Part 08

484 28 1
                                    

Part 08

Semakin hari, hubungan Azizah dan Farhan semakin jauh, seolah ada jarak di antara mereka meskipun keduanya menempati rumah yang sama. Azizah yang fokus dengan pekerjaannya, sering kali kelelahan acap kali pulang, belum lagi ia juga harus membersihkan rumah dan memasak. Meskipun mertuanya sudah berusaha membantu, namun tetap saja Azizah merasa kewalahan saat Farhan berada di rumah dan ibunya tidak boleh membantunya.

Farhan memang paling tidak suka melihat Ibunya yang mengerjakan pekerjaan rumah, karena baginya Azizah lah yang seharusnya melakukan semua pekerjaan rumah itu. Terlebih lagi soal makanan, Farhan tidak mau ibunya itu ikut turun tangan ke dapur, lagi-lagi ia juga berpikir bila semua itu juga pekerjaan istrinya.

Itu lah kenapa ibunya sering membantu Azizah secara diam-diam, karena beliau pernah dibentak oleh putranya itu, hanya karena ingin membantu menantunya memasak dan bersih-bersih rumah. Saat itu adalah hari di mana Farhan dan Azizah menikah setelah satu bulan, Azizah yang baru tahu watak Farhan saat itu hanya bisa menangis, namun tetap berusaha menjalankan perintah suaminya. Mulai hari itu, Ibu Farhan membantu Azizah sebisanya dan bahkan sembunyi-sembunyi, terutama saat putranya berada di kamar atau berada di luar rumah.

Seperti pagi ini, wanita tua itu langsung meletakkan sapunya, saat putranya itu keluar dari kamarnya dengan penampilan rapi tidak seperti pagi biasanya. Kebetulan Azizah yang baru saja memasak itu baru keluar dari dapur, setelah selesai menyiapkan sarapan di atas meja, ia juga melihat suaminya yang sudah mandi dan berpenampilan rapi, tentu saja Azizah dibuat heran dengan sikap suaminya yang tidak biasanya itu.

"Tumben kamu masih pagi sudah bangun, Mas? Penampilan kamu juga sudah rapi. Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Azizah setelah berada di hadapan suaminya, sedangkan Azizah sendiri masih menggunakan baju seadanya meskipun sudah mandi, itu karena ia tidak mau baju kantornya bau asap masakannya. Ya, memang seperti itu lah kebiasaan Azizah setiap harinya, sebelum berangkat bekerja, ia harus masak untuk sarapan suami dan mertuanya, tak jarang ia juga sering tidak sarapan karena sudah telat.

"Itu bukan urusan kamu." Farhan menjawab tak acuh, ia masih fokus dengan penampilannya saat ini, tanpa peduli bagaimana Azizah merasa kecewa dengan jawabannya.

"Kan aku cuma tanya, Mas. Apa salahnya kalau kamu jawab? Apa kamu akan kerja ambil shift pagi, hari ini?" Tanya Azizah lagi, yang tentu saja tak membuat Farhan merasa bersabar dengan pertanyaan istrinya.

"Kamu bisa diam enggak? Pusing aku dengar pertanyaan kamu, aku mau kerja shift pagi atau siang itu juga bukan urusan kamu," jawab Farhan dengan nada kesalnya.

"Aku minta maaf, Mas. Aku cuma mau tahu."

"Makanya jangan jadi istri cerewet, lama-lama setres aku dengar ocehan kamu."

"Maaf ...." Azizah menundukkan wajahnya, ia benar-benar tidak ingin ada pertengkaran di antara mereka, terutama saat ada mertuanya yang sedari tadi memerhatikannya. Sebagai orang tua, ibu ataupun ayah Farhan memang tidak pernah ikut campur dengan masalah keluarga putranya, ibunya Farhan hanya bisa berusaha menenangkan Azizah saat Farhan tidak ada di rumah.

"Kamu sudah buat sarapan kan?" tanya Farhan kali ini yang langsung diangguki oleh Azizah.

"Sudah, Mas. Kamu mau sarapan sekarang?" tawar Azizah.

"Iya." Farhan menjawab singkat sembari berjalan ke arah meja makan.

"Ya sudah aku ambilkan nasinya ya?" Azizah berjalan ke arah dapur untuk mengambil piring dan nasi untuk suaminya yang sepertinya saat ini sudah berada di tempat duduknya.

"Ini Mas, nasinya." Azizah meletakkan piring berisikan nasi di hadapan Farhan yang hanya diam tanpa mau menjawab walau hanya sebatas mengangguk.

"Panggil Ayah dan Ibuku. Mereka harus segera sarapan, aku enggak mau orang tuaku kenapa-kenapa."

Cinta Lelaki Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang