Part 18

612 33 3
                                    

Part 18

Sekarang Azizah dan Beni sudah berada di lantai atas di sebuah kafe, mereka duduk berhadapan saling menatap satu sama lain. Azizah yang berusaha menahan tangisnya sedari tadi hanya bisa menunggu Beni menjelaskan maksudnya, tentu saja ia tidak ingin salah paham sebelum benar-benar mendengar semuanya.

"Tolong jelaskan apa maksud kamu tentang Farhan yang berselingkuh?" tanya Azizah dengan nada tenang, namun sangat menggambarkan bagaimana ia sedang berusaha melawan pikiran buruknya.

"Ya, seperti apa yang kamu dengar. Farhan, suami kamu itu sudah berselingkuh darimu."

"Tapi dengan siapa?"

"Dengan mahasiswa yang bernama Bella." Beni menjawab yakin, yang tentu saja membuat Azizah merasa sakit hati, ia bahkan berharap tidak pernah mendengar perselingkuhan suaminya.

"Sejak kapan?" Azizah berusaha bertanya lagi.

"Mungkin hampir satu bulan." Lagi-lagi Beni menjawab mantap, yang tentu saja membuat Azizah merasa kian terpuruk. Bila Farhan sudah berselingkuh selama itu, berarti suaminya sudah menjalin hubungan dengan wanita lain saat Azizah sedang sakit dan harus dirawat di klinik.

"Bagaimana mungkin? Kamu pasti bohong kan? Farhan enggak mungkin setega itu berselingkuh dariku, meskipun aku tahu hubungan kami sedikit memburuk, tapi ...." Azizah tak mampu melanjutkan ucapannya saat ia mengingat perubahan besar dari sikap suaminya. Ya, perubahan itu terlalu mencolok hingga Azizah tidak ragu untuk meyakininya, namun hatinya justru masih ingin tidak memercayainya.

"Aku tahu, kamu meragukannya. Tapi selama ini saat Farhan membawa Bella ke rumahku, diam-diam aku sering mengvideo mereka. Kamu bisa melihatnya sendiri," ujar Beni sembari memberikan ponselnya yang sudah ia tujukan pada beberapa video temannya dengan selingkuhannya.

Azizah yang berusaha tidak ingin percaya, pada akhirnya goyah, tangannya bergetar meraih ponsel yang Beni sodorkan ke arahnya. Di saat itu lah, Azizah bisa melihat semuanya, bagaimana suaminya begitu mesra saat bersama dengan seorang wanita. Mereka duduk bersama dengan tangan saling bertautan, sesekali mereka mendekatkan wajah atau bersender satu sama lain.

"Kalau kamu masih enggak percaya, kamu bisa pergi ke rumahku, biasanya Farhan membawa Bella dan bermain game sampai larut malam." Beni kembali berujar, yang hanya bisa Azizah diami sedangkan matanya terus menangis tanpa henti.

"Ini alamat rumahku, jaraknya enggak terlalu jauh dari rumah Farhan, kamu harus bisa memastikannya sendiri untuk membuktikan kebenaran atas ucapanku." Beni menyodorkan sebuah kertas setelah menulis alamat rumahnya di sana.

"Kenapa kamu memberitahuku semua ini? Bukankah kamu teman baiknya Farhan? Seharusnya kamu mendukung dia kan?" Azizah bertanya dengan nada miris, seolah tidak ada yang bisa mengerti perasaannya, lalu ia bertanya-tanya kenapa teman dari suaminya itu memberitahunya.

"Kamu enggak akan percaya, sebelum ini aku orang yang paling mendukung Farhan. Setiap dia mengeluh tentang kamu, aku selalu memberi dia solusi buruk, contohnya saat dia bilang kalau kamu itu pelit, aku menyuruh Farhan untuk mengganti ponselnya yang bermasalah dengan ponsel baru ...." Beni berujar serius, begitupun dengan Azizah yang saat ini tengah menatap tajam ke arahnya.

"Tunggu, jadi Farhan sering mengeluh tentangku?" tanya Azizah yang langsung Farhan angguki kepala.

"Iya."

"Dia mengeluh tentang apa saja?"

"Banyak. Setiap kalian bertengkar kecil ataupun besar, Farhan selalu memberitahuku, dia berbicara seolah kamu lah yang paling bersalah, itu lah kenapa aku sering memberinya solusi buruk. Tanpa sadar, aku semakin merenggangkan hubungan kalian, maafkan aku ...." Beni berujar menyesal, ia bahkan tidak berani menatap ke arah Azizah yang tampak masih penasaran.

Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang