Part 03

662 41 0
                                    

Part 03

Azizah meletakkan tasnya setelah masuk di kamarnya, ia baru saja pulang dari tempatnya bekerja. Seperti biasa, tubuhnya terasa remuk dan lelah, namun harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri sekaligus menantu di rumah suaminya tersebut.

Azizah berniat duduk sebentar, setelah itu baru ia akan mandi dan membersihkan diri. Namun saat Azizah akan menuju ranjang, ia justru melihat Farhan keluar dari kamar mandi dengan keadaan tubuh dan rambut yang sudah basah, yang Azizah yakini suaminya itu baru saja mandi.

"Kamu kok ada di rumah, Mas? Kamu enggak kerja?" tanya Azizah ke arah Farhan yang tengah menggosok rambut basahnya dengan handuk.

"Ini aku juga baru pulang kerja, masa kaya gini kamu masih tanya?" Farhan menjawab dengan nada kesal, sepertinya suaminya itu masih mengingat obrolan mereka tadi malam. Bisa dilihat dari sikapnya yang masih tak ramah, membuat Azizah hanya bisa menghela nafas, harus berhati-hati lagi bila harus berbicara dengan suaminya itu.

"Bukan gitu, Mas. Maksudku kamu enggak ambil lembur lagi?"

"Lembar-lembur aja yang kamu tanya, kenapa sih? Memangnya kenapa kalau aku enggak ambil lembur lagi?" Farhan menatap dengan mata menantang ke arah istrinya, merasa kian kesal dengan pertanyaan yang disematkan untuknya.

"Mas, gaji kamu di shift siang itu sedikit, kalau kamu enggak ikut lembur kaya biasa, berarti penghasilan kamu berkurang kan? Aku cuma mengingatkan kewajiban kamu untuk memenuhi kebutuhan di rumah ini, itu aja, Mas." Azizah masih berusaha menjelaskan maksudnya dengan nada sehalus mungkin.

"Kok jadi aku sih? Kamu kan juga kerja, masa enggak cukup untuk memenuhi kebutuhan di rumah ini, apalagi gaji kamu juga besar."

"Tapi, Mas, gajiku kan aku tabung kalau-kalau aku hamil dan kita punya anak, karena aku juga mau berhenti bekerja dan fokus mengurus anak kita nanti, Mas."

"Kenapa kamu harus berhenti? Kamu masih bisa bekerja meskipun kita punya anak nanti, dan lagi sekarang kamu juga belum hamil kan? Pakai gaji kamu itu untuk keperluan di rumah ini, jangan mengandalkan gajiku terus! Aku juga capek lembur sampai malam."

"Loh, Mas, kamu pikir aku enggak capek? Aku juga capek, tapi aku mau menabung sendiri untuk keperluan anak kita nanti. Aku juga enggak berniat minta ke kamu, aku cuma mau kamu memenuhi kebutuhan di rumah ini, itu aja." Azizah berusaha menjelaskan keinginannya, namun sepertinya suaminya itu terlalu keras kepala untuk mengerti harapan besarnya.

"Sekarang aku tanya, memangnya kamu sudah hamil?" tanya Farhan kali ini yang digelengi kepala oleh Azizah.

"Belum lah, Mas. Aku kan masih pakai KB, tabunganku juga belum memenuhi targetku, bagaimana mungkin aku hamil lebih dulu?"

"Nah, kamu aja belum hamil, malah memikirkan uang untuk nanti kita punya anak, harusnya kamu pikirkan keperluan di rumah ini dulu, baru sisanya kamu tabung untuk keinginan kamu itu." Farhan menjawab enteng, seolah ucapannya adalah hal wajar tanpa memikirkan bila semua itu adalah tanggung jawabnya.

"Kan memenuhi keperluan di rumah ini tugas kamu, Mas, kok kamu jadi mengandalkan gajiku? Ini rumah kamu, kita juga masih tinggal dengan orang tua kamu yang harus kamu penuhi kebutuhannya, belum lagi kebutuhan dapur dan lainnya, semua itu kan juga butuh uang, Mas."

"Oh jadi maksud kamu, kamu enggak ikhlas gaji kamu dipakai untuk keperluan orang tuaku? Iya? Ingat ya, Zah, mereka itu orang tuaku, berarti orang tua kamu juga, harusnya kamu enggak perhitungan sama mereka." Farhan menunjuk ke arah wajah Azizah yang tampak tak percaya dengan jawaban suaminya.

"Yang bilang aku perhitungan dengan orang tua kamu itu siapa sih, Mas? Aku enggak pernah bilang seperti itu, aku cuma bilang kalau aku mau menabung untuk keperluan anak kita nanti, karena aku juga enggak mau minta ke kamu, harusnya kamu mengerti keinginanku itu!"

Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang