Ngapain?" Berkeliling disekitar kontrakannya jelas tidak akan memberi Ben manfaat berarti selain mengurangi bensin mobil.
"Radhi minta gue cari tempat parkir buat lo. Kita enggak bisa jadi supir lo tiap hari."
Ah, rupanya rencananya sudah diketahui dan seperti biasa mereka sudah menyiapkan rencana untuk menanggulanginya. Entah El harus bersyukur karena mereka terlalu kreatif, atau membatin karena mereka terlalu sulit untuk dimanfaatkan. Ya sudahlah, toh apa yang dikatakan Ben ada benarnya. Lokasi tempat tinggal mereka memang beda arah dengannya. Cadangan supirnya semua laki-laki yang mana punya kebiasaan bangun tepat waktu, dalam artian mepet tentu saja.
"El," panggil Ben setelah membuka kaca mobil.
El yang baru saja menutup pintu mobil menyahut, "Kenapa?"
"Lo bisa ambil baju sendiri, kan? Kita masih ada urusan soalnya, terus kayaknya juga sampe malem."
Melihat Ben yang tersenyum di akhir kalimat, mata El berotasi malas. Dikira dirinya tidak tahu apa urusan yang akan mereka lakukan itu. Tetapi pada akhirnya El hanya mengiyakan saja. Mungkin ketiganya memang butuh liburan, kasihan selama satu bulan ini sudah kerja rodi. Tetapi saat mobil Ben melaju El baru teringat jika mobilnya tidak ada di sini. Yah, sepertinya dia memang ditakdirkan untuk merepotkan ketiga lelaki itu. Lihat saja besok siapa yang akan datang pagi-pagi buta untuk mengantarkan pakaiannya.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?"
Tubuh El terperanjat saat mendengar suara itu. Entah sejak kapan Noe berdiri di sampingnya. Menyadari lelaki itu masih menunggu jawaban, cepat-cepat El menggeleng. "Enggak papa. Lo baru pulang?"
"Iya," jawab Noe yang kemudian melangkah menuju kontrakan diikuti El. "Kau mau langsung makan?"
"Iya, tapi mau nyimpen tas dulu." El menunjukkan tasnya sebelum masuk ke kamar. Menyimpan benda tersebut dan mengganti stiletto yang membalut kakinya dengan sandal jepit. Ia juga mencuci tangan dan wajah sebelum keluar dan bergabung bersama Noe. Saat dirinya keluar, rupanya Dian sudah pulang dan sedang membuka bungkusan makanan yang dibeli Noe.
"Ini punyamu, El."
El menggunakan terima kasih saat menerima satu porsi makanan dari Noe. Begitu bungkusan nasi dan sate terbuka, mata El mengedar mencari sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elistasi
Romance#ProjectAretha 90-H Noe sangat paham, usaha jelas dibutuhkan untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Maka dia terus melakukan segala usaha terbaik, agar mencapai hasil terbaik pula. Usaha yang kini mengantarkan dirinya bisa seperti sekarang, mapan dan h...