“Tau gak sih? Ghalih nyalonin jadi ketos loh. Udah di seleksi juga sama kak Bima”“Lo tau dari mana?”
“Ada fotonya di mading”
“Serius gue mau liat ah”
Aina tak sengaja mendengar itu mengkerutkan keningnya. Lalu dia berlari kecil menuju mading.
Di mading terpampang jelas foto calon ketua OSIS. Ada Rizky dari IPA 1. Putri dari IPA 4. Dan ada Ghalih dari IPA 2.
Mulut Aina terbuka kecil tak lama kemudian dia tersenyum devil.
Peluang gue.
Aina memutar balik. Melanjutkan perjalanan menuju ke kelas dengan senyum yang tak luntur. Dalam hatinya dia bersorak gembira.
Akhirnya ada peluang untuk menggeser posisinya Ghalih. Dia hanya harus berusaha sedikit belajar lagi.“Ngapa lo kesambet?” Tanya Rey yang melihat Aina masuk kedalam kelas senyum-senyum sendiri.
Aina tak menyahuti Rey dia langsung duduk dan menopang dagunya masih dengan raut wajah yang tampak sangat senang.
Semoga ini peluang untuknya, sekian lama dia menunggu kesempatan ini. Aina pikir dengan Ghalih mencalonkan sebagai ketos dia akan sibuk dan nilai-nilainya akan turun. Tapi kalau suara vote nya Ghalih rendah sama saja dia akan gagal.
Seketika Aina memudarkan senyumannya. Dia tampak berfikir. Ah, pokoknya dia harus mempengaruhi teman-temannya. Meskipun para pesaing Ghalih lumayan berat, apalagi Rizky.
Rizky yang di gemari banyak cewek-cewek pasti banyak yang memilih dia dan dia juga otaknya sebelas dua belas sama Ghalih.
Ghalih sebenarnya juga di gemari para cewek-cewek tapi sikap dan sifat Ghalih dan Rizky tentu berbeda. Kalau Rizky pendiam dan Ghalih sifatnya tidak bisa di tebak, sesuai suasana hati dia.
📚📚📚📚
Sebelum bel berbunyi Aina menulis agenda hari ini. Beberapa kali dia menguap ngantuk. Padahal masih pagi. Mungkin efek semalam dia tidur terlalu larut dan Shiren belum Datang begitu juga Tridi membuatnya bosan gak ada yang bisa di ajak ngobrol.
“Kantin dulu lah, yuk” Ajak Aldo yang mau masuk kelas.
“Ayo”
“Gue gak deh” kata Dandi.
“Lah ngapa? Tumben amat biasanya gue ajakin langsung ngacir lo”
“Belom ngerjain PR gue, cuk” katanya membuat Aldo melotot kecil dia tampak mengingat-ngingat lalu terkaget kecil.
“Ohhh ya....gue juga belom. Tugas dari Bu Tika kan?” Dandi mengangguk dan Aldo langsung masuk ke kelas. Membuat Dandi mendelik.
Lalu disusul Dandi, Ghalih, dan Alvin masuk kelas.
Ghalih meletakkan tasnya dan hendak berjalan keluar kelas lagi.
“Mau kemana Lo?” Tanya Aldo sambil membuka tasnya mengeluarkan buku.
“Kantin”
“heh...gue liat PR Lo dulu” cegah Aldo.
“Kerjain dewek”
Jawaban Ghalih membuat Aldo berdecak. “Otak gue lagi males di ajakin kerja sama” katanya.
Sebenarnya Aldo bisa mengerjakan tapi dirinya terlalu malas untuk memecahkan soal. Jadi dia ingin melihat PR nya ke Ghalih tapi gak di kasih. Dasar emang.
“Bodo amat!” seru Ghalih sambil berjalan.
Aldo melirik ke Alvin yang sedang mengikat tali sepatunya. Dirinya ingin melihat PR nya Alvin. Belum sempet minta Alvin langsung berjalan keluar membuat Aldo melotot kecil.
Aldo mengusap-usap dadanya sabar. Terpaksa deh dia mengerjakan PR dengan hasil otaknya sendiri.
Alvin menuju ke lapangan basket sementara Ghalih menuju kantin. Jadi beda arah.
“ekhm” dehem seorang perempuan di samping Ghalih. Membuat Ghalih terlonjak kaget.
Aina menahan tawa melihat Ghalih kaget.
“Ngapa Lo?!” Tanya Ghalih tidak santai. Sikap dia tidak seperti di taman pas waktu itu.
Aina menggeleng cepat menetralkan kembali dirinya.
Ghalih melangkah begitu cepat membuat Aina ingin mensejajarkan langkahnya menjadi sulit.
Sepertinya cowok itu belum tau tentang yang di mading tadi. Karena tadi pas Ghalih keluar Aina sengaja ngikutin Ghalih.
Setibanya di kantin Ghalih langsung menuju salah satu stand makanan dan dia membuka kulkas mengambil minuman segar pergerakan dia tak luput dari penglihatan Aina.
Ghalih kaget Aina masih ngikutin dirinya. “Ngapain Lo ngikutin gue?”
“ya mau jajanlah” jawabnya ngegas. Aina mengambil minuman dingin di kulkas lalu membayarnya. Sementara Ghalih sudah pergi duluan. Membuatnya mengejar Ghalih.
“Demen bangat lo ngikutin gue” kata Ghalih sambil melirik Aina yang ngos-ngosan.
Aina mendelik. Lalu dia membuka minumannya dan menengguknya. Keringat yang mengucur di dahinya Aina seka dengan tangannya.
“BTW, contrast ya” ucap Aina tersenyum. Membuat Ghalih mengkerutkan keningnya.
Selamat, buat apa coba. Dia kan gak ngikutin lomba apapun. Kalo ngasih ucapan selamat buat kemenangan olimpiade pun itu sudah lewat 3 bulan yang lalu, artinya Aina terlambat sekali ngucapinnya.
“buat?” Tanyanya. Mereka masih di koridor masih berdiri belum lanjut jalan. Membuat beberapa orang di sana memperhatikannya.
Siswa-siswi sudah mempersiapkan untuk upacara hari ini tinggal beberapa menit lagi tapi kedua orang itu tampak masih asik dengan pembicaraannyan.
“ohh....Lo belom tau” gumam Aina. “ohh...iya tadi kan baru dateng”
“apaan?? GC deh... buang-buang waktu gue lo”
Aina menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengembuskan secara perlahan. “Noh liat di mading ada muka Lo di pajang”
“Wihh, seganteng itukah gue” ucapnya pede bangat.
“Au ah.. njir gak mood lagi gua ngasih tau lo” kata Aina lalu dia melengos. Kesal sekali rasanya melihat wajah tengil itu.
“yaudah-yaudah apa?”
“Bodo amat!. Cari Sono dewek. Bye!”. Setelah Aina mengucapkan itu dia langsung meninggalkan Ghalih.
📚📚📚📚
Vote, komennya kawan★★★
See you🐣
Next gak nih???
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius girl VS Genius boy
Teen Fiction"Mau sampai kapan, lo berusaha menggeser posisi gue? udahlah nyerah aja" -ALGHALIH DEWAGA. Sosok cowok genius, selalu peringkat pertama seangkatannya. Sifat yg tidak bisa di tebak. Paras yg tampan menambah kesan plus nya. "Gak akan gue nyerah!"...