Part 12
"Apa, Zah? Kamu sakit dan harus menginap malam ini di klinik?" tanya ibu Farhan terdengar terkejut, saat ini ia tengah menerima telepon dari menantunya yang katanya tidak bisa pulang karena harus dirawat semalam.
"Iya, Bu. Tolong beritahu ke Mas Farhan, aku minta maaf enggak bisa masak untuk malam ini, tubuhku belum bisa pulih sepenuhnya, kalau dipaksakan pulang juga percuma, aku tetap enggak bisa masak."
"Azizah, apa cuma masak yang kamu khawatirkan? Kamu itu sedang sakit, seharusnya kamu pikirkan saja kondisi tubuh kamu. Sekarang kamu ada di klinik mana? Ibu dan Ayah akan ke sana."
"Enggak usah, Bu. Aku cuma semalam kok di sini, aku juga ditemani Vina, teman sekantorku. Jadi Ibu enggak usah ke sini, aku enggak apa-apa. Aku menelepon Ibu karena Mas Farhan enggak bisa aku hubungi, jadi tolong sampaikan pesanku ke Mas Farhan, Bu."
"Nanti Ibu kasih tahu ke Farhan ya kalau kamu sakit dan harus dirawat di klinik, kalau sekarang Farhan belum pulang, mungkin dia masih kerja, Zah."
"Iya, Bu. Terima kasih, aku tutup dulu ya teleponnya."
"Iya." Wanita itu menjawab singkat lalu menatap ke arah suaminya yang sedari tadi mendengar pembicaraannya dengan menantu mereka.
"Ada apa dengan Azizah, Bu?"
"Dia sakit, Yah, dan harus dirawat di klinik, jadi enggak bisa pulang malam ini."
"Sakit, Bu? Apa enggak sebaiknya kita melihat kondisi Azizah ke sana?"
"Katanya sih enggak usah, soalnya Azizah dirawat cuma semalam, Yah. Azizah cuma berpesan untuk memberitahu ke Farhan, kalau Azizah enggak bisa pulang nanti malam. Dia malah memikirkan makan malam bukan kondisinya, padahal Ibu juga bisa masak."
"Mungkin Azizah takut Farhan marah, Bu. Nanti kita sampaikan ke Farhan pelan-pelan ya, supaya dia juga enggak marah." Lelaki itu menjawab tak yakin yang hanya diangguki oleh istrinya, sampai saat keduanya mendengar suara tapak kaki, di saat itu lah mereka menunggu seseorang itu masuk ke rumah yang mereka yakini adalah Farhan.
"Farhan, kamu sudah pulang?" Sang ibu bertanya ke arah putranya yang baru datang, sedangkan ekspresi wajahnya justru tampak mengkhawatirkan sesuatu hal.
"Iya, Bu."
"Azizah, Han. Dia sekarang dirawat di klinik, karena tadi di kantor dia pingsan, kamu temui dia ke sana ya? Kasihan, Azizah. Dia pasti kelelahan sampai sakit." Wanita itu berujar khawatir, namun Farhan justru tampak tenang dan bahkan menghela nafas panjangnya seolah apa yang terjadi dengan istrinya tak membuatnya khawatir ataupun cemas.
"Aku enggak mau, Bu. Aku capek," jawabnya terdengar tak berminat, bahkan tidak ada kekhawatiran dari ekspresi wajahnya.
"Tapi, Azizah kan lagi sakit, Han. Seharusnya kamu menemani dan merawat dia kan?"
"Bu, Azizah itu bukan anak kecil, dia itu wanita dewasa, dia bisa jaga dirinya sendiri." Farhan menjawab tegas, yang tentu saja membuat orang tuanya kecewa mendengar jawabannya.
"Farhan, Azizah itu istri kamu, berarti tanggung jawab kamu untuk menemani dan merawatnya. Bukan karena Azizah itu anak kecil atau sudah dewasa, masalahnya kamu itu suaminya, yang harus menjaganya." Kini sang ayah menyela pembicaraan mereka, namun tak membuat Farhan peduli dengan istrinya.
"Sudahlah, Yah. Aku capek, aku ada urusan sebentar lagi, aku enggak ada waktu untuk jaga Azizah."
"Sekarang kamu bayangkan kalau Ibu kamu sakit dan Ayah enggak mau peduli dengan kondisi Ibu kamu, apa menurut kamu Ibu enggak sedih?" tanya sang ayah yang kali ini didiami oleh Farhan, bukan karena ia sadar, namun orang tuanya itu sudah terlalu mengganggu waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)
RomanceMenjadi istri bukan berarti ia akan menjadi yang terakhir, ada kalanya lelaki yang sudah menjadi suami menginginkan hal lebih. Itu lah yang terjadi di rumah tangga Azizah dan Farhan, keduanya dihadapkan ujian rumah tangga, di mana kesetiaan menjadi...