Hari Senin tiba dimana upacara akan di laksanakan. Pagi-pagi anak 11 IPA 2 ketar-ketir, kesana-kemari. Ada yang belum datang, ada yang ngaret mampir di kantin dulu. Anak cewek pada heboh ngumpulin anak laki-lakinya, dan hari ini juga Bu Tika tidak masuk, seharusnya Bu Tika hari ini yang menjadi pembina nya.Ketika semuanya sudah berada di dalam kelas dan sebagian sudah di lapangan mempersiapkan, Aina mengintruksikan semuanya dengan masing-masing tugasnya. Dia takut upacara hari ini tidak berjalan dengan lancar karena mereka latihan hanya dua kali itu aja bercanda mulu gak serius.
Padahal ini bukan kali pertama mereka menjadi petugas.
“Ghalih, kemana sih. Astaga” ujar Aina.
“Apa gue disini” seru Ghalih dari pintu dia bersama Aldo dan Bian yang masih menyangkil tasnya di pundak sebelah kanan. Di tangannya juga ada sebuah roti.
Aina prustasi rasanya. “Lo tau gak, hari ini tuh yang jadi pembina Pak Pram, Bu Tika gak masuk”
Pak Pram adalah kesiswaan sekaligus guru BK setelah Bu Rere.
Ghalih setelah meletakkan tasnya dia nyamperin ke meja Aina yang sedang pada berkumpul “Serius?”
Aina mengangguk, lalu geleng-geleng kepala saat dasi Ghalih diikat di kepala cowok itu. “Pake dasinya” suruhnya, Ghalih menyengir lalu meletakkan rotinya di meja dan melepaskan dasi di kepalanya.
“Yang udah rapi di suruh kelapangan aja kali ya, Ai?” tanya Dinda.
“Iya, langsung kelapangan aja. Gue ngabsen dulu nih” Dinda dan teman-teman lainnya yang sudah rapi langsung keluar. “Si Rey belom dateng lagi” keluh Aina sambil menoleh ke arah mejanya Rey.
Lalu dia melihat ke Ghalih yang tampak masih asik makan dan bermain ponsel. Santai sekali anak ini. Dasi nya juga belum di pakai malah di gantung di lehernya. “Ghalih!”
Ghalih bergumam tanpa menoleh ke Aina. Aina kesal dia menarik dasi Ghalih sehingga cowok itu tercekik. “Anj- kecekek leher gue, woii”
“Makanya cepet pake!”
“Iya-iya. Lepas” Aina melepaskannya. Tak lama Ghalih menyengir. “Pakein dong” pinta Ghalih membuat Aina melotot.
“Apaan, pake dewek!”
“Yaudah semakin lama kalo gitu. Gue harus ngabisin nih roti. Ntar gue pingsan lagi” kata Ghalih membuat Aina semakin kesal.
Aina langsung menarik dasi Ghalih, membuat Ghalih tersentak. “Santai mbak”
“Nundukan” suruh Aina. Karena badan Ghalih yang terlalu tinggi untuk Aina.
Ghalih langsung nunduk. Dia sembari di pakaikan dasi di menghabiskan rotinya. “Lo udah nyarap?”
“Udah” jawab Aina masih fokus membentuk pola dasi. Jarak mereka cukup dekat, sampai Aina rasanya deg-degan ada desiran aneh di hatinya.
Bukan hanya mereka saja yang adu mulut. Tridi sama Aldo juga. Aldo yang susah diem membuat Tridi kesal karena terus menjahilinya yang sedang mengikat tali sepatu yang sudah beres sebelah di tarik lagi talinya sama Aldo.
“Aldo!!” Kesal Tridi. Sementara Aldo hanya menyengir.
“Iya-iya gak lagi” katanya sambil menunjuk dua jari peace.
Tridi membenarkan tali sepatunya kembali. Dan Aldo terus-menerus memandangi wajah Tridi. “Main kaya dulu yuk!” gumam Aldo yang tentu saja membuat Tridi diam seribu bahasa. Tridi tak mau membahasnya dia langsung beranjak pergi setelah berpamitan duluan pada Aina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius girl VS Genius boy
Novela Juvenil"Mau sampai kapan, lo berusaha menggeser posisi gue? udahlah nyerah aja" -ALGHALIH DEWAGA. Sosok cowok genius, selalu peringkat pertama seangkatannya. Sifat yg tidak bisa di tebak. Paras yg tampan menambah kesan plus nya. "Gak akan gue nyerah!"...