Part 19
Azizah terdiam di ranjangnya setelah pulang dari tempat di mana ia dan Beni berbicara. Kalau biasanya Azizah akan memasak untuk makan malam dan dibantu mertuanya, sebelum ia benar-benar akan beristirahat di kamar. Namun sepertinya kebiasaannya itu tidak ia lakukan untuk malam ini, bahkan sekarang Azizah masih asyik dengan pikirannya sendiri tanpa peduli suaminya akan datang kapan.
Di sisi lainnya, Farhan yang baru pulang langsung menuju ke dapur dan mendapati ibunya tengah memasak. Sedangkan Azizah tidak ada di sana, istrinya itu bahkan membiarkan ibunya memasak seorang diri untuk makan malam mereka.
"Farhan, kamu baru pulang?" tanya ibunya setelah mendapati putranya itu berada di belakangnya.
"Di mana Azizah, Bu? Kok dia enggak bantu Ibu masak?" Farhan langsung bertanya tanpa basa-basi, nada suaranya juga terdengar tak suka.
"Azizah baru pulang, Han. Dia pasti capek kerja, apalagi dia kan baru sembuh dari sakit." Ibunya itu menjawab tenang dan bahkan masih fokus dengan masakannya.
"Ya tapi tetap aja, Bu. Seharusnya dia bantu Ibu masak, bukan malah istirahat di kamar." Farhan menjawab kesal, yang kali ini ditanggapi serius oleh ibunya, bisa dilihat dari caranya mematikan kompor dan menatap ke arah putranya.
"Kamu ini kenapa sih, Han? Azizah itu baru sembuh, masa kamu suruh dia bantu Ibu? Padahal ya Ibu enggak apa-apa meskipun setiap hari harus masak sendiri, Ibu malah berharap Azizah langsung istirahat setelah pulang kerja. Kasihan dia, bukan tanggung jawab dia mencari uang untuk kebutuhan di rumah ini." Wanita itu berujar serius.
"Aku menyuruh Azizah masak supaya Ibu enggak capek, apa gunanya dia menjadi menantu di sini kalau masak aja masih manja?"
"Azizah itu enggak manja, dia sudah bekerja keras, ya wajar kalau dia mau istirahat, jadi tolong jangan memaksanya lah, Han! Ibu bisa kok menyelesaikan semuanya sendiri apalagi cuma masak."
"Ibu enggak ngerti, padahal apa yang aku lakukan itu juga demi kebaikan Ibu." Farhan menjawab sebal lalu pergi dari dapur, meninggalkan ibunya yang tampak tidak setuju dengan jawabannya.
"Apa yang Ibu enggak ngerti? Kamu aja yang keterlaluan memperlakukan istri kamu," teriaknya kencang, namun tak membuat Farhan mau menghentikan langkahnya ataupun membahas masalah di antara mereka.
"Anak itu, kapan sih baru mau berubah?" keluh sang Ibu terdengar lelah, putranya itu sulit sekali mendengarkan ucapannya, dia selalu melawan dan membantah.
Di kamarnya, Farhan menutup pintunya setelah sampai di sana, matanya menyorot ke arah Azizah yang tampak bersantai di ranjangnya. Dengan cepat, Farhan menarik lengan Azizah sampai wanita itu tersungkur di lantai, namun anehnya Azizah tampak tenang, dia bahkan tidak menjerit ataupun mengeluh.
"Bisa-bisanya kamu istirahat di kamar sedangkan Ibuku masak sendiri di dapur, apa gunanya kamu menjadi menantu di rumah ini?" Farhan berujar ke arah Azizah yang mulai mendirikan tubuhnya lalu menatap ke arah suaminya.
"Kamu ini lucu, Mas. Aku kan memang enggak ada gunanya di rumah ini." Azizah menyunggingkan senyumnya, ekspresi wajahnya tampak santai dan tenang.
"Maksud kamu apa? Kamu seharusnya bantu Ibuku masak dan membersihkan rumah, bukan malah enak-enakan di kamar."
"Aku membantu Ibu? Bukannya memang aku ya yang melakukan semua tugas itu di rumah ini, kamu malah enggak suka Ibumu membantuku." Azizah menjawab sinis, nada suaranya bahkan jauh berbeda dari biasanya yang selalu mengalah dan tidak suka bertengkar.
"Itu kan memang sudah tugas kamu sebagai menantu di rumah ini."
"Terus tugas kamu apa?" tanya Azizah dengan nada menantang namun terdengar tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)
RomanceMenjadi istri bukan berarti ia akan menjadi yang terakhir, ada kalanya lelaki yang sudah menjadi suami menginginkan hal lebih. Itu lah yang terjadi di rumah tangga Azizah dan Farhan, keduanya dihadapkan ujian rumah tangga, di mana kesetiaan menjadi...