"Siapa bilang?" jawab Bara tak kalah belagu.
Dengan langkah tegapnya Bara berjalan dan duduk di kursinya. Dia saling berhadapan dengan Mita. Wajahnya datar saja, namun wajah Mita menampilkan senyum kemenangan.
"Gue yang bilang tadi." jawab Mita sambil tersenyum.
"Jangan ngimpi."
Mita mengangkat kedua alisnya, tangan kanannya menopang dagu. Dia menatap Bara dengan intens.
"Kalau kata orang gak pa-pa mimpi ynag tinggi, biar nanti kalau jatuh ya disitu-situ juga."
Bara tak bergeming, tak menyahut lagi perkataan Mita. Dia malas meladeninya, bisa-bisa tidak siap-siap perdebatan mereka sampai bel masuk berbunyi.
Tak mendengar Bara menjawabnya lagi, lantas tidak membuat Mita langsung nyerah begitu saja. Mentalnya kan kuat, tahan banting. Dia malah terus-terusan memandang wajah Bara. Awalnya cuma bermaksud menggoda pria ini saja, tapi lama-lama Mita jadi terpesona dengan paras tampan Bara. Duh, kan bahaya kalau begini.
"Kalau gak ada urusan penting, mending cabut." ujar Bara tiba-tiba.
Mita mengerjapkan matanya berulang kali, dia baru sadar bahwa kedatangannya kemari untuk mengajak Bara makan bareng. Mita pun membuka burger yang dibelinya di kantin.
"Makanan yang tadi pagi gue kasih mana?"
"Gue buang."
Mita menganga, matanya pun membulat. Sakit hati? Jelas. Jangan berpikir bahwa Mita yang memasaknya, Mita tidak akan berkorban sampai segitunya. Tadi pagi dia meminta Bibi untuk memasaknya nasi goreng dan membuatnya cappucino untuk dia bawa ke sekolah. Kalau begitu kan kasihan Bibi sudah menyiapkan semuanya, tapi dibuang begitu saja.
"Beneran lo buang?" tanya Mita masih tak percaya.
"Ya."
Mita langsung bangkit, melihat tong sampah yang ada di dalam kelas Bara dan di luar kelas. Namun dia tak melihat ada kotak bekalnya. Mita hanya melihat saja, tidak sampai merogoh. Dia juga jijik, kukunya kan juga perawatan.
Lalu Mita berjalan lagi ke arah Bara. Dan tepat sudah berdiri di samping Bara, Mita pun menunduk dan melihat isi laci pria itu.
Benar saja, Mita menemukan paperbag yang dia berikan, isinya pun masih utuh. Tanpa pikir panjang, Mita membuka bekalnya itu dan meletakkannya di atas meja Bara. Lalu dia duduk lagi ditempatnya tadi.
"Ayo makan." ajak Mita.
Mita memakan burgernya, dia sangat lahap. Bara memperhatikan semua gerak gerik Mita, dia cukup takjub dengan gadis ini karena gaya makannya yang tidak ada cantik-cantiknya.
Sudah setengah burger yang Mita makan, tapi pria yang ada di hadapannya tidak kunjung menyentuh makanannya sedikit pun.
"Kenapa gak dimakan?" tanya Mita, dia meletakkan burgernya. Namun Bara tak bergeming sedikit pun, pria itu malah mengotak-atik layar hpnya.
Mita tidak bisa membiarkan makanannya tidak dimakan.
"Makan." Mita menyodorkan sendok berisi nasi goreng.
"Gak usah maksa, bisa?" ketus Bara.
"Ha? Lo bilang apa?" tanya Mita seolah tidak mendengar, padahal dia cuma berpura-pura.
"Gak usah mak—"
"Hap! Pinter!" sorak Mita yang berhasil memasukkan sesuap nasi tersebut ketika Bara sedang berbicara.
Mau tak mau Bara menelannya, tapi kenapa rasanya sangat enak? Ini membuat Bara ingin memakannya lagi.
"Enak, kan?" tanya Mita, dia melanjutkan makannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA, AND VOTE CERITANYA. UP SESUAI MOOD AUTHOR, HEHE SORRY. "Nanti gue ngambek nih!" -Mita "Sumpah, gue gak peduli." -Bara Mita Altania. Gadis nakal dan tukang bully. Dia tak punya malu, dan sering berperilaku seenaknya. Jika...