SEBUAH RAHASIA BARA

17 4 0
                                    

"Apa pertanyaannya?"

Mita menyeruput minumnya terlebih dahulu, lalu dia menghembuskan nafas kasar.

"Warna kesukaan Bara apa?"

"Kok lo tiba-tiba nanyain dia, sih?" bingung Wahyu.

Siapa juga yang tidak bingung. Karena Mita sangat jarang kepo mengenai orang lain, apalagi dengan pria. Tau sendiri kan jika Mita mempunyai prinsip masa bodo.

Mati! Aduh, Mita sampai gelagapan dengan pertanyaan yang Wahyu ajukan. Tidak mungkin dia menjelaskan tentang taruhannya dengan Tia. Jelas sudah pria ini akan tidak setuju, apalagi Bara adalah temannya.

"I—itu... Ya—ya karena gue suka sama dia."

Wahyu terkejut, pria ini terdiam untuk sesaat. Sedangkan Mita? Dia merutuki mulutnya sendiri. Bisa-bisanya dia membuat alasan gila seperti itu. Masa iya seorang Mita suka sama cowok yang super duper nyebelin. Kayak gak ada cowok lain aja.

"Lo serius Mit?"

Mita mengangguk pelan, cukup ragu baginya. Tapi, dia tetap harus berakting.

"Yaudah, jawab dong pertanyaan gue yang tadi." ucap Mita mengalihkan topik pembicaraan.

"Warna hitam."

"Ulang tahunnya kapan?"

"13 Juli."

Mita manggut-manggut, lalu dia mencoba memikirkan apa pertanyaan selanjutnya yang akan dia tanyakan.

"Makanan kesukaannya?" tanya Mita.

"Nasi goreng."

"Minumnya?"

"Es cappucino."

"Kalau yang gak dia suk—"

Dring dring dring!

"Gue angkat telpon dulu ya Mit." Wahyu bangkit dan menjauh dari Mita.

Mita sedikit kesal karena pertanyaannya terpotong oleh telpon Wahyu yang berbunyi. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin itu sangat penting sampai Wahyu pun tak mau Mita mendegarnya. Alhasil, Mita hanya menopang dagunya, menunggu Wahyu kembali lagi.

Beberapa menit sudah berlalu, dan akhirnya Wahyu selesai dalam acara menelponnya. Tapi, bukannya dia langsung duduk kembali, Wahyu malah berpamitan pada Mita.

"Mit, gue balik duluan ya." tampak Wahyu yang tergesa-gesa, dia langsung mengambil kunci motornya dan meletakkan uang pembayaran untuk minumnya dan minum Mita. Gini-gini Wahyu bukan seperti cowok lain yang maunya ditraktir doang. Malu dong dia.

"Loh, kok? Eh, tung—"

"Ck!" Mita berdecak sebal. Belum lagi dia membalas ucapan Wahyu, pria itu sudah pergi saja meninggalkannya. Sendirian.

Bibir Mita manyun, dan dia melipatkan tangannya di depan dada. Apa-apaan ini! Masa cewek secantik Mita ditinggali begitu saja? Sudah dia yang mengajak, eh dia juga yang ditinggal.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang