📚📚:24.Genius girl VS Genius boy

166 19 0
                                    


Aina dan Ghalih berjalan menuju kantin, tadi mereka ke kelas sebentar. Bel istirahat sudah berbunyi, dan tugas mereka juga sudah selesai, sekarang tinggal mengisi perut masing-masing.

Aina jalan di depan Ghalih sementara Ghalih berjalan di belakang Aina seperti bos sama bodyguardnya.

“Hai”

Langkah Aina terhenti ada seseorang yang menyapanya. Sontak saja Ghalih mempercepat langkahnya.

Aina tersenyum. “iya?”

“Masih inget aku gak kak?" Tanya cowok itu sambil membenarkan letak kacamatanya yang merosot. Belum melihat keberadaan Ghalih.

Ghalih tau siapa cowok itu.

Aina memperhatikan penampilan sosok cowok di depannya. Seperti cowok 'culun'.

“Sorry, siapa ya?gue lupa soalnya”

Cowok itu tersenyum mengulurkan tangannya menjabat tangan Aina.

“Aku Wawan. Yang pas waktu aku di palak terus di tolongin sama, kakak” Jawabnya.

Aina seketika teringat dan ber oh ria. “Iya,iya gue inget”

Wawan mengangguk. “cuma mau bilang makasih aja sama kakak” katanya.

“Iya sama-sama. Santai aja lagi" cowok itu mengangguk. Wawan terus saja menunduk kebawah dia tidak berani menatap lawan bicaranya. Meskipun sesekali mencuri-curi pandang dengan Aina.

“ekhm” Ghalih berdehem. Dia merangkul Aina membuat Aina melotot tak terima.

Aina hendak melepaskan tapi Ghalih malah mempererat rangkulannya.

“Lo anak kelas berapa?” Tanya Ghalih pada Wawan.

Wawan menunduk takut-takut. “sepuluh,kak”

Ghalih tersenyum miring. “anak kelas sepuluh ada di kawasan anak kelas sebelas?”

“I-itu, saya nganterin buku ini di suruh sama Bu Rere” jawabnya takut-takut.

Ghalih manggut-manggut. Menepuk-nepuk pundak Wawan. “Ya udah sana”

Wawan mengangguk lalu dia langsung pergi tergesa-gesa.

Aina melihat nya merasa kasian sama Wawan pasti jantungnya berdisko gara-gara Ghalih.

Aina mencubit perut Ghalih kecang sampai sang empunya meringis kesakitan.

“Lo apa-apaan sih? Gak liat tuh mukanya udah kaya mayat idup, njirr. Terus ngapain tuh lo ngerangkul-ngerangkul gue?”

Ghalih berdecak kesal. “Gue nolongin lo”

“Nolongin apaan coba?”

“Gak liat tuh cowok dia suka sama lo” kata Ghalih.

Aina melotot kecil. “Kata siapa?”

“kata gue lah”

“Lo tau dari mana?”

Ghalih menoyor kening Aina pelan. “Gue cowok. Jadi tau tatapan mata dia ke lo”

Aina tak percaya dia menginjak kaki Ghalih dan menekannya. “Dasar cenayang abal-abal”

Setelah mengatakan itu dia langsung lari dengan tawa yang tertahan. Sementara Ghalih kesakitan di tempat. Sakitnya Double kill.

📚📚📚📚

Suasana kantin tampak ramai di tambah adu bacot antara Aldo dan Tridi.

“Udah siniin gak?” kata Aldo sambil menarik barang yang di pegang Tridi.

“Gak apaan sih lo!” Tridi menarik lebih kuat lagi. Jadilah aksi saling tarik-menarik.

“Lo alergi. Astaga” kata Aldo frustasi.

“Siapa yang bilang? Sok tau lo!” bantah Tridi, mengumpati sebatang coklat di belakangnya.

“Heh! Gue tau ya. Siniin cepet! Itu ada kacangnya Tridi” ujar Aldo gemas.

“Gue gak mau! Ini punya gue suka-suka gue lah!” kata Tridi kekeuh.

Kenapa dia bisa kaya gitu? Karena itu coklat dari Bima. Bukan-bukan...bukan Bima yang ngasih secara langsung. Tapi ketika Tridi berada di stand makanannya mbak Tami dia bingung mau beli apa lalu dia mengambil coklat batangan sedang dia menimbang-nimbang dia sendiri juga bingung. Dirinya tidak lapar tapi ingin ngemil.

Lalu Bima datang dengan berkeringat di sekujur tubuhnya. Dia melihat Tridi yang kebingungan. Dia berkata “kenapa cuma diliatin doang? Oh.. lo lupa gak bawa duit ya? Tenang gue yang bayar. Ambil aja” katanya tanpa mau menunggu Tridi menjawab. Dan Bima langsung membayarkan coklatnya dan juga minuman yang dia ambil dan pergi pamit kepada Tridi yang bengong.

Tridi tetap kekeuh tidak mau ngasih coklat itu pada Aldo. Dia juga tidak akan memakannya dirinya tau resiko apa yang akan terjadi jika dia memakannya. Dan dia bakal menyimpan coklat itu dia anggap coklat itu pemberian dari Bima.

Shiren yang berada di tengah-tengah mereka jengah sendiri. Apa ini yang di rasakan Aina ketika dia yang selalu menggoda Alvin dan Aina berada di tengah-tengahnya. Jengah.

Shiren rasa tidak seperti itu. Dia dan Alvin tentu berbeda dari Tridi dan Aldo saat ini.

Shiren memutar bola matanya jengah. Dia melihat ke salah satu meja di mana seseorang sedang menyantap makanan seorang diri. Tanpa memperdulikan Tridi dan Aldo dia segera berdiri dan berjalan menuju mejanya Alvin.

Meskipun dia di buat iri oleh ceritanya Tridi yang bilang di belikan coklat oleh Bima tapi tidak apa-apa itu belum seberapa buat Shiren.

Dia sering tuh dikasih coklat. Atau mungkin dia yang ngasih coklat kepada sosok cowok yang dia sukai.

ALVIN.

Dan sekarang dia mau memper–asah bakatnya yaitu mengganggu Alvin.

📚📚📚📚

Haii, ada yang nunggu cerita ini up gak??

Tuh, sekarang up. Seneng gak??

Sorry lama, up sesuai mood ya. Nunggu pembaca naik. Gak naik-naik dah lah.. up sekarang aja gapapa pembacanya sedikit.

Untuk yang bacaa tapi tidak ngevote aku cuma mau bilang terimakasih. Meskipun gak vote, gapapa. Kadang mood ku jadi bagus kalau tau pembaca cerita ini naik, meskipun vote nya sedikit dan jadi semangat buat ngelanjutin cerita ini:). Dan yang selalu nunggu dan ngevote juga aku ucapin terimakasih semoga kalian gak bosen ya!!!!

Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian ya!!!!!




Vote, komennya★★★

See you 🐣

Genius girl VS Genius boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang