Jadilah pembaca yang bijak. Jangan lupa tinggalkan jejak, vote, komen and follow
Happy Reading All ...
"Enggak kaget gue," respon Ben pertama kali.
"Gue udah duga dari pas di rumah sakit sih." Ervan menyahut.
"Padahal kita udah kasih peringatan, tapi enggak mempan ya." Radhi ikut menimpali.
Ketiganya menyidang El di ruang rapat usai makan siang. Memandangi El yang duduk di salah satu kursi, sementara mereka berdiri di ujung meja. Memposisikan seolah perempuan itu terdakwa yang sedang digugat.
"Terus dia bilang suka sama lo?" tanya Ben disusul tatapan penasaran dari Radhi dan Ervan.
El menggelengkan kepala. "Dia cuma minta izin buat deketin gue."
Kompak ketiganya menggebrak meja hingga El berjengit kaget. "Berarti dia suka sama lo, El," lanjut Ben.
"Masa gitu aja lo enggak paham?" tanya Ervan heran.
"Enggak mungkin dia mau deketin lo kalau dia enggak suka sama lo," tambah Radhi.
"Terus gimana sekarang?" El balik bertanya. Ia juga masih bingung meski sudah memberikan izin.
"Kalau gitu jangan kasih izin," saran Radhi cepat. Otaknya menyusun kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi jika El mengizinkan Noe.
"Sementara lo jaga jarak dulu aja sama dia." Ben juga ikut memberikan saran.
"Takutnya dia ngomong begitu karena mabuk, El."
Ucapan Ervan seketika membuat El berpikir. Semalam Noe memang meminum alkohol, yah meskipun kadarnya rendah. Tapi jika memang mabuk, masa iya Noe mabuk sampai pagi tadi. Rasanya kan tidak masuk akal.
"Tapi gue udah kasih izin."
Lagi-lagi ketiga lelaki itu menggebrak meja. Wajah ketiganya tampak protes dan terkejut di waktu yang sama. Dan El sudah bisa menebak mereka akan melayangkan berbagai keluhan setelahnya.
"Kok lo izinin sih?"
"Harusnya lo tanya kita dulu."
"Kalian baru kenal, El."
"Ya gimana dong, gue terbawa suasana," jawab El takut-takut.
Ketiganya saling lirik sebelum saling mendekat. Berembuk dan berbisik disana tanpa bisa El dengar. Selama proses diskusi itu, mereka bergantian melirik El. Begitu selesai ketiganya berbalik dan hendak kembali menggebrak meja saat El menyela.
"Jangan rusak fasilitas kantor kalau enggak mau potong gaji."
Tangan ketiga lelaki itu pun turun secara perlahan hingga menyentuh meja. Tidak ada suara gebrakan lagi. Sebagai gantinya, mereka memandang El dengan serius.
Radhi berdehem sebelum memulai. "Kita enggak akan ngelarang lo deket sama Noe. Gue tahu dari Kinan kalau dia laki-laki baik."
Dan El sudah tahu jika akan ada kata tapi setelahnya. "Tapi?"
"Kita akan awasi dia," lanjut Ben.
Ervan langsung bersuara saat tahu El akan menolak. "Tolong jangan protes. Hubungan lo sama Arka berakhir karena lo terlalu percaya sama dia."
"Fine," putus El pada akhirnya. "Tapi tolong jangan ngerjain dia. Kalian bukan remaja lagi."
Ketiganya kembali saling lirik sebelum mengangguk dan menjawab kompak. "Akan dipikirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elistasi
Romance#ProjectAretha 90-H Noe sangat paham, usaha jelas dibutuhkan untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Maka dia terus melakukan segala usaha terbaik, agar mencapai hasil terbaik pula. Usaha yang kini mengantarkan dirinya bisa seperti sekarang, mapan dan h...