Sepulang sekolah Ghalih main kerumah Alvin dulu bukan hanya dirinya Aldo juga.
Kini mereka sedang bermain PS di kamarnya Alvin. Mereka berdua seenaknya sendiri. Sementara pemilik kamar tak merasa keberatan. Sudah biasa.
"lo yakin nih mau bolos?"tanya Aldo pada Ghalih.
"Hmm..."jawabnya singkat. Jari-jemarinya masih asik bermain play station.
"Enggak di omelin bokap?"tanya Aldo lagi.
"gak tau. Ah sial!"Ghalih melempar stik ps nya kesembarang arah.
"hahahah mampus... Apa kata gue ge, gak bisa ada yang ngalahin gue". Ujar Aldo puas.
Ghalih mendengus, ia menaiki kasur Alvin, dan rebahan. Memejamkan matanya.
"Berontak, Ghal"ujar Alvin pada Ghalih.
"percuma"jawabnya.
"mau sampai kapan lo kaya gini? Sampe lo ngegantiin bokap lo?"tanya Alvin geram sendiri jadi nya.
"entahlah. Gue juga rasa nya udah capek bangat. Gak bisa hidup normal kaya remaja pada umumnya. Ya kaya kalian"
"Sumpah ya gedek bangat gue sama bokap lo, gak mikirin apa perasaan anaknya gimana?"sahut Aldo.
Ghalih menggangkat bahu nya acuh. Dia merasa seperti robot. Yang selalu disuruh belajar dan belajar.
Saat ini dia mau bolos les tambahan dulu, karna capek. Urusan papahnya yg marah atau enggak urusan belakangan. Dia mau menenangkan otaknya sebentar.
Dia memang juara kelas, juara seangkatan. Tapi di balik itu semua ada batin yg harus tersiksa setiap harinya. Ada banyak orang mau menggalahkannya, seperti Aina. Mungkin saja dia bisa menggalah, merasa bodo amat sama rangkingnya, tetapi?bakal ada resiko besar nantinya. Dan Ghalih gak mau nambah beban lagi di hidupnya.
📚📚📚📚
"Hai, bang Ervan"sapa Aina kepada seseorang yg seumuran sama Kevin.
"yoo.... Tumben luh kesini?"tanya Ervan.
Ervan adalah sahabat Kevin, Ervan dan Kevin membangun bisnis sebuah caffe bersama, hingga sekarang mempunyai 4 cabang.
Kevan caffe.
Nama caffe mereka dari singkatan nama mereka. Kata aina sih lebay. Memang yang bikin nama nya Ervan. Kevin sih 'oke-oke' aja katanya males kalo berdebat sama manusia gak mau ngalah bisa sampai tujuh hari tujuh malam cuma berdebat gara-gara nama doang.
Bukan caffe besar. Hanya caffe kecil yang dipakai buat nongkrong anak-anak muda.
Aina duduk di salah satu meja. Dia menopang dagunya. "he'em, bosen dirumah. Jadi pulang sekolah langsung kesini aja. Bang Kevin mana?"
Ervan yg sedang mengelap salah satu meja menoleh ke arah Aina."Noh, lagi ke minimarket depan" ia beralih duduk di depan Aina.
"oh. Sepi ya bang?"tanya Aina sambil melihat sekeliling.
"baru pada keluar. Bentar lagi juga rame sama anak-anak SMA" jawabnya lalu Ervan berdiri menuju kebelakang.
Aina mendengus, ditinggal sendiri dirinya. Tak lama datang Kevin dengan sekantong plastik ditangannya.
"kok disini?"tanyanya pada Aina. Kevin duduk di depan Aina. Ia taruh kantong plastik di meja membuat Aina meraihya dan membukanya.
"bosen dirumah sendirian, ini buat Aina?"kevin mengganguk sambil membuka minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius girl VS Genius boy
Teen Fiction"Mau sampai kapan, lo berusaha menggeser posisi gue? udahlah nyerah aja" -ALGHALIH DEWAGA. Sosok cowok genius, selalu peringkat pertama seangkatannya. Sifat yg tidak bisa di tebak. Paras yg tampan menambah kesan plus nya. "Gak akan gue nyerah!"...