📚📚:23.Genius girl VS Genius boy

183 20 1
                                    

Shiren menginap dirumah Aina untuk
menemani sahabatnya itu. Dia sudah tau kejadian tadi siang.

Aina juga sempat pingsan. Tetapi sekarang Aina sudah merasa baik.

“Ghalih kok bisa sama lo sih?” Tanya Shiren yang sedari tadi diam memainkan handphonenya.

Aina mengunyah makanannya, lalu setelah itu menggambil air putih dan meneguknya.

“Hm...pulang sekolah dia nolongin gue. Terus nganter gue pulang dan liat perdebatan gue  sama ortu” jawab Aina.

Shiren kaget pasalnya soal Ghalih menolong Aina dia belum tau. Shiren menatap sepenuhnya kepada Aina. “Nolongin apa?”

“Gue tadi di ganggu sama anak sekolah lain pas mau pulang”

“Lah lo gak naik angkot, atau di jemput sama Bang Kevin? Terus juga kenapa gak nelpon gue?” Aina menggeleng.

Shiren menghela nafas. “Kalo gitu tadi gua bareng lo” katanya menyesal.

“Udahlah gapapa. Udah lewat ini” ucap Aina sambil beringsut mau turun dari tempat tidur.

“lo mau kemana?”

“Naro ini” jawabnya sambil memegang nampan.

“Udah sini gue aja. Lo istirahat aja” Shiren menggambil nampan itu dan langsung keluar kamar.



📚📚📚📚





Ghalih merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Sungguh hari yang lelah. Dia sadar dengan kejadian hari ini. Bukan hanya dirinya yang kekurangan kasih sayang maupun perhatian tapi banyak orang di luaran sana sama seperti dirinya bahkan lebih parah mungkin. Seperti Aina.

Senyuman sama keceriaan Lo ternyata fake.

Aina ternyata serapuh itu. Dia baru tau kehidupan Aina seberat itu.

Ghalih memejamkan matanya sebentar. Lalu merogoh ponselnya di sakunya.

Tidak ada pesan penting hanya pesan-pesan dari grup atau pesan-pesan dari cewek-cewek yang ingin mendekatinya.


Alvin
Besok lo di suruh ke ruangannya Bu Tika
Sama Aina. Ada tugas katanya.



Ghalih menggerutkan dahinya. Tugas apa coba? Sama Aina pula. Memang dia besok sekolah. Melihat dari kondisinya tadi. Tidak memungkinkan Aina besok sekolah.


Anda
Oke.


Ghalih menutup mukanya dengan bantal. Rumahnya sangat sepi. Dirumah yang sebesar ini hanya dirinya yang tinggal.

“Lo siapanya adek gue?” Tanya Kevin dengan tampang datar.

Ghalih menggaruk tengkuknya. “Temen sekelas”

Kevin semakin menatap tajam Ghalih. “Kenapa adek gue bisa pulang sama lo?”

Ghalih merasa seperti maling yang kepergok.
“E-eem..tadi gue nolongin adek lo. Di ganggu sama anak sekolah sebelah”

“Thanks” ucap Kevin. Ghalih mengganguk. Dia meletakkan kompresan di baskom yang berisi air. Dia sedang mengompres luka lebamnya.

Genius girl VS Genius boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang