Part 04

590 33 0
                                    

Part 04

Seperti biasa, Azizah pulang dengan keadaan tubuh lelah, matanya juga mengantuk setelah hampir semalaman menangis karena masalahnya dengan Farhan, suaminya. Butuh waktu lama untuk Azizah terlelap tadi malam, yang berakibat dengan keterlambatannya bangun untuk membuat sarapan.

Saat Azizah akan duduk di ranjang, pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok Farhan yang baru pulang bekerja. Sepertinya suaminya itu tidak ikut lembur lagi malam ini, itu berarti obrolan mereka tadi malam tak membuatnya paham ataupun mengerti.

"Kamu sudah pulang, Mas?"

"Iya." Farhan menjawab singkat, nada suaranya terdengar kesal sekarang, sedangkan Azizah hanya menghela nafas panjang, berusaha untuk tetap bersabar.

"Kamu sengaja ya buat aku mau mati karena kelaparan?" tanya Farhan ke arah Azizah yang tampak kebingungan dengan maksud dari ucapannya.

"Maksud kamu apa, Mas?" Azizah mendirikan tubuhnya di depan suaminya dan menatap bingung ke arahnya.

"Tadi siang aku bangun enggak ada makanan, padahal aku mau kerja, kamu sengaja kan enggak masak supaya aku kelaparan?" tuduh Farhan terdengar kian kesal.

"Tadi pagi aku masak kok, Mas, mungkin pas siangnya habis, karena aku masaknya memang sedikit, tadi pagi aku terlambat bangun." Azizah menjawab jujur, ia memang terlambat bangun karena malamnya ia kesusahan saat akan tidur, sedangkan suaminya itu tidak akan tahu karena dia pergi entah ke mana dan pulang cukup malam.

"Harusnya kamu masak lebih banyak, aku di tempat kerja jadi kelaparan kan."

"Aku sudah masak dengan porsi yang sekiranya cukup untuk kamu dan orang tua kamu kok, Mas. Aku malah enggak sempat serapan, karena aku juga buru-buru berangkat kerja." Azizah menjawab dengan nada sabarnya, namun justru membuat Farhan kian marah.

"Oh jadi kamu menyalahkan orang tuaku sekarang? Kamu pikir, orang tuaku yang menghabiskan makanannya? Iya?" Farhan kian menuduh Azizah.

"Kapan aku mengatakannya, Mas? Aku enggak bilang apa-apa tentang orang tua kamu." Azizah mengelak tidak terima, tentu saja ia tidak bisa terima tuduhan suaminya, karena bukan itu maksud dari ucapannya

"Kamu bilang sendiri kalau kamu sudah masak untukku dan orang tuaku, kamu juga bilang kalau kamu malah enggak sarapan, tanpa sengaja kamu sudah menuduh orang tuaku yang menghabiskan makanannya kan?" Farhan menunjuk ke arah Azizah yang tampak tidak percaya dengan ucapan suaminya. Hanya karena makanan, suaminya itu begitu tega menuduhnya sebegitu buruknya.

"Enggak, Mas. Aku enggak nuduh siapa-siapa."

"Akh, sudahlah! Sekarang kamu masak yang banyak, aku mau makan." Farhan menunjuk ke arah pintu, ia menyuruh Azizah untuk memasak, padahal ia tahu bila istrinya itu baru saja pulang bekerja.

"Aku capek, Mas. Aku duduk sebentar ya, aku baru aja pulang, aku butuh istirahat." Azizah berujar jujur, wajahnya juga menyiratkan rasa lelah, namun sepertinya Farhan tidak bisa mengerti itu semua.

"Kamu pikir, aku bisa menunda rasa laparku? Aku ini juga baru pulang kerja, tapi aku enggak semanja kamu. Apalagi pekerjaanku berdiri, enggak kaya pekerjaan kamu yang cuma duduk di kursi empuk."

"Kok kamu jadi membandingkan pekerja kita sih, Mas? Meskipun pekerjaanku cuma duduk, aku bekerja seharian, sedangkan kamu cuma setengah hari, kamu juga sudah enggak pernah ikut lembur malam kan?"

"Memangnya kenapa kalau aku sudah enggak mau ikut lembur kerja? Ha? Kamu pikir aku enggak boleh capek apa? Aku juga bisa capek."

"Sama, Mas. Aku juga bisa capek, apa aku enggak boleh istirahat sebentar? Setelah itu aku akan masak buat kamu."

Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang