Part 07
Di tempat kerjanya, Azizah sedikit merenung memikirkan sikap suaminya yang kian berubah. Padahal saat ini ia masih di jam kerja, waktu yang tidak diperbolehkan untuk lengah sedikit saja, itu karena akan berakibat pada pekerjaannya. Namun sepertinya hal itu sedang tidak Azizah ingat sekarang, saking sedihnya ia memikirkan masalah di rumah tangganya.
"Azizah," panggil seorang lelaki yang tentu saja Azizah tahu siapa, dia bos di tempatnya bekerja.
"Iya, Pak. Ada apa?" Azizah bertanya sopan, namun sepertinya bosnya itu sedang ingin marah sekarang, bisa dilihat dari caranya melempar banyak kertas yang berisikan laporan di atas meja kerja Azizah.
"Kenapa laporan kamu hari ini banyak yang salah? Enggak biasanya kamu kaya gini. Kalau kesalahannya sedikit, mungkin saya bisa tolerir, tapi kesalahan kamu kali ini sudah keterlaluan. PERBAIKI!" sentak lelaki itu sembari menunjuk map yang sudah berserakan isinya.
"Iya, Pak. Maaf ...." Azizah hanya bisa menunduk pasrah.
"Awas saja kalau kamu melakukan kesalahan yang sama, kamu akan mendapatkan surat peringatanmu yang pertama." Bosnya itu berujar tegas yang lagi-lagi hanya bisa Azizah angguki mengerti
"Iya, Pak. Saya mengerti, sekali lagi saya minta maaf." Azizah menjawab sopan, sedangkan bosnya tidak menjawab apa-apa lalu berlenggang pergi begitu saja.
Melihat bosnya sudah pergi, Azizah menitikkan air matanya yang langsung ia hapus dengan cepat. Setelah itu Azizah mendudukkan tubuhnya dan menghela nafas panjangnya, ia berusaha menenangkan perasaannya sekarang. Sampai saat seseorang datang menepuk pundaknya, di belakangnya ada Vina yang ingin mengetahui keadaannya.
"Kamu enggak apa-apa kan, Zah?" tanyanya terdengar khawatir, namun Azizah justru tersenyum dan menggeleng pelan.
"Aku enggak apa-apa kok."
"Ya sudah, lebih hati-hati ya kerjanya."
"Iya, terima kasih." Azizah menyunggingkan senyumnya, sedangkan Vina hanya bisa mengangguk dan pergi dari sana.
Sebagai temannya, tentu saja Vina merasa tidak percaya dengan jawaban Azizah, ia bahkan yakin kalau temannya itu sedang tidak baik-baik saja sekarang. Namun karena kondisi kantor yang rame, setelah Azizah menjadi pusat perhatian, akhirnya yang bisa Vina lakukan hanya mengiyakan, ia berniat menanyakan semuanya nanti di jam makan siang.
***
Setelah makan siang, Vina bertanya kepada Azizah tentang masalah di rumah tangganya. Sebagai teman, tentu saja Vina tidak mau Azizah merasa sedih dan terbebani sendiri, ia juga ingin menjadi teman yang bisa Azizah andalkan di saat wanita itu sedang ada masalah.
"Jadi Farhan memakai gajinya untuk tukar ponsel baru, tanpa memberitahumu lebih dulu?" tanya Vina setelah mendengar semua cerita Azizah, ia juga sempat terkejut saat temannya itu memberitahunya tentang sikap dan ucapan kasar suaminya.
"Iya. Apa aku salah kalau aku kecewa?" tanya Azizah kali ini, mungkin untuk sebagian wanita, mereka tidak akan mempermasalahkan sikap suaminya yang seperti Farhan, namun tidak dengan Azizah yang sudah berusaha tak membuat suaminya terbebani dengan hidupnya. Selama ini, Azizah membeli semua keperluannya dengan gajinya sendiri. Bahkan saat ia membeli make up dan baju, Azizah tidak pernah memakai uang suaminya tersebut. Lalu apa ia salah bila ia merasa kecewa pada sikap suaminya, yang begitu seenaknya membelanjakan gajinya untuk sesuatu yang menurut Azizah kurang berguna dan mahal harganya.
"Kamu enggak salah, Zah. Kamu bahkan berhak marah, karena menurutku suamimu juga sudah keterlaluan," jawab Vina yang turut merasakan apa yang sedang Azizah rasakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)
RomanceMenjadi istri bukan berarti ia akan menjadi yang terakhir, ada kalanya lelaki yang sudah menjadi suami menginginkan hal lebih. Itu lah yang terjadi di rumah tangga Azizah dan Farhan, keduanya dihadapkan ujian rumah tangga, di mana kesetiaan menjadi...